Sabtu, 12 April 2014

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


Tugas : Mata Kuliah Manajemen Diklat
Dosen : Drs. H. Romli Ardie, M.Pd
Disusun Oleh : Ahyani dan Laila Uswatunnisa
Prodi : Teknologi Pembelajaran Pasca Sarjana UNTIRTA


BAB I
PENDAHULUAN

Sumber daya manusia didefinisikan sebagai keseluruhan orang-orang dalam organisasi yang memberikan kontribusi terhadap jalannya organisasi. Sebagai sumber daya utama organisasi, perhatian penuh terhadap sumber daya manusia harus diberikan terutama dalam kondisi lingkungan yang serba tidak pasti. Selain itu perlu diperhatikan pula bahwa penempatan pegawai yang tepat tidak selalu menyebabkan keberhasilan. Kondisi lingkungan yang cenderung berubah dan perencanaan karir dalam organisasi mengharuskan organisasi terus-menerus melakukan penyesuaian.
Pengembangan sumber daya manusia meliputi aktivitas-aktivitas yang diarahkan terhadap pembelajaran organisasi maupun individual. Pengembangan sumber daya manusia terwujud dalam aktivitas-aktivitas yang ditujukan untuk merubah perilaku organisasi. Pengembangan sumber daya manusia menunjukan suatu upaya yang disengaja dengan tujuan mengubah perilaku anggota organisasi atau paling tidak meningkatkan kemampuan untuk berubah. Jadi ciri utama pengembangan sumber daya manusia adalah aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada perubahan perilaku.
Era reformasi membawa perubahan yang sangat besar dalam berbagai bidang, termasuk bagi pemerintahan selaku ekskutif. Pemerintah sebagai lembaga pelayanan masyarakat dituntut mampu menjembatani antara aspirasi masyarakat yang diakomodasi dalam lembaga legislatif dengan masyarakat yang secara riil menerima dan menikmati pelayanan pemerintah. Sehingga bukan sebaliknya dimana ekskutif hanyalah penyedia pelayanan pada masyarakat tanpa memperhatikan keinginan masyarakat. Paradigma yang seharusnya diubah adalah pemerintah adalah pelayan masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, yang seharusnya diawasi dan dikendalikan oleh rakyat dan legislatif  bukan sebaliknya. Sementara itu, perkembangan zaman yang semakin pesat mau tidak mau juga meningkatkan aspirasi, tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang harus direalisasikan secara efektif dan efisien oleh pemerintah karena sumber daya yang semakin terbatas.
Namun yang sering ditemui adalah sebaliknya aparatur pemerintah sering menyandarkan profesionalitasnya pada aspek rutinitas, sehingga segala sesuatu pekerjaan dilaksanakan berdasarkan rumusan “dulu juga begitu”, sehingga pegawai jarang melakukan kesalahan yang baru, akan tetapi secara tidak sadar mereka senantiasa mengulang kesalahan lama, tanpa ada inisiatif memperbaiki kesalahan tersebut.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam makalah ini adalah:
1.      Apa tujuan pengembangan SDM?
2.      Bagaimana proses dalam pengembangan SDM?
3.      Apa tujuan DIKLAT dalam pengembangan SDM?
4.      Bagaimana agar Diklat bisa menjadi sarana pengembangan pegawai yang efektif dan efisien?”.

 

BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Pengembangan SDM

Menurut Kartasasmita (1995) pengembangan sumber daya manusia ditujukan untuk mewujudkan manusia pembangunan yang berbudi luhur, tanggung jawab, cerdas, terampil, mandiri, dan memiliki rasa kesetiakawanan, bekerja keras, produktif, kreatif dan inovatif, berdisiplin serta berorientasi ke masa depan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Peningkatan kualitas sumber daya manusia diselaraskan dengan persyaratan keteramplan, keahlian dan profesi yang dibutuhkan dalam semua sektor pembangunan.
Agar tujuan diatas tercapai, Schuler & Yongblood (HR Riyadi Suprapto dkk : 2000) mengungkapkan bahwa pengembangan sumber daya manusia pada suatu organisasi akan melibatkan berbagai faktor, seperti : pendidikan dan pelatihan, perencanaan dan manajemen karir, peningkatan kualitas dan produktivitas kerja, serta peningkatan kesehatan dan keamanan kerja. Sementara itu Klingner & Nalbandian (HR Riyadi Suprapto dkk : 2000) memasukkan pula faktor motivasi kerja dan penilaian prestasi kerja sebagai aspek yang tercakup dalam pengembangan sumber daya manusia.
Berdasarkan hal tersebut diatas pengembangan SDM harus memenuhi beberapa harapan atas atribut-atribut profesionalisme, yaitu :
1. seseorang memiliki ketrampilan dan keahlian teoritis ilmiah tertentu sesuai dengan bidang pekerjaan yang akan digelutinya.
2. harus mampu menyumbangkan ilmu dan tenaganya secara optimal untuk kelancaran usaha tempat kerjanya.
3. harus dapat mendorong peningkatan produktifitas yang berkelanjutan
4. memiliki sikap untuk terus menerus memperbaiki dan meningkatkan keahlian dan ketrampilannya.
5. disiplin dan patuh pada aturan main profesi dan tempat kerjanya.
6. memiliki kesiapan untuk berubah atau melakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang tengah berlangsung atau bahkan mampu menciptakan perubahan.
(HR Riyadi Suprapto dkk : 2000).
Armstrong (1997:507) menyatakan sebagai berikut: “Pengembangan sumber daya manusia berkaitan dengan tersedianya kesempatan dan pengembangan belajar, membuat program-program training yang meliputi perencanaan, penyelenggaraan, dan evaluasi atas program-program tersebut”.
McLagan dan Suhadolnik (Wilson, 1999:10) mengatakan: “HRD is the integrated use of training and development, career development, and organisation development to improve individual and organisational effectiveness”. ( Pengembangan SDM adalah pemanfaatan pelatihan dan pengembangan, pengembangan karir, dan pengembangan organisasi, yang terintegrasi antara satu dengan yang lain, untuk meningkatkan efektivitas individual dan organisasi).
Definisi senada dikemukakan oleh Mondy and Noe (1990:270) sebagai berikut: “Human resorce development is a planned, continuous effort by management to improve employee competency levels and organizational performance through training, education, and development programs” (Pengembangan SDM adalah suatu usaha yang terencana dan berkelanjutan yang dilakukan oleh organisasi dalam meningkatkan kompetensi pegawai dan kinerja organisasi melalui program-program pelatihan, pendidikan, dan pengembangan).
Sedangkan Harris and DeSimone (1999:2) mengatakan sebagai berikut: “Human resource development can be defined as a set of systematic and planned activities designed by an organization to provide its members with necessary skills to meet current and future job demands”. (Pengembangan SDM dapat didefinisikan sebagai seperangkat aktivitas yang sistematis dan terencana yang dirancang oleh organisasi dalam memfasilitasi para pegawainya dengan kecakapan yang dibutuhkan untuk memenuhi tuntutan pekerjaan, baik pada saat ini maupun masa yang akan datang).
Sementara itu, Stewart dan McGoldrick (1996:1) mengatakan: “Human resource development encompasses activities and processes which are intended to have impact on organisational and individual learning”. ( Pengembangan SDM meliputi berbagai kegiatan dan proses yang diarahkan pada terjadinya dampak pembelajaran, baik bagi organisasi maupun bagi individu).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa Pengembangan SDM adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh organisasi dalam memfasilitasi pegawai agar memiliki pengetahuan, keahlian, dan atau sikap yang dibutuhkan dalam menangani pekerjaan saat ini atau yang akan datang. Aktivitas yang dimaksud, tidak hanya pada aspek pendidikan dan pelatihan saja, akan tetapi menyangkut aspek karir dan pengembangan organisasi. Dengan kata lain, PSDM berkaitan erat dengan upaya meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan atau sikap anggota organisasi serta penyediaan jalur karir yang didukung oleh fleksibilitas organisasi dalam mencapai tujuan organisasi.
Mengingat tujuan Pengembangan SDM berkaitan erat dengan tujuan organisasi, maka program-program yang dirancang harus selalu berkaitan erat dengan berbagai perubahan yang melingkupi organisasi, termasuk kemungkinan adanya perubahan-perubahan dalam hal pekerjaan serta yang lebih penting berkaitan erat dengan rencana strategis organisasi sehingga sumber-sumber daya organisasi yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
Walaupun telah disadari bahwa mengelola sumber daya manusia merupakan hal yang vital dalam organisasi, namun melaksanakan hal tersebut tidaklah mudah. Kadang-kadang para manajer dalam organisasi bingung untuk memulai langkah awal dalam pengembangan sumber daya manusia. Megginson (1993:14) membuat beberapa pertanyaan sebagai awal pemikiran tentang pengembangan sumber daya manusia sebagai berikut:
·         Perubahan (dalam hal keahlian dan kemampuan) apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja/prestasi kerja individu tertentu?
·         Kekurangan apa yang secara jelas teridentifikasi dalam kaitannya dengan kinerja yang perlu segera ditangani?
·         Perubahan apa yang berkaitan dengan teknologi, proses produksi, dan kultur organisasi bagi para pegawai yang belajar sesuatu yang hal baru?
·         Kesempatan apa yang saat ini tersedia bagi para pegawai untuk mendapatkan keahlian yang baru?
·         Siapa yang bertanggung jawab dalam organisasi terhadap tersedianya kesempatan belajar yang tepat?
·         Perubahan perilaku apa yang secara umum harus dilakukan oleh staff untuk dapat meningkatkan kinerja mereka dan juga mendukung peningkatan kinerja yang lain?
·         Hal apa yang tidak berjalan dengan semestinya dan kesalahan apa yang telah kita lakukan?
·         Apa yang kita dapatkan dari pengalaman kita dalam pendidikan dan pelatihan yang terdahulu?

