Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah MANAJEMEN DIKLAT
Dosen : Dr. A. Romli, M.Pd
Penyusun : Dian Mila Kusuma dan Mimi Hamidah
Prodi : Teknologi Pembelajaran Pasca Sarjana UNTIRTA
Kurikulum
merupakan acuan atau pedoman dalam pelaksanaan suatu proses pembelajaran.
Terdapat beberapa teori tentang kurikulum. Kurikulum
ialah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman
belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancang secara sistematik yang
berisi berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar baik yang berasal dari waktu
yang lalu,sekarang maupun yang akan datang. atas dasar norma-norma yang berlaku
yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan
peserta didik untuk mencapi tujuan pendidikan.
Menurut Robert Gagne (1967) dalam Khaerudin (2005), kurikulum adalah suatu rangkaian unit materi belajar yang disusun sedemikian rupa sehingga peserta diklat dapat mempelajarinya berdasarkan kemampuan yang dimiliki atau dikuasai sebelumnya. Khaerudin (2005), mengartikan bahwa kurikulum sebagai pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir oleh lembaga diklat dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga. Dari kedua pengertian tersebut tidak ada yang bertentangan, tetapi justru saling melengkapi. Hanya saja pada pengertian pertama kurikulum dimaknai dalam arti sempit. Sedangkan pengertian kedua, kurikulum dimaknai dalam arti luas, karena kegiatannya tidak hanya kegiatan belajar tetapi juga menyangkut pengalaman yang dialami selama di lembaga diklat. Dalam dimensinya sebagai kurikulum diklat, maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan suatu rencana program pendidikan dan pelatihan yang berisikan materi diklat, metode, yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan sutu pendidikan dan pelatihan serta untuk mencapai tujuan diklat tersebut.
Menurut Robert Gagne (1967) dalam Khaerudin (2005), kurikulum adalah suatu rangkaian unit materi belajar yang disusun sedemikian rupa sehingga peserta diklat dapat mempelajarinya berdasarkan kemampuan yang dimiliki atau dikuasai sebelumnya. Khaerudin (2005), mengartikan bahwa kurikulum sebagai pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir oleh lembaga diklat dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga. Dari kedua pengertian tersebut tidak ada yang bertentangan, tetapi justru saling melengkapi. Hanya saja pada pengertian pertama kurikulum dimaknai dalam arti sempit. Sedangkan pengertian kedua, kurikulum dimaknai dalam arti luas, karena kegiatannya tidak hanya kegiatan belajar tetapi juga menyangkut pengalaman yang dialami selama di lembaga diklat. Dalam dimensinya sebagai kurikulum diklat, maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan suatu rencana program pendidikan dan pelatihan yang berisikan materi diklat, metode, yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan sutu pendidikan dan pelatihan serta untuk mencapai tujuan diklat tersebut.
Pendidikan
dan Pelatihan (Diklat) dapat diartikan sebagai akusisi dari pengetahuan
(knowledge), ketrampilan (skills), dan sikap (attitudes) yang memampukan
manusia untuk mencapai tujuan individual dan organisasi saat ini dan di masa
depan (Bambrough 1998). Dalam terminologi lain, diklat dipisahkan secara tegas,
yakni Pendidikan dan Pelatihan. Menurut Nasution (2000), Pendidikan adalah
suatu proses, teknis dan metode belajar mengajar dengan maksud mentransfer
suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai dengan standard yang
telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan menurut Pont (1991) Pelatihan adalah
mengembangkan orang-orang sebagai individu dan mendorong mereka menjadi lebih
percaya diri dan berkemampuan dalam hidup dan pekerjaannya. Pendidikan dan
Pelatihan adalah suatu proses yang sistematik untuk mengembangkan pengetahuan,
ketrampilan dan kecakapan serta perilaku yang berguna untuk mencari kecocokan
antara kemampuan dan permintaan kebutuhan organisasi dalam upaya mencapai
tujuan.
Menurut Rivai
(2005) pelatihan sebagai bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar
untuk memperoleh dan meningkatkan ketrampilan di luar sistem pendidikan yang
berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan
pada praktek dari pada teori, sementara ketrampilan adalah meliputi pengertian
physical skill, social skill, managerial skill dan lain-lain. Lebih lanjut
disebutkan bahwa pengertian pelatihan adalah proses secara sistimatis mengubah
tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi, pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai untuk melaksanakan pekerjaan saat ini dan
membantu pegawai untuk mencapai keahlian dan kemampuan tertentu agar lebih
berhasil dalam melaksanakan pekerjaannya.
