Kamis, 17 April 2014

MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI ORGANISASI


 
Tugas : Mata Kuliah Manajemen Diklat
Dosen : Drs. H. Romli Ardie, M.Pd
Disusun Oleh : Yustina Liestyastuti dan Dewi Septiani K
Prodi : Teknologi Pembelajaran Pasca Sarjana UNTIRTA

A.    PENDAHULUAN
Pendidikan dan pelatihan (Diklat) merupakan suatu proses pembelajaran dalam organisasi yang mengarah pada perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku pegawai untuk memenuhi harapan kualifikasi kerja dan tuntutan perkembangan organisasi baik secara internal maupun eksternal. Pada PP No 101 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan diklat pada organisasi publik khususnya para PNS atau saat ini disebut ASN (Aparatur Sipil Negara) bertujuan untuk:
1.      Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara professional dengan dilandasi kepribadian dan etika pegawai sesuai dengan kebutuhan instansi;
2.      Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa;
3.      Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat;
4.      Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya pemerintahan yang baik.
Menurut Schiavo-Campo & Sundaram (2000) dalam Haris Faozan (2004) bahwa diklat yang dirancang dengan baik dapat mencapai beberapa atau semua tujuan berikut: improve efficiency (reduce unit cost); help make labor more mobile, and government personnel more flexible and adaptable; motive staff; lead to better and more responsive public service; equip government agencies with the skills and expertise they need to achieve their strategic objectives; and achieve specific personnel management objectives, such as employment equity, as well as build capacity in specific sectors.
Ketercapaian tujuan tersebut sangat tergantung pada kebijakan, strategi, dan kualitas pengelolaan kegiatan diklat. Berdasarkan hal itu, permasalahan yang akan dikaji dalam makalah ini adalah
“Pentingnya manajemen diklat bagi organisasi”

B.     PENGERTIAN MANAJEMEN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN,    ORGANISASI
Manajemen merupakan usaha menggerakkan dan mengendalikan   orang-orang yang dalam organisasi supaya mereka bekerja secara optimal. Manajemen juga diartikan sebagai proses mendayagunakan orang dan sumber daya  lain untuk tujuan organisasi secara efektif dan efisien
Pendidikan dan pelatihan (Diklat) merupakan suatu proses pembelajaran dalam organisasi yang mengarah pada perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku pegawai .
Organisasi merupakan pengelompokan orang-orang ke dalam aktivitas kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
 