B. Tujuan Pengembangan SDM
Secara umum tujuan pengembangan sumber daya manusia adalah untuk memastikan bahwa organisasi mempunyai orang-orang yang berkualitas untuk mencapai tujuan organisasi untuk meningkatkan kinerja dan pertumbuhan (Armstong, 1997:507).
Tujuan tersebut di atas dapat dicapai dengan memastikan bahwa setiap orang dalam organisasi mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam mencapai tingkat kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif. Selain itu perlu pula diperhatikan bahwa dalam upaya pengembangan sumber daya manusia ini, kinerja individual dan kelompok adalah subjek untuk peningkatan yang berkelanjutan dan bahwa orang-orang dalam organisasi dikembangkan dalam cara yang sesuai untuk memaksimalkan potensi serta promosi mereka.

Secara rinci tujuan pengembangan SDM dapat diuraikan sebagai berikut:
·     Meningkatkan produktivitas kerja
Program pengembangan yang dirancang dengan baik akan membantu meningkatkan produktivitas, kualitas, dan kuantitas kerja pegawai. Hal ini disebabkan karena meningkatnya technical skill, human skill, dan managerial skill karyawan yang bersangkutan.
·       Mencapai efisiensi
Efisiensi sumber-sumber daya organisasi akan terjaga apabila program pengembangan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. Dengan kata lain pemborosan dapat ditekan, karena biaya produksi kecil dan pada akhirnya daya saing organisasi dapat meningkat.
·       Meminimalisir kerusakan
Dengan program pengembangan yang baik, maka tingkat kerusakan barang/produksi dan mesin-mesin dapat diminimalisir karena para pegawai akan semakin terampil dalam melaksanakan tugasnya.
·       Mengurangi kecelakaan
Dengan meningkatnya keahlian/kecakapan pegawai dalam melaksanakan tugas, maka tingkat kecelakanaan pun dapat diminimalisir.
·       Meningkatkan pelayanan
Pelayanan merupakan salah satu nilai jual organisasi/perusahaan. Oleh karena itu, salah satu tujuan pengembangan sdm adalah meningkatkan kemampuan pegawai dalam memberikan layanan kepada konsumen.
·       Memelihara moral pegawai
Moral pegawai diharapkan akan lebih baik, karena dengan diberikannya kesempatan kepada pegawai untuk mengikuti program pengembangan pegawai, maka pengetahuan dan keterampilannya diharapkan sesuai dengan pekerjaannya, sehingga antusiasme pegawai untuk menyelesaikan pekerjaan akan meningkat.
·       Meningkatan peluang karier
Karena pada umumnya promosi didasarkan pada kemampuan dan keterampilan peagwai, maka kesempatan pegawai yang telah mengikuti program pengembangan untuk meningkatkan karier akan semakin terbuka dengan karena keahlian dan kemampuannya akan menjadi lebih baik.
·       Meningkatkan kemampuan konseptual
Pengembangan ditujukan pula untuk meningkatkan kemampuan konseptual seorang pegawai. Dengan kemampuan yang meningkat, maka diharapkan pengambilan keputusan atas suatu persoalan akan menjadi lebih mudah dan akurat.
·       Meningkatkan kepemimpinan
Human relation adalah salah satu aspek yang menjadi perhatian dalam program pengembangan. Dengan meningkatnya kemampuan human relation, maka diharapkan hubungan baik ke atas, ke bawah, maupun ke samping akan lebih mudah dilaksanakan.
·       Peningkatan balas jasa
Prestasi kerja pegawai yang telah mengikuti program pengembangan diharapkan akan lebih baik. Seiring dengan meningkatnya prestasi kerja pegawai, maka balas jasa atas prestasinya pun akan semakin baik pula.
·       Peningkatan pelayanan kepada konsumen
Dengan meningkatnya kemampuan pegawai, baik konseptual, maupun teknikal, maka upaya pemberian pelayanan kepada konsumen pun akan berjalan lebih baik pula. Dengan demikian diharapkan kepuasan konsumen seagai pemakai barang/jasa akan terpenuhi

