Kamis, 15 November 2018

GRAFIT SI HITAM DALAM KEMILAU


Grafit (C) dan Seng (Zn) bekerja di sebuah baterai kering yang disebut sel Leclanche. Hari ini mereka bertugas untuk memberikan energi pada jam dinding.
            “Ayo Seng, kamu harus terus semangat!” kata Grafit memberikan semangat pada Seng yang sudah terlihat lelah.
Seng hanya tersenyum, dia memang sangat lelah. Dia bekerja sebagai anoda di dalam baterai dan akan mengalami reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi ini akan menghasilkan elektron yang akan bergerak menuju Grafit melalui kawat penghantar sehingga terjadilah aliran listrik searah.
“Sudah pasti itu, kami akan tetap semangat sampai akhir, karena dengan cara inilah kita menjadi lebih berarti,” sela Mangan dioksida (MnO2) memberikan semangat pada seng karena dialah oksidatornya.
Mangan dioksida tergabung dalam tim pasta, bersama Ammonium klorida (NH4Cl) sebagai pemberi suasana asam dan air yang akan menghidrolisis ion ammonium (NH4+)  membentuk ion hidrogen (H+) sehingga sistem sel volta berjalan dengan baik.
“Aku tahu, kita memang bekerja keras untuk menolong manusia walau akhirnya setelah energi kita habis mereka membuang kita begitu saja,” keluh Grafit. “Seandainya aku adalah Intan, pasti hidupku dalam kemilau istana.”
“Lho, memang apa hubunganmu dengan Intan?” tanya Seng heran.
“Ya ampun..., hari gini kamu belum tahu bahwa Grafit dan Intan itu bersaudara!” komentar Mangan dioksida atas pertanyaan Seng.
“Aku dan Intan merupakan bentuk alotropi dari keluarga karbon, hanya saja aku yang paling sering membawa nama keluarga, jadi orang biasa lebih mengenalku sebagai karbon dibandingkan Intan,” ungkap Grafit. Seng terlihat masih belum percaya atas cerita Grafit.
“Sebenarnya, selain kami ada bentuk alotropi karbon yang lain yaitu Fullerene dan Karbon Amorf. Kamu tahu Batu Bara yang bertugas menjadi bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap, terus Jelaga Hitam yang bekerja sebagai pengisi ban karet atau tinta cetak, dan  yang ini pasti kamu tahu, Arang Aktif atau biasa dikenal dengan nama Norit yang kerjanya sebagai pengadsorpsi, ya mereka itulah Karbon Amorf, saudaraku juga.” Lanjut Grafit berusaha menyakinkan Seng.
“Kalau Karbon Amorf aku percaya karena kamu dan mereka terlihat sama, tetapi kalau Intan...?”
“Perbedaan sifat fisik dan kimia kami inilah yang membuat kami terlihat berbeda. Intan mempunyai sifat yang keras dan tidak dapat menghantarkan arus listrik sedangkan aku merupakan penghantar listrik yang baik, jadilah aku bekerja dengan kalian.”
“Saudara kok terlihat beda banget, biasanya kalau bersaudara ada sisi yang mirip, entah itu fisik maupun tabiatnya!”
“Aku dan Intan sama-sama tersusun oleh atom karbon, hanya saja susunannya berbeda. Intan mempunyai struktur Kristal tetrahedral, dimana setiap atom karbon terikat pada empat atom karbon yang lainnya melalui ikatan kovalen yang kuat. Sedangkan struktur kristalku merupakan lapisan berbentuk gelang heksagonal dimana setiap atom karbon diikat oleh tiga atom karbon lainnya melalui ikatan kovalen yang kuat. Lapisan-lapisan gelang ini diikat oleh gaya van der waals yang lemah,” jawab Grafik menjelaskan.
Ammonium klorida yang sedari tadi diam akhirnya ikut bertanya. ”Kalau begitu, mungkin tidak kamu mencoba berubah seperti Intan?”
“Bisa sih..., tapi... untuk menjadi Intan, aku butuh tekanan lebih tinggi dari 100.000 atmosfer dan suhu di atas 27000C.” Jawab Grafit ragu.
“Tapi, walaupun kamu sudah berubah seperti Intan, kamu tetap tidak bisa memberikan kemilau seindah Intan yang asli, itu yang aku tahu!” komentar Mangan dioksida. Seng langsung menyenggol Mangan dioksida agar menghentikan ucapannya. Seng takut Grafit tersinggung dengan ucapan Mangan dioksida tadi. Grafit hanya tersenyum, dia tahu semua orang boleh mengemukakan pendapatnya dan kita harus menghargainya.
“Ya begitulah kiranya, ketika aku menjadi seperti Intan, kekuatan dan kekerasanku identik dengannya, tapi untuk kecantikannya tetap Intan asli tiada dapat kutandingi, dia memang sempurnan”
“Tapi, walau kemilaumu tak seindah Intan, yang terpenting keberadaanmu sangat berguna untuk manusia, bukankah itu tujuan Tuhan menciptakan kita di muka bumi ini“ kata Seng memberi pembelaan untuk Grafit.
“Selain itu, karena kekuatan dan kekerasannya identik dengan Intan maka kamu bisa menjadi ujung mata bor, gerinda, dan pembelah kaca seperti Intan” komentar Mangan.
“Apa enaknya menjadi Intan, emang hidup hanya butuh cantik doang. Lihat si Intan, gara-gara kecantikannya dia terkurung dalam lemari kaca atau brangkas orang-orang kaya, tak mempunyai jiwa petualangan seperti kita. Coba kita lihat Grafit, hidupnya indah penuh dengan cerita. Dia bisa menjadi pinsil, pigmen hitam cat, pelumas kering, dan elektroda inert yang murah serta tahan pada suhu tinggi” sanjung Ammonium.
“Ya…,” Seng kehabisan kata-kata untuk memberikan dukungan pada teman baiknya.
“Sudahlah teman-teman, ko kalian jadi membanding-bandingkan aku dengan Intan.”
“Walau kita bersaudara sekalipun, Tuhan menciptakan kita dengan pribadi yang khas. Tuhan memberikan kita kelebihan agar kita bersyukur dan Tuhan memberikan kelemahan agar kita tidak sombong. Kelebihan yang kita miliki seyogyanya melengkapi kelemahan orang lain demikian juga sebaliknya. Perbedaan ini seperti warna yang membuat kehidupan menjadi sangat indah jika kita padukan” nasehat bijak keluar dari ungkapan Seng yang tadi sempat kehabisan kata-kata.
“Oke lah kalau begitu, semangat…semangat… dan teruslah berusaha menjadi yang terbaik” teriak Mangan dioksida.
Semua kembali pada posisinya. Grafit mulai bekerja menjadi katoda di dalam baterai. Grafit tak pernah berubah, dia tetap hitam kelam namun hidupnya penuh dengan kemilau kebaikan untuk semua.

3 komentar:

  1. cerpen ini bisa menjadi motivasi yg baik.

    BalasHapus
  2. Masha Allah... Kereeeen sekali bu dewi...
    Wawasan tentang kimia dan pesan moralnya dibalut dalam sebuah cerpen yang sangat indah ❤️

    BalasHapus

PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM KIMIA SMA: MEMBAWA KONSEP ABSTRAK KE DUNIA NYATA

Pembelajaran interaktif telah menjadi tren dalam dunia pendidikan modern. Dalam mata pelajaran kimia, yang seringkali dianggap abstrak dan s...