C.     MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Manajemen diklat adalah upaya yang sistematis dan terencana dalam mengoptimalkan seluruh komponen diklat guna mencapai tujuan program secara efektif dan efesien. Komponen diklat terdiri dari kurikulum, sumber daya manusia, sarana/prasarana, dan biaya. Manajemen diklat yang sistematis dan terencana meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan (kontrol), dan evaluasi, terutama menyangkut tentang organisasi, program, sumber daya, dan pembiayaan. Sedangkan tujuan penyelenggaraan diklat secara umum adalah meningkatkan aparatur yang profesional.
Untuk mewujudkan aparatur yang profesional, dibutuhkan program diklat yang berkualitas, yaitu program diklat baik klasikal maupun non klasikal yang mampu memenuhi kebutuhan kompetensi peserta.  Kompetensi  peserta diklat merupakan kemampuan dan karakteristik aparatur yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya.
Dalam konteks inilah, maka pemerintah menetapkan beberapa kebijakan yang tertuang dalam PP No 101 tahun 2000 tentang penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, khususnya untuk Aparatur Sipil Negara.
Berbagai kebijakan diklat aparatur yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah tersebut, semuanya diarahkan pada terwujudnya penyelenggaraan diklat yang berbasis kompetensi. Kebijakan tersebut mengatur tentang: 1)  tujuan dan sasaran diklat, 2)  jenis dan jenjang, 3) peserta, 4) kurikulum dan metode, 4) tenaga kediklatan, 5) sarana dan prasarana, 6) penyelenggara, 7), pembiayaan, 8) pengendalian, 9) pembinaan, dan 10) ketentuan-ketentuan diklat lainnya.
Kebijakan-kebijakan tersebut dijadikan pedoman pengelolaan penyelengaraan diklat. Tahapan penyelenggaraan diklat seperti dijelaskan oleh Russel dalam Sulistiyani dan Rosidah (2003) meliputi: 1). penilaian kebutuhan pelatihan (need assesment), yang bertujuan mengumpulkan informasi untuk menentukan dibutuhkan atau tidaknya program diklat, 2) pengembangan program pelatihan (development), bertujuan untuk merancang lingkungan pelatihan dan metode pelatihan yang dibutuhkan guna mencapai tujuan pelatihan, 3) evaluasi program pelatihan (evaluation) bertujuan untuk menilai apakah diklat telah mencapai tujuan yang diharapkan.
Langkah-langkah strategis dan sistematis dalam mengelola program pelatihan dan diklat adalah sebagai berikut:
1.      Perencanaan diklat
Kegiatan perencanaan diklat dilakukan dengan cermat agar tujuan diklat dapat tercapai. Kegiatan perencanaan mencakup beberapa hal, yaitu:
a.       Identifikasi dan analisis kebutuhan diklat.
Identifikasi dan analisis kebutuhan diklat bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kebutuhan diklat perlu dipenuhi. Langkah awal dalam menganalisis kebutuhan diklat yaitu dengan melihat penyebab masalah dalam organisasi tersebut. Jenis analisis kebutuhan diklat dapat berupa analisis kinerja, fungsi, pekerjaan, dan fungsi.
b.      Menguji dan menganalisis jabatan dan tugas
Menguji dan menganalisis jabatan merupakan suatu proses mendapatkan informasi tentang suatu jabatan untuk menyusun standar-standar tertentu.
c.       Klasifikasi dan menentukan peserta diklat
Klasifikasi peserta diklat disesuaikan dengan jabatan dan tugas yang diemban oleh masing-masing peserta. Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan peserta diklat adalah kuota dan sumber daya yang mendukung pelaksanaan diklat seperti latar belakang, pengalaman, usia, pendidikan, dan sebagainya.
d.      Merumuskan tujuan diklat
Tujuan diklat disusun berdasarkan orientasi yang diharapkan oleh organisasi pada sumber daya manusia yang akan mengikuti diklat. Pada dasarnya tujuan pelatihan dapat dibedakan menjadi tiga kategori pokok domain, yang meliputi:
1)      Cognitive domain, adalah tujuan diklat yang berkaitan dengan meningkatkan pengetahuan peserta. misalnya peningkatkan pemahaman guru terhadap kurikulum 2013
2)      Affective domain, adalah tujuan diklat yang berkaiatan dengan sikap dan tingkah laku, misalnya peningkatan motivasi dan kreatifitas guru dalam pengembangan model pembelajaran.
3)      Psychomotor domain, adalah tujuan diklat yang berkaitan dengan keterampilan peserta diklat, misalnya peningkatan keterampilan atletik bagi guru penjaskesor.
e.       Menyusun rancangan program diklat
Menyusun rancangan program diklat adalah menyusun kurikulum. Untuk merancang suatu kurikulum dan menyajikannya dalam suatu sajian tertentu, maka dianjurkan langkah-langkah berikut : 
1)      Menentukan dan memprioritaskan isi/muatan materi diklat.
2)      Membangun hubungan logis dan urutannya.
3)      Menentukan metoda dan media pelatihan
4)      Menentukan kebutuhan waktu.
Rancangan kurikulum tersebut kemudian disusun dalam perencanaan pelaksanaan diklat yang memuat semua aspek pelaksaaan diklat yang meliputi: peserta pelatihan dan jumlahnya, fasilitator/pelatih, tempat pelaksanaan, waktu pelaksanaan, kelengkapan pendukung, kebutuhan biaya dan sumber dana, bahan pelatihan, konsumsi, akomodasi, transportasi, dokumentasi, dan kepanitiaan.
f.       Menyusun dan mengembangkan kerangka acuan
Menyusun dan mengembangkan suatu kerangka acuan diklat atau Term of Reference (TOR). Pada umumnya  garis besar isi kerangka acuan diklat meliputi:
1)      Latar belakang (mengapa)
2)      Tujuan diklat (untuk apa)
3)      Poko bahasan/materi diklat (Apa)
4)      Pendekatan dan metodologi diklat (bagaimana)
5)      Peserta pelatihan dan fasilitator (siapa)
6)      Waktu dan tempat pelatihan (kapan dan dimana)
7)      sumber dana dan pembiayaan (berapa)
Hal tersebut terinci dan dibukukan dalam panduan diklat yang akan diserahkan kepada semua peserta diklat.
2.      Pelaksanaan diklat
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan diklat terkait dengan event organization, yaitu pembentukan organizing commite atau struktur organisasi kepanitiaan yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan diklat sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing dan starring comitte yang bertanggungjawab penuh saat pelaksanaan diklat. Kegiatan organizing commite meliputi menetapkan tempat penyelenggaraan dan fasilitas yang tersedia (kapasitas ruangan, tempat parker, kamar kecil, ruang tunggu, penginapan, dan fasilitas lain yang dibutuhkan) yang dapat memberikan kenyamanan peserta diklat dan membuat time schedule diklat termasuk pemberitahuan/ undangan kepada peserta dan fasilitator, serta mempersiapkan kelengkapan bahan diklat termasuk konsumsi. Sedangkan kegiatan starring comitte meliputi penentuan pembawa acara, moderator yang dapat mancairkan suasana, para nara sumber, jenis bahan ajar, metode, dan pendukung pelaksanaan diklat lainnya. Para petugas starring comitte sebaiknya adalah orang-orang yang sudah berpengalaman dan berkualitas sehingga memberikan nuansa semangat bagi peserta dan panitia dalam mencapai tujuan diklat.