C. Proses Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pada hakekatnya pengembangan sumber daya manusia diarahkan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar organisasi. Namun sebelum proses pengembangan sumber daya manusia ini dilaksanakan, maka ada dua pertanyaan pokok yang harus dijawab, yaitu:
  • Apakah kebutuhan pelatihan kita?
  • Apa yang ingin kita penuhi melalui upaya pengembangan sumber daya manusia?
Setelah menentukan tujuan proses pengembangan sumber daya manusia, maka manajemen dapat menentukan metode-metode yang cocok dan media yang tepat untuk memenuhi tujuan yang telah ditentukan tersebut. Pada dasarnya banyak sekali metode dan media yang dapat digunakan, namun dalam prakteknya, pemilihan metode tersebut tergantung pada tujuan pengembangan sumber daya manusia. Secara umum, pengembangan sumber daya manusia harus selalu dievaluasi secara terus-menerus dalam rangka memfasilitasi perubahan dan memenuhi tujuan organisasi.
Dalam bentuk bagan, proses/tahap pengembangan sumber daya manusia dapat digambarkan sebagai berikut:
Menentukan Kebutuhan
Seperti tergambar dalam bagan, bahwa langkah pertama dalam proses pengembangan sumber daya manusia adalah analisis kebutuhan Pengembangan SDM yang menurut Werther and Davis (1996:286): “Needs assesments diagnoses current problems and future challenges to be met through training and development”. Secara bebas dapat diterjemahkan sebagai berikut: Analisis kebutuhan yaitu suatu proses mendiagnosa masalah-masalah yang terjadi pada saat ini dan tantangan masa depan yang akan diantisipasi melalui pelatihan dan pengembangan. Penentuan kebutuhan ini bukan karena organisasi/perusahaan lain melakukan hal yang sama, akan tetapi harus benar-benar dilandasi kebutuhan organisasi. Atau dengan kata lain prinsip pertama yang harus dipenuhi adalah mengetahui apa yang dibutuhkan. Analisis kebutuhan (needs assessment) adalah suatu penentuan kebutuhan pelatihan yang sistematis yang terdiri dari tiga jenis analisis. Analisis-analisis tersebut diperlukan dalam menentukan tujuan pelatihan. Ketiga analisis tersebut adalah analisis organisasional (organisational analysis), analisis pekerjaan (job analysis), dan analisis individual (individual analysis).
Analisis organisasional adalah suatu analisis yang berusaha untuk menjawab pertanyaan mengenai dimana tempat atau bagian mana dari organisasi yang paling membutuhkan pelatihan dan faktor-faktor apa yang mungkin mempengaruhi pelatihan. Dengan kata lain analisa organisasional berarti melihat keseluruhan organisasi dalam menentukan dimana program-program pelatihan, pendidikan, dan pengembangan akan diselenggarakan. Dalam analisa ini, tujuan-tujuan strategis organisasi juga rencana-rencana organisasi, perlu dipertimbangkan dengan seksama. Biasanya analisa ini juga dipikirkan pada waktu proses perencanaan sumber daya manusia. Untuk melakukan analisis organisasional, organisasi harus mempehatikan tujuan-tujuan organisasi, inventarisasi pegawai, dan lingkungan organisasi. Selain itu perkiraan suplai pegawai dan gap yang ada perlu mendapat perhatian.
Analisis pekerjaan adalah suatu analisis yang mencoba menjawab mengenai apa yang seharusnya dilatihkan sehingga pegawai dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Dalam melakukan analisis pekerjaan, uraian pekerjaan – yang menggambarkan pekerjaan yang harus dilakukan - dan deskripsi jabatan – yang menggambarkan kompetensi yang yang harus dimiliki dalam melakukan suatu pekerjaan - harus menjadi perhatian. Namun demikian, jika ternyata uraian pekerjaan yang ada tidak cukup sebagai sumber informasi, bila perlu diadakan wawancara terhadap para manajer dan para pegawai non-manajer (operasional) untuk mendapat saran/masukan yang diinginkan sehubungan dengan rencana penyelenggaraan program pengembangan pegawai.
Analisis individual adalah suatu analisis yang mencoba menjawab mengenai siapa yang memerlukan pelatihan dan jenis pelatihan apa yang dibutuhkan oleh para pegawai tersebut. dengan kata lain analisa individual memfokuskan diri pada pegawai yang akan diikutsertakan dalam program pengembangan pegawai. Analisa ini berkaitan dengan dua pertanyaan pokok sebagai berikut:
  • Siapa yang perlu diikutsertakan dalam program pengembangan?
  • Jenis pengembangan pegawai apa yang dibutuhkan?
Untuk menjawab pertanyaan pertama, maka cara sederhana dengan membandingkan kinerja pegawai dengan standar yang telah ditentukan dapat digunakan. Apabila hasil perbandingan menunjukkan tidak ada gap antara standar dengan kinerja, maka program pengembangan tidak dibutuhkan. Jika ternyata kinerja pegawai di bawah standar yang diinginkan, maka upaya lebih lanjut untuk mengetahui penyebabnya perlu dilakukan.
Selain cara tersebut di atas, bermain peran, dan pusat pelatihan dapat juga digunakan dalam mengadakan analisa individual. Hasil program perencanaan karir juga dapat digunakan sebagaimana pusat pelatihan.

