Jumat, 02 Oktober 2020

KATA SIAPA MEMBUAT MODUL ITU SULIT? MARI KITA COBA..

 A.   Pengembangan Modul Pembelajaran

1.    Sumber Belajar

Sumber belajar menurut Seels dan Richey (1994:13) tidak hanya terbatas pada bahan dan alat yang digunakan dalam proses pembelajaran melainkan juga tenaga, biaya, dan fasilitas. Selanjutnya, mereka menyatakan bahwa sumber belajar mencakup apa saja yang dapat digunakan untuk membantu tiap orang untuk belajar dan menampilkan kompetensinya. Pernyataan itu sejalan dengan pendapat Mudhofir dalam Andi Prastowo (2014:125) yang mengungkapkan bahwa sumber belajar pada hakikatnya adalah komponen sistem instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan, yang mana hal ini dapat memengaruhi hasil belajar peserta didik.

Menurut AECT (Association for Educational Communications and Technology,1977) dalam Panduan Pengembangan Bahan Ajar oleh Depdiknas (2008:4), sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar (pembelajaran) dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran.

Jenis-jenis sumber belajar dapat diklasifikasikan seperti pada tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Klasifikasi jenis-jenis sumber belajar

NO

JENIS SUMBER BELAJAR

PENGERTIAN

CONTOH

Dirancang

Dimanfaatkan

1

Pesan (Message)

Informasi yang harus disalurkan oleh komponen lain berebentuk ide, fakta, pengertian, data.

Bahan-bahan pelajaran

Cerita rakyat, dongeng, nasihat

2

Manusia (People)

Orang yang menyimpan informasi atau menyalurkan informasi. tidak termasuk yang menjalankan fungsi pengembangan dan pengelolaan sumber belajar

Guru, aktor, peserta didik, pembicara, tidak termasuk teknisi, tim kurikulum

Narasumber, pemuka masyarakat, pimpinan kantor, responden

3

Bahan (Materials)

Sesuatu, bisa disebut media/software yang mengandung pesan untuk disajikan melalui pemakaian alat

Transparansi, film, slides, tape, buku, gambar, dan lain-lain

Relief, candi arca, peralatan teknik

4

Peralatan (Hardware)

Sesuatu bisa disebut media/hardware yang menyalurkan pesan untuk disajikan yang ada di dalam software

OHP, proyektor slides, film, TV, kamera, papan tulis

Generator, mesin, alat-alat, mobil

5

Teknik/ metode (Technique)

Prosedur yang disiapkan dalam menggunakan bahan pelajaran, peralatan, situasi, dan orang untuk menyampaikan pesan

Ceramah, diskusi, sosiodrama, simulasi, kuliah, belajar

Permainan, sarasehan, percakapan biasa/spontan

6

Lingkungan (Setting)

Situasi sekitar dimana pesan disalurkan/ ditransmisikan

Ruangan kelas, studio, perpustakaan, laboratorium

Taman, kebun, pasar, museum, toko.

Sumber: Nana Sudjana dan Ahmad Rival (2007:79)

Jadi, dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dimanfaatkan untuk proses pembelajaran sehingga mencapai kompetensi yang diharapkan. Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya dengan optimal.

Sumber belajar yang akan dikembangkan dalam artikel ini adalah bahan ajar. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008:5) bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai: 1) Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan subtansi kompetensi yang seharusnya; 2) Pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasai; 3) Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.             Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:

a.    Bahan cetak seperti handout, buku modul, lembar kerja peserta didik, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket;

b.    Bahan ajar dengar seperti kaset, radio, dan compact disk audio;

c.    Bahan ajar pandang dengar seperti video compact disk, film;

d.    Bahan ajar multimedia interaktif seperti CAI (computer assisted instruction), compact disk multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

2.    Modul pembelajaran

Pada artikel kali ini bahan ajar yang akan dikembangkan berbentuk modul pembelajaran. Alasan perlunya pengembangan modul adalah belum tersedianya modul yang sesuai dengan karakteristik materi yang akan dipelajari peserta didik, belum adanya modul yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, adanya tuntutan pemecahan masalah belajar terutama minat belajar peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.