3.      Tahap evaluasi dan tindak lanjut
Tahap evaluasi menjadi bagian penting yang perlu dilakukan oleh penyelenggara diklat untuk mengetahui apakah diklat tersebut mempunyai nilai guna yang maksimal dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pengembangan organisasi.
Tahapan evaluasi bertujuan untuk:
a.       Menemukan bagian-bagian mana saja dari pelaksanaan diklat yang berhasil mencapai tujuan, serta bagian mana sajakan yang kurang atau tidak mencapai tujuan sehingga dapat dibuat langkah-langkah perbaikan.
b.      Memberi kesempatan kepada peserta untuk menyumbangkan pemikiran dan saran-saran serta penilaian terhadap efektifitas program pelatihan yang dilaksanakan.
c.       Mengetahui sejauh mana dampak kegiatan pelatihan terutama yang berkaitan dengan terjadinya perubahan perilaku dikemudian hari.
d.      Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan untuk merancang dan merencanakan diklat selanjutnya.
Beberapa tahap evaluasi yang diungkapkan oleh William Anthoni, et.al, (2002) yaitu:
a.       Reaction merupakan reaksi dari para peserta diklat. Data tentang reaksi para peserta diklat dapat dikumpulkan dengan cara pemberian angket kuisener penyelenggaraan diklat. Data ini meliputi tanggapan peserta diklat mengenai fasilitas penyelenggaraan diklat baik itu tempat, makanan, pelayanan, proses pembelajaran, dan materi diklat.
b.      Learning merupakan tingkatan pencapaian proses pembelajaran peserta diklat. Pada tahap ini dapat diketahui sejauh mana peserta diklat telah mencapai standar kelulusan baik keterampilannya maupun ketika proses pelatihan. Pengambilan data ini melalui performance test untuk mengukur tingkat kelulusan, role playing untuk mengukur proses keterampilan, dan penilaian terhadap perubahan perilaku (behaviour).
c.       Result merupakan evaluasi hasil melalui penyelidikan bagaimana program diklat telah memegaruhi organisasi yang mengikuti diklat. Misalnya, apakah terjadi peningkatan kinerja para aparatur atau sebaliknya. Jika terjadi ketidaksesuaian antara kenyataan dengan harapan diselenggarakannya diklat maka perlu dilakukan analisis penyebab kegagalan tersebut.
Setelah diperoleh data evaluasi maka dilakukan tindak lanjut. Tindak lanjut merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peserta diklat setelah kegiatan pelatihan selesai. Rencana tindak lanjut seharusnya dibuat secara spesifik dan realistis sesuai dengan tanggungjawabnya.
Penyelenggara diklat dapat memilih berbagai jenis desain evaluasi sesuai dengan waktu, biaya, maupun tenaga yang tersedia.  Desain tahapan evaluasi dapat dilakukan melalui post test, pre test/post test,  atau multiple pre test/multiple post test. Apapun desain yang dipilih akan mencerminkan perubahan terhadap pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku peserta diklat sehingga dapat dilakukan pengembangan dan pemberdayaan yang berkelanjutan.
Sedangkan menurut Anthony, (2000:125) prosedur penyelenggaraan  diklat dapat digambarkan seperti siklus berikut ini:
Siklus tersebut menunjukan bahwa sebelum pelaksanaan diklat perlu dilakukan analisis kebutuhan, pengembangan tujuan diklat, dan pengembangan kriteria evaluasinya. Hasil dari pengembangan tujuan dijadikan bahan pertimbangan pemilihan jenis diklat beserta desain/metode yang dipilih. Selanjutnya  adalah pelaksanaan diklat dan pengukuran hasil yaitu dengan membandingkan dengan kriteria pengembangan pegawai yang telah ditentukan dengan hasil yang dicapai.
Keberhasilan penyelenggaraan diklat tidak hanya dipengaruhi dari prosedurnya saja tetapi menurut Paul (1983) efektivitas diklat tergantung pada lima faktor, yaitu training policies and institutions, the education system, the existing stock of educated manpower, the personnel policies and lis system, and the administrative culture. Selain itu, strategi merupakan faktor terpenting dalam proses perencanaan. Strategi merupakan rencana yang menyeluruh dan terpadu mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam penyelenggaraan diklat dapat berupa penetapan kebijakan dan program operasional dengan memperhatikan sumber daya organisasi serta keadaan lingkungan yang dihadapi.
Contoh strategi yang akan diitetapkan oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Kemendagri dalam melaksanakan misinya sebagai berikut :
1.      Kemitraan,
Dilaksanakan dengan memberikan peluang yang lebih besar bagi keterlibatan komponen-komponen di luar lembaga diklat dan di luar instansi pemerintah dalam pengembangan berbagai program kediklatan.
2.      Pengembangan Kelembagaan,
Dilaksanakan agar lembaga-lembaga kediklatan mampu menjadi lembaga yang profesional dalam tataran desain organisasi, tataran sistem dan mekanisme kerjanya.
3.      Pengembangan Kapasitas Personil Diklat,
Dilaksanakan untuk meningkatkan profesionalisme lembaga diklat melalui upaya peningkatan profesionalisme kediklatan bagi segenap jajaran personil di lembaga diklat.
4.      Swadana,
Dilaksanakan dengan cara pengembangan pola pendamping yang memungkinkan lembaga-lembaga diklat dan unit-unit kerja pemerintah dapat bekerja lebih dinamis dan kreatif. Untuk itu strategi pembiayaan program diklat dengan pola swadana semakin penting untuk dikembangkan.
Sedangkan menurut Zaltman (1977) dalam Yayat Sudaryat menyebutkan empat strategi pelatihan, yakni strategi fasilitatif, reedukatif, persuasif (bujukan), dan strategi paksaan.
Pengelolaan komponen diklat dan penentuan strategi diklat yang tepat termasuk kebijakannya sangat bermanfaat untuk keberlangsungan suatu organisasi karena dengan tercapai penyelenggaraan diklat yang profesional maka diharapkan aparatur dalam organisasi mempunyai kompetensi yang handal dibidangnya.
Selain itu, hal-hal yang menunjukkan pentingnya manajemen diklat bagi suatu organisasi adalah sebagai berikut:
1.      Terukurnya peningkatan prestasi kinerja melalui perubahan pengetahuan dan keterampilan.
2.      Terukurnya biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang akan diperoleh.
3.      Spesifikasi tujuan pelatihan sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan tugas yang ada.
4.      Adanya peningkatan yang adapat diukur di dalam pencapaian tujuan organisasi atau lembaga.