Menetapkan Tujuan
Penentuan tujuan yang jelas merupakan hal yang tidak dapat diindahkan. Tanpa tujuan yang jelas, maka upaya mendesain program-program pelatihan dan pengembangan merupakan suatu hal yang sulit. Selain itu adanya tujuan yang jelas akan mempermudah dalam hal pengukuran hasil yang diharapkan sekaligus mengukur keberhasilan suatu program pengembangan.
Pelatihan dan Pengembangan SDM
Pelatihan dan pengembangan SDM adalah hal utama harus ada dalam sebuah manajemen. Pelatihan SDM mengacu pada serangkaian kegiatan yang memberikan peluang kepada setiap karyawan untuk mendapatkan dan meningkatkan keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaan. Program pelatihan SDM umumnya diberikan kepada karyawan yang baru maupun karyawan yang telah ada, tujuannya adalah agar setiap karyawan tersebut mampu menghadapi situasi – situasi yang selalu berubah.
Sementara itu program pengembangan SDM bertujuan untuk mengembangkan keterampilan untuk pekerjaan masa depan. Pengembangan SDM merupakan suatu proses pendidikan jangka panjang yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir dimana karyawan manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis guna mencapai tujuan umum.
Program pendidikan dan pelatihan SDM merupakan upaya untuk pengembangan SDM, terutama untuk pengembangan kemampuan intelektual dan kepribadian. Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga yang digunakan oleh suatu organisasi, sedangkan pelatihan SDM lebih berkaitan dengan peningkatan kemampuan atau keterampilan pekerja yang sudah menduduki suatu jabatan atau tugas tertentu. Untuk pendidikan dan pelatihan SDM ini, langkah awalnya perlu dilakukan analisis kebutuhan atau need assessment, yang menyangkut tiga aspek, yaitu: analisis organisasi, analisis pekerjaan, dan analisis pribadi”.
Program pelatihan dan pengembangan SDM merupakan istilah-istilah yang berhubungan dengan usaha-usaha berencana, yang diselenggarakan untuk mencapai penguasaan skill, pengetahuan, dan sikap-sikap pegawai atau anggota organisasi. Pengembangan SDM lebih difokuskan pada peningkatan kemampuan dalam pengambilan keputusan dan memperluas hubungan manusia (human relation) bagi manajemen tingkat atas dan manajemen tingkat menengah sedangkan pelatihan SDM dimaksudkan untuk pegawai pada tingkat bawah (pelaksana). Sehingga diharapkan karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar.
Dapat disimpulkan bahwa pelatihan dan pengembangan SDM adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan kapasitas SDM agar bisa menjadi sumber daya yang berkualitas baik dari segi pengetahuan, keterampilan bekerja, tingkat professionalisme yang tinggi dalam bekerja agar bisa meningkatkan kemampuan untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dengan baik.
Tujuan Pelatihan dan Pengembangan SDM
Pelatihan dan pengembangan SDM mempunyai tujuan yang terdiri dari beberapa tujuan antara lain:
  1. Memutakhirkan keahlian seorang individu sejalan dengan perubahan teknologi. Melalui pelatihan SDM, pelatih (trainer) memastikan bahwa setiap individu dapat secara efektif menggunakan teknologi-teknologi baru.
  2. Mengurangi waktu belajar seorang individu baru untuk menjadi kompeten dalam pekerjaan.
  3. Membantu memecahkan persoalan operasional.
  4. Mengorientasikan setiap individu terhadap organisasi.
  5. Memberikan kemampuan yang lebih tinggi dalam melaksanakan tugas dalam bekerja.
  6. Meningkatkan tingkat professionalisme para karyawan.
 