Dengan adanya pengembangan modul ini diharapkan dapat membantu mewujudkan pembelajaran yang berkualitas karena disusun berdasarkan karakteristik pokok bahasan dan peserta didik yang mempelajarinya. Modul juga dapat membantu peserta didik untuk belajar secara mandiri sesuai dengan tingkat kecepatan peserta didik tersebut dalam mempelajari suatu pokok bahasan.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2002:5), Modul merupakan suatu kesatuan bahan belajar yang disajikan dalam bentuk self instruction, artinya bahan belajar yang disusun di dalam modul dapat dipelajari peserta didik secara mandiri dengan bantuan yang terbatas dari guru atau orang lain. Sedangkan Suryosubroto                (1983:17), menyatakan bahwa modul sebagai jenis satuan kegiatan belajar yang terencana, didesain guna membantu peserta didik menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu.

Hal tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Andi Prastowo (2014:210) bahwa modul pada dasarnya adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik. Pengertian ini didukung oleh Smaldino, dkk (2011:279) yang menyatakan bahwa modul merupakan unit pengajaran yang lengkap yang dirancang untuk digunakan oleh seorang peserta didik atau sekelompok kecil peserta didik tanpa kehadiran guru.

Jadi, dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa modul merupakan bahan ajar yang dirancang secara sistematik yang digunakan oleh peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran secara mandiri.

Modul bertujuan untuk memudahkan peserta didik belajar secara mandiri, maka penyusunan modul harus menarik minat peserta didik, memperkenalkan topik, menyajikan hal-hal yang baru, memberikan latihan soal disertai penyelesaiannya, menguji ketercapaian tujuan pembelajaran dan tindak lanjut. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008:10), modul berisi paling tidak tentang: 1) Petunjuk belajar (Petunjuk peserta didik/guru); 2) Kompetensi yang akan dicapai; 3) Content atau isi materi; 4) Informasi pendukung; 5) Latihan-latihan; 7) Petunjuk kerja, dapat berupa lembar kerja (LK); 8) Evaluasi; 9) Balikan terhadap hasil evaluasi.

Menurut Smaldino, dkk (2011:279), modul memiliki beberapa komponen sebagai berikut:

a.    Dasar pemikiran. Berikan garis besar mengenai konten modul dan sebuah penjelasan kenapa para peserta didik sebaiknya mempelajarinya.

b.    Tujuan. Nyatakan dalam istilah kinerja apa yang diharapkan diperoleh peserta didik dari menyelesaikan modul.

c.    Ujian masuk. Tentukan apakah peserta didik telah menguasai kemampuan prasyarat yang diperlukan untuk memulai modul.

d.    Material multimedia. Gunakan berbagai teknologi dan media untuk melibatkan para peserta didik secara aktif dan untuk memanfaatkan pengindraan mereka. Sebagian besar format sangat bermanfaat untuk digunakan dalam modul.

e.    Kegiatan belajar. Seluruh strategi mungkin bisa digabungkan ke dalam modul. Menggunakan berbagai macam strategi dan media dapat meningkatkan minat peserta didik dan memenuhi kebutuhan para peserta didik.

f.     Latihan dengan umpan balik. Memberikan para peserta didik kesempatan untuk mempraktikkan setiap tujuan dan memberikan umpan balik terkait dengan ketepatan respon mereka.

g.    Ujian mandiri. Memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk meninjau kembali dan memeriksa kemajuan mereka sendiri.

h.    Ujian penutup. Menilai apakah para peserta didik telah menguasai tujuan modul ini.

Komponen-komponen tersebut disusun dengan memerhatikan karakteristik modul yang dapat membedakannya dengan bahan ajar lain. Beberapa karakteristik yang dimiliki modul adalah sebagai berikut:

a.    Self-Paced Learning Material, artinya dapat dipelajari sendiri, kapan saja, dimana saja, sesuai dengan kecepatan belajarnya sendiri.

b.    Self-instruction, artinya memungkinkan peserta didik mudah mengerti, menguasai materi atau mengikuti pembelajaran walaupun tanpa bantuan guru atau orang lain;

c.    Self-contained, artinya semua yang dibutuhkan seperti petunjuk belajar, tujuan pembelajaran, uraian materi, latihan, rangkuman, evaluasi, dan lain-lain terdapat dalam satu paket utuh;

d.    Modular-Chunking, artinya penyajian materi secara sepenggal demi sepenggal, sempit dan mendalam tapi dalam satu kesatuan yang utuh;

e.    Learning Activity, terdiri dari aktivitas mempelajari materi, mengerjakan latihan, mengerjakan tugas, dan melakukan evaluasi pada tiap kegiatan belajar.