D.    PENUTUP
Pendidikan dan pelatihan  merupakan salah satu upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap aparatur dalam rangka memenuhi kinerja yang diharapkan dan memenuhi kualifikasi sumberdaya manusia untuk menghadapi perubahan tuntutan kualitas baik dari internal maupun eksternal. Keputusan pentingnya penyelenggaraan diklat didasarkan pada analisis kebutuhan meliputi pengembangan karir, adanya kepentingan perbaikan kinerja pegawai yang rendah, penambahan fungsi dalam organisasi, memperkecil kesenjangan tuntutan pekerjaan dengan sumberdaya manususia yang ada. Informasi dari analisis kebutuhan mengharuskan ada dan tidaknya program diklat. Apabila permasalahan terkait dengan persoalan aparatur maka perlu adanya penyelenggaraan diklat. Penyelenggaraan diklat akan maksimal jika komponen diklat dikelola secara  efektif dan efesien sesuai dengan kebijakan dan strategi yang tepat. Langkah-langkah dalam mengelola diklat adalah: 1) tahap perencanaan dengan menentukan jenis diklat, nara sumber (pelatih), durasi waktu, penentunan materi/kurikulum, 2) tahap pelaksanaan dan 3) tahap evaluasi. Keberhasilan manajemen diklat sangat bermanfaat bagi organisasi karena memberikan dampak positif pada peningkatan kinerja yang sesuai dengan kriteria pengembangan tujuan yang telah ditentukan.

 DAFTAR PUSTAKA

Ambar Teguh Sulistiyani & Rosidah, 2003 Manajemen Sumber Daya Manusia,
Yogyakrta: Graha Ilmu
file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR...YAYAT.../PELATIHAN.pdf
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil
staff.uny.ac.id/system/files/...%20Rosidah..../manajemen%20diklat.pdf
William P. Antony, 2002. Human Resouces Management., A Strategic Approach,
United States Of America

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM KIMIA SMA: MEMBAWA KONSEP ABSTRAK KE DUNIA NYATA

Pembelajaran interaktif telah menjadi tren dalam dunia pendidikan modern. Dalam mata pelajaran kimia, yang seringkali dianggap abstrak dan s...