BAB III
PEMBAHAAN


Selama ini pola pengembangan SDM PNS melalui Diklat cukup banyak dilakukan. Namun berdasarkan pengamatan Diklat tersebut hanya sekedar ajang proyek untuk menghabiskan dana, atau ajang refreshing, sehingga Diklat tidak mampu memberi kontribusi maksimal bagi pengembangan pegawai maupun organisasi.
Kelemahan dalam sistem Diklat yang ada saat ini adalah Diklat tidak dikaitkan dengan sistem analisis jabatan sehingga Diklat tidak mampu mengupgrade kemampuan pegawai dalam pelaksanaan tugasnya karena tidak sesuai antara materi Diklat dengan kebutuhan pegawai. Diklat juga tidak dikaitkan dengan system kompensasi atau pola karir pegawai, sehingga pegawai tidak termotivasi untuk melakukan Diklat tersebut atau kalaupun termotivasi hanyalah sekedar lulus, agar tidak merasa malu ketika kembali ke institusinya.

a. Job analisis.

Diklat sebagai bentuk pengembangan pegawai harus mampu mengupgrade kecakapan, pengetahuan dan keahlian dan karakter pegawai. Karena itulah Diklat harus disesuaikan dengan analisis jabatan tentang karakteristik pekerjaan yang dijadikan bahan Diklat. Permasalahan yang ada sekarang, saat ini kebanyakan analisis pekerjaan yang ada di PNS masih ketinggalan zaman, sehingga mungkin
Diklat sesuai dengan analisis jabatan namun ketinggalan zaman. Disinilah perlu dianalisis kembali mengenai bobot dan ruang lingkupnya sehingga mampu memenuhi tuntutan pelayanan publik yang semakin berkembang sekaligus mampu memenuhi tuntutan profesionalitas. Uraian pekerjaan yang ada selama ini perlu diperbaharui sesuai tuntutan zaman serta sifat kedaerahannya. Uraian jabatan yang ada saat ini dibuat seragam antara unit satu dengan unit lain bahkan pada daerah yang berbeda padahal kerumitan, kompleksitas dan cakupan tugas pada posisi yang sama ditempat yang berbeda sangat mungkin punya variasi yang beragam. Selain itu konsekuensi adanya perkembangan zaman, analisis pekerjaan menuntut updating pula. Jabatan yang semula menuntut persyaratan tertentu, bisa jadi saat ini menuntut persyaratan yang lebih tinggi. Sebagai contoh pegawai bagian tata usaha sebelumnya mungkin hanya mensyaratkan mampu mengetik dengan baik, tapi saat ini perlu diupgrade mampu mengoperasikan komputer, juga mampu menguasai upgrade program komputer yang semakin berkembang. Setelah dilakukan upgrading job analisis, kemudian perlu juga dilakukan pemetakan/identifikasi kemampuan, ketrampilan dan potensi pegawai yang telah ada dengan mengarah pada alat ukur job analisis yang telah diupgrade, sehingga akan diketahui :
1. seberapa jauh pegawai sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
2. seberapa jauh penempatan pegawai sesuai dengan kemampuan dan ketrampilannya.
3. seberapa jauh pegawai dapat dikembangkan potensinya tersebut.
Setelah dilakukan identifikasi tersebut akan diperoleh pegawai yang potensial yang dapat dikembangkan kemampuannya melalui Diklat yang telah disesuaikan dengan job analisis yang dibuat.