Modul pembelajaran yang dikembangkan haruslah metodologis dan sistematis. Artinya, modul harus dapat dibaca dan dipahami peserta didik dan tersusun secara bertahap dan berjenjang sehingga ketercapaian kompetensi dasar yang telah ditetapkan dapat dikuasai dengan baik. Modul memuat materi dari yang sederhana ke yang lebih kompleks dan mengajak peserta didik untuk memperluas wawasannya.

Berdasarkan hal tersebut, pengembangan modul pada artikel ini memuat beberapa komponen sebagai berikut:

a.    Pendahuluan meliputi: judul atau topik, petunjuk penggunaan modul, rasional atau pengantar, kemampuan prasyarat, peta konsep;

b.    Kegiatan belajar yang memuat tujuan umum pembelajaran, tujuan khusus pembelajaran, video pendahuluan, materi dan contoh soal, ilustrasi visual, simpulan, ruang refleksi/rangkuman, soal latihan disertai lagu pengantar, video sisipan (motivasi dan pembentukan karakter), kunci jawaban dan penskoran, umpan balik dan tindak lanjut;

c.    Penutup yang terdiri atas kumpulan soal dan pembahasan, soal akhir bab asam basa dan kunci jawabannya, daftar pustaka, glosarium.

3.    Pengembangan modul

Pengembangan modul berasal dari dua kata yaitu pengembangan dan modul. Pengembangan merupakan proses untuk menjadikan sesuatu lebih baik, sedangkan modul merupakan salah satu contoh dari bahan ajar. Jadi, pengembangan modul adalah suatu proses untuk membuat bahan ajar berupa modul yang lebih baik.

Menulis modul seperti mengajarkan suatu materi melalui tulisan. Oleh karena itu, pada pengembangan modul digunakan bahasa yang komunikatif seakan-akan peserta didik sedang mempelajari suatu materi di dalam kelas bersama gurunya.

Ada tiga teknik yang dapat dipilih dalam menyusun modul. Ketiga teknik tersebut menurut Sungkono (2003:10), yaitu sebagai berikut:

a.    Menulis sendiri (starting from scratch)

Guru dapat menulis sendiri modul yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Asumsi yang mendasari cara ini adalah bahwa guru merupakan pakar yang berkompeten dalam bidang ilmunya, mempunyai kemampuan menulis, dan mengetahui kebutuhan pembelajar dalam bidang ilmu tersebut. Untuk menulis modul sendiri, disamping penguasaan bidang ilmu, juga diperlukan kemampuan menulis modul sesuai prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu selalu berlandaskan kebutuhan peserta belajar, yang meliputi pengetahuan, keterampilan, bimbingan, latihan, dan umpan balik. Pengetahuan itu dapat diperoleh melalui analisis pembelajaran, dan silabus. Jadi materi yang disajikan dalam modul adalah pokok bahasan dan subpokok bahasan yang tercantum dalam silabus.

b.    Pengemasan kembali informasi (information repackaging)

Guru tidak menulis modul sendiri, tetapi memanfaatkan buku-buku teks dan informasi yang telah ada dipasaran untuk dikemas kembali menjadi modul yang memenuhi karakteristik modul yang baik. Modul atau informasi yang ada, dikumpulkan berdasarkan kebutuhan (sesuai dengan kompetensi, silabus, dan RPP/SAP) kemudian disusun kembali dengan gaya bahasa yang sesuai. Selain itu juga diberi tambahan keterampilan atau kompetensi yang akan dicapai, latihan, tes formatif, dan umpan balik.

c.    Penataan informasi (compilation)

Cara ini mirip dengan cara kedua, tetapi dalam penataan informasi tidak ada perubahan yang dilakukan terhadap modul yang diambil dari buku, teks, jurnal ilmiah, artikel, dan lain-lain. Dengan kata lain, materi-materi tersebut dikumpulkan, digandakan, dan digunakan secara langsung. Materi-materi yang dipilih, dipilah, dan disusun berdasarkan kompetensi yang akan dicapai dan silabus yang hendak digunakan.

Pengembangan modul pada artikel ini menggunakan teknik pengemasan kembali informasi. Materi asam basa yang dikumpulkan dari berbagai buku teks, artikel, jurnal artikel, dan ensiklopedia. Materi tersebut dikemas kembali sesuai dengan tujuan pembelajaran.