Komponen-komponen
Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan
Kurikulum sebagai sebuah sistem, memiliki
komponen-komponen yang saling berkaitan antara komponen yang satu dengan
komponen lainnya. Menurut H.H. Giles et al, dalam Khaerudin (2005), komponen
kurikulum meliputi : Tujuan, materi/isi/bahan, metode dan organisasi, serta
evaluasi.
Komponen tujuan
merupakan komponen yang pertama dan utama dalam pengembangan kurikulum, karena
ia akan menjadi acuan bagi komponen kurikulum lainnya, sehingga ia akan
dijadikan fokus dan mewarnai komponen bahan, metode dan evaluasi. Sedangkan
secara spesifik menurut Khaerudin (2005), yang dimaksud dengan bahan kurikulum
adalah segala sesuatu yang diberikan kepada peserta diklat dalam kegiatan
belajar mengajar.
Isi dari
kegiatan tersebut adalah isi dari kurikulum. Isi atau bahan tersebut tersusun
berbagai program pendidikan berdasarkan jenis dan program diklat, kemudian
dikemas dalam berbagai bidang diklat yang kemudian dijabarkan dalam pokok dan
sub pokok bahasan, yang secara lebih rinci disusun dalam bentuk bahan pengajaran
dalam berbagai bentuknya.
Komponen metode
dan organisasi, secara spesifik berkaitan dengan strategi pembelajaran. Dalam
konteks ini komponen metode dan organisasi dalam sistem kurikulum adalah
membahas , siapa melakukan apa, dengan cara apa, menggunakan apa, bagaimana dan
kapan melakukannya.
Komponen evaluasi sebagai subsistem dari sistem
kurikulum, memiliki fungsi sebagai alat kontrol untuk melihat apakah tujuan
kurikulum telah dikuasai peserta diklat. Oleh karena itu komponen evaluasi
harus mengacu pada kemampuan-kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan. Hasil dari
evaluasi dapat dijadikan umpan balik bagi komponen-komponen lainnya, seperti
materi, metode, bahkan evaluasi itu sendiri. Tahapan dalam pengembangan
kurikulum menurut Khaerudin (2005), meliputi : Analisis kebutuhan/analisis tugas,
perumusan tujuan, pemilihan dan pengembangan materi/bahan ajar, pemilihan dan
pengorganisasian pengalaman belajar/strategi dan pengembangan alat evaluasi.
Dalam pedoman penyusunan kurikulum diklat yang disusun oleh Kementerian
Kesehatan RI, disebutkan beberapa komponen kurikulum, antara lain:
•
Latar belakang. Pada bagian ini dijelaskan tentang alasan atau lataar belakang
perlunya diadakan diklat.
•
Filosofi. Filosofi merupakan bagian dimana kurikulum memperhatikan hak-hak peserta.
•
Kompetensi. Bagian kompetensi adalah bagian dimana dijelaskan
kompetensi-kompetensi yang akan disampaikan dalam diklat tersebut
•
Tujuan. Tujuan diklat adalah tujuan kompetensi diklat yang ingin dicapai oleh
peserta setelah menjalani diklat.
•
Jumlah dan kriteria peserta. Pada bagian ini ditetapkan jumlah peserta yang akn
mengikuti diklat dan kriteria peserta peserta diklat. Misalnya diklat ini
dirancang untuk 30 peserta dengan peserta dari guru mata pelajaran bahasa
Inggris SMA.
•
Struktur program yang berisikan materi dan alokasi waktu. Dalam komponen ini
dijelaskan secara rinci tentang materi yang akan disampaikan pada peserta
diklat, atau seringkali disebut mata diklat beserta alokasi waktunya.
•
Diagram alir pembelajaran mulai dari pembukaan sampai dengan penutupan.
•
Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) yang terdiri dari materi
pembelajaran, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, pokok bahasan dan sub pokok
bahasan, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan alat bantu serta
referensi.
•
Evaluasi. Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur keberhasilan dan pencapaian tujuan
pelatihan yang telah ditetapkan.
•
Sertifikasi. Sertifikasi adalah komponen kurikulum diklat yang menjelaskan persyaratan bagi peserta untuk
memperoleh sertifikat.
Alat ukur
yang paling mudah untuk mengukur keberhasilan suatu diklat adalah ketika tujuan
diklat tercapai. Di sisi lain terdapat beberapa hal yang dapat didijadikan
ukuran tentang berhasil tidaknya suatu diklat. Berikut adalah beberapa hal yang
dapat digunakan untuk mengukur efektifitas dari suatu pendidikan dan pelatihan