b. Pola karir Pegawai

Diklat harus pula dijadikan sarana manajemen sebagai sebuah system kompensasi bagi pegawai. Selama ini pengembangan karir pegawai bergantung pada sistem pola karir pegawai. Pola karir merupakan arah pembinaan PNS yang menggambarkan karier yang menunjukkan keterkaitan dan keserasian antara jabatan, pangkat, pendidikan dan pelatihan, kompetensi serta masa jabatan seorang PNS sejak pengangkatan pertama. Disini Diklat seharusnya menjadi bagian yang harus diperhitungkan bagi pengembangan karir pegawai untuk mengarah pada tingkat posisi yang lebih tinggi. Dengan mengkaitkan Diklat dengan pola karir pegawai, maka akan diperoleh keuntungan seperti :
1. Pegawai akan termotivasi meningkatkan karirnya melalui Diklat
2. Pegawai akan termotivasi ketika mengikuti Diklat tersebut.
Agar Diklat sesuai dengan pola karir pengembangan pegawai, maka Diklat harus diikuti dengan :
1. Penempatan dalam rangka pengembangan profesi
Agar Diklat tidak menjadi sia-sia, Diklat harus diikuti penempatan pegawai dalam rangka pengembangan profesinya. Penggabungan antara bakat, minat dan potensi pegawai hasil dan hasil Diklat dapat digunakan untuk mengarahkan pegawai dalam tugas jabatan yang memerlukan syarat kualifikasi teknis dan kemampuan yang berguna bagi pengembangan profesi pegawai dimaksud.
2. Penugasan dalam rangka pemantapan profesinya.
Pegawai yang telah melakukan Diklat harus diberikan kesempatan sesuai dengan keahliannya untuk dapat mengenali, menilai dan memecahkan setiap masalah dalam lingkup tugasnya serta diberi kesempatan untuk dapat meniti jenjang jabatan yang lebih tinggi.

 
BAB IV
Kesimpulan

Sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan masyarakat tentang kinerja pemerintahan menuju penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik (good governance) salah satu pendekatan utama adalah pengembangan SDM melalui penyelenggaraan Diklat yang tepat yang sesuai dengan job analisis dan pola karir pegawai. Job analisis harus diawali dengan updating job analisis sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kondisi kedaerahan, sehingga Diklat mampu memenuhi kebutuhan pegawai dalam pelaksanaan tugasnya. Kemudian diikuti dengan identifikasi sesuai job analisis yang baru untuk mengidentifikasi kemampuan dan potensi pegawai. Pola karir pegawai juga harus menjadi arah dalam melaksanakan Diklat. Diklat yang sesuai dengan job analisis dan pola karir pegawai akan dapat memaksimalkan kontribusi pegawai terhadap organisasi sekaligus merangsang pegawai untuk mengembangkan karier dan profesionalismenya.
Sehingga Diklat adalah sarana pengembangan pegawai dan organisasi, bukan sebuah pemborosan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KUMPULAN SOAL: LARUTAN DAN INDIKATOR ASAM BASA

  STANDAR KOMPETENSI LULUSAN 1.         Pengetahuan dan pemahaman Siswa mampu memahami dan menguasai pengetahuan mengenai larutan elektrolit...