A.   Modul digital

Modul yang bertujuan meningkatkan minat belajar peserta didik harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat membuat sesuatu yang abstrak menjadi terlihat lebih konkrit. Hal ini dapat dilakukan melalui visualisasi ide dengan tata kata, ungkapan, analogi seperti pembanding, gambar, diagram, foto, animasi, video yang sesuai dengan materi yang dipelajari.

Visualisasi memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran seperti yang diungkapkan Smaldino, dkk (2011:72) sebagai berikut:                       1) Menyediakan acuan konkret bagi gagasan; 2) Membuat gagasan abstrak menjadi konkret; 3) Memotivasi peserta didik; 4) Mengarahkan perhatian;  5) Mengulangi informasi dalam format-format yang berbeda; 6) Mengingat kembali pada pembelajaran sebelumnya; dan 7) Mengurangi usaha belajar.

Modul biasanya memuat beberapa model visual seperti gambar, foto, dan tabel. Namun dengan berkembangnya teknologi, modul dapat ditransformasikan ke dalam berbagai bentuk dan jenis media yang relevan seperti modul elektronik. Modul elektronik atau disebut modul digital merupakan modul yang mengandung unsur teks, simulasi, animasi, audio, dan video dalam satu kesatuan yang utuh sebagai bahan pembelajaran.

Modul digital merupakan versi digital dari modul cetak. Modul digital dapat dikembangkan dengan memindahkan modul konvensional (modul cetak) menjadi bentuk elektronik yang dapat ditayangkan oleh komputer. Format buku digital dapat berupa Doc dari Word,  SWF (shock wave flash) dari Macromedia, PDF (portable document format) dari adobe, dan berbagai format lainnya yang didukung oleh perangkat maupun pembaca buku digital tertentu.

Proses pembuatan modul digital dilakukan dengan memanfaatkan aplikasi pembuat buku elektronik. Secara umum, modul digital yang dibuat dalam format PDF. Namun, Modul digital dalam modul ini masih seperti bentuk cetaknya, visualisasi hanya terbatas pada gambar, tabel, dan grafik, dan tampilannya tidak mengikuti piranti yang digunakan. Contoh modul tersebut seperti pada gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1 Beberapa buku dan modul kimia dalam format PDF.

Menurut Triyono, dkk (2012: 7) terdapat banyak tool yang bisa digunakan untuk membuat buku elektronik, namun tidak semuanya memberikan fasilitas lengkap mulai dari penulisan buku, editing, hingga publikasi ke sebuah server atau toko buku online. Triyono, dkk (2012: 8) menambahkan bahwa buku yang sudah dibuat juga harus bisa dibaca oleh perangkat atau aplikasi untuk membaca buku elektronik. Jadi, pengembang perlu mempertimbangkan kesesuaian antara format data, perangkat keras untuk membaca, dan perangkat lunak untuk membuat modul digital.

Format data yang dipilih dalam artikel ini adalah epub. Epub merupakan salah satu format elektronik. Epub merupakan pengembangan dari standar Open Book, pertama kalinya diperkenalkan pada tahun 1996. Pada September 2007, IDPF (International Digital Publishing Forum) mengumumkan bahwa epup menjadi official standar. Menurut Triyono, dkk (2012: 10) format ini menjadi populer karena banyak diadopsi oleh para penerbit dan juga banyak mendapat dukungan dari pihak pembuat aplikasi pembaca maupun perangkat untuk pembaca.

Harist (2013) menambahkan bahwa epub menjadi populer karena format ini tidak mengacu kepada salah satu pengembang tertentu, membuat format ini dapat dibaca di berbagai perangkat, salah satunya adalah readium dari google chrome.

Epub memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:

1.      Standar terbuka.

Epub memiliki standar terbuka sehingga banyak pihak yang dapat mengembangkan aplikasi pembaca (reader), aplikasi untuk pengembangan (development) maupun aplikasi pendukung lainnya.

2.      Tampilan dinamis

Epub dirancang sejak awal sebagai buku digital sehingga memiliki karakter dokumen elektronik yang bersifat dinamis. Dinamis dalam hal ini adalah bentuk tampilan, jenis dan ukuran font, nomor halaman, pemotongan paragraf dan tata letak lainnya dapat menyesuaikan dengan piranti baca.

3.      Mendukung layout CSS

Epub menggunakan CSS sebagai pengontrol untuk mengubah tampilan dari komponen halaman web. Sebagai contoh, untuk mengubah tampilan sub judul tidak perlu mengubahnya satu per satu dari semua sub judul yang ada, tetapi tinggal mengubah CSS dan otomatis semua tampilan dari sub judul akan menyesuaikan.

4.      Multimedia

Kelebihan pada format epub dibandingkan dengan versi cetak adalah dapat ditambahkan beberapa format video dan audio. Namun, saat ini masih belum semua perangkat pembaca epub dapat mendukung kelebihan ini. Hal ini akan memungkinkan satu format video dapat ditampilkan oleh perangkat pembaca tertentu tetapi tidak dapat ditampilkan oleh perangkat pembaca yang lainnya.

5.      Konten interaktif

Konten interktif dapat dimasukkan ke dalam epub. Sebagai contoh jika pembaca melakukan tindakan tertentu terhadap objek pada konten interaktif, maka objek tersebut akan melakukan respon seperti bergerak atau bersuara.

6.      Pengamanan hak cipta

Epub mendukung hak cipta dengan menerapkan teknologi DRM (Digital Right Management). Dengan teknologi ini, terdapat proteksi pada buku digital (modul digital) karena sulit untuk digandakan atau dibongkar tanpa izin si pembuat.

Untuk membuat modul digital dapat dilakukan melalui dua cara sebagai berikut: 1) Langsung menulis modul menggunakan software khusus pembuat modul elektronik; 2) Mengkonversi modul yang sudah ada dengan menggunakan converter yang tersedia. Pada pengembangan modul kali ini digunakan aplikasi sigil sebagai pembuat dan editing modul digital.

Langkah-langkah yang digunakan dalam mengembangkan modul pada artikel dan pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1.    Menyiapkan semua bahan modul, seperti materi, contoh soal, latihan, gambar, tabel dalam  format word.

2.    Mengkonversi Word ke dalam HTML

a.    Mengubah semua smart object termasuk equation menjadi gambar dengan menggunakan paint dan tabel dalam tampilan 100%.

b.    Mengubah semua pengaturan layout gambar menjadi in line with text, dengan cara klik kanan gambar pilih text wrapping pilih in line with text seperti pada gambar 2.2 berikut ini:

Gambar 2.2 Mengubah layout gambar.

c.    Memastikan dokumen sudah diformat menggunakan styling untuk memudahkan pembuatan daftar isi.

d.    Setelah semua dilakukan kemudian menyimpan dokumen menjadi HTML dengan cara klik file pilih save as pilih Web Page, Filtered seperti pada gambar 2.3 berikut ini:

Gambar 2.3 Mengubah dokumen ke dalam format HTML

3.    Menggunakan aplikasi sigil untuk membuat modul.

a.    Membuka file HTML yang telah dibuat ke dalam sigil dengan cara sigil → fileopen, kemudian pilih file HTML yang telah dibuat. Mengatur spasi, mengedit teks, dan memastikan gambar ada pada tempatnya. Tampilan dokumen dalam sigil seperti pada gambar 2.4 berikut ini:

Gambar 2.4 Tampilan dokumen pada sigil

b.    Mengedit metadata. Metadata merupakan sebuah informasi yang mendeskripsikan suatu dokumen. Pada epub, metadata berfungsi sebagai identitas sebuah buku atau modul yang terdiri atas: judul, nama pengarang, tahun penerbitan, bahasa, ISBN, penerbit, kategori, deskripsi, dan lain-lain. Untuk masuk ke jendela metadata dilakukan dengan cara mengklik tools pada sigil → metadata editor, atau tekan tombol F8. Setelah itu, masukkan judul (title), pengarang (author), serta untuk menambahkan identitas yang lainnya dengan cara menekan tombol add basic dan mengubah valuenya. Tampilan metadata dapat dilihat pada gambar 2.5

Gambar 2.5 Tampilan metadata editor

c.    Membuat cover image. Cover image merupakan halaman sampul dari modul digital. Halaman sampul ini sebagai tampilan utama sofware pembaca modul digital bersama informasi lainnya seperti judul dan pengarang. Pembuatan cover image dengan cara menyiapkan gambar sebagai halaman sampul, kemudian pada sigil → klik kanan imagesadd existing files → pilih gambar. Gambar yang dipilih akan ditambahkan ke dalam folder images. Selanjutnya, klik images → pilih gambar → klik kanan → add semanticscover images seperti pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Tampilan pembuatan cover image

d.    Membuat daftar isi. Daftar isi merupakan cara utama pengguna melakukan navigasi di dalam dokumen epub. Pengguna dapat langsung membuka bagian dokumen yang ingin dibaca dengan menggunakan daftar isi tanpa harus membuka setiap halaman. Sistem ini mirip dengan hyperlink  di halaman web.

Sigil memiliki fitur untuk membuat daftar isi secara otomatis. Hal yang perlu dilakukan hanyalah menentukan header setiap bab yang ingin dimasukkan dalam daftar isi.

Jika dokumen word yang digunakan telah menggunakan styling, maka dokumen telah terformat secara otomatis. Tetapi jika belum, maka header dapat ditentukan dengan cara menempatkan cursor di kalimat topik atau subtopik → pilih header dengan pilihan header sebagai berikut: h1 menandakan topik utama, h2 subtopik, h3 sub-subtopik, dan seterusnya. Sedangkan p menandakan isi paragraf. Untuk membuat daftar isi di readium (alat pembaca) cukup dengan masuk ke toolstable of contentgenerate table of content → ok. Tampilan table of content dapat dilihat pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Tampilan table of content

e.    Menambahkan file multimedia ke dalam epub. Sigil versi 7.0 telah mendukung import file video dan suara ke dalam dokumen epub. Format yang telah didukung oleh epub adalah video (mp4, webm) dan audio (mp3, wav, ogg). Untuk menambahkan file audio/video dengan menempatkan cursor di tempat yang akan ditambahkan file tersebut, klik kanan → insert file → other file → pilih audio/video, maka akan muncul tampilan pemutaran audio/video dijendela editor seperti pada gambar 2.8 berikut ini:

Gambar 2.8 Tampilan menambahkan audio/video

f.     Setelah semua selesai, klik kanan pada file → save as untuk menyimpan dokumen dalam format epub. Tampilan dokumen dalam format epub seperti pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 Tampilan dokumen epub

4.    Membaca epub dengan menggunakan readium.

a.    Install google chrome dari chrome store.

b.    Menghubungkan piranti dengan internet → buka google chrome →klik customize and control google chrome atau gambar strip 3 di pojok paling kanan → klik setting   → klik extensions → pilih readium atau get it more extensions → tulis pada kotak “readium” → klik rate it pada readium → klik  launch APP  sehingga terbuka readium library google chrome.

Jika ingin menambahkan buku/modul maka klik tanda + pada pojok kanan kemudian klik dokumen epub untuk mengimpor dokumen tersebut pada readium seperti pada gambar 2.10.

Gambar 2.10 Tampilan cover modul kimia dalam readium

c.    Buka modul digital kemudian cek kembali apakah susunan sesuai dengan apa yang telah dirancang sebelumnya. Ulangi langkah-langkah 3-4 untuk memperoleh modul yang baik. 

Modul digital didesain untuk kegiatan mandiri para peserta didik.  Modul ini cocok digunakan pada proses pembelajaran remedial untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Pada panduan penyelenggaraan pembelajaran remedial dari Departemen Pendidikan Nasional (2008: 2), pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada siswa (peserta didik) untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan.

Modul digital dalam pembelajaran remedial dapat digunakan dalam waktu bersamaan (synchronous) atau tidak dalam waktu bersamaan (asynchronous). Untuk pembelajaran dalam waktu bersamaan, modul digital dapat digunakan sebagai media presentasi dalam ruang kelas, sedangkan pada pembelajaran tidak dalam waktu bersamaan, modul digital dapat diakses oleh para peserta didik pada waktu dan tempat yang berbeda baik berkelompok maupun individu secara mandiri tanpa kehadiran guru.

Selamat berkarya.........


Sumber: Dewi Septiani K. (2015). Pengembangan modul asam basa dengan pendekatan pengalaman belajar.Tesis. BAnten:UNTIRTA

2 komentar:

  1. terimakasih informasinya, bermanfaat sekali ibu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulilah.... terima kasih kembali sudah berkunjung di blog

      Hapus

PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM KIMIA SMA: MEMBAWA KONSEP ABSTRAK KE DUNIA NYATA

Pembelajaran interaktif telah menjadi tren dalam dunia pendidikan modern. Dalam mata pelajaran kimia, yang seringkali dianggap abstrak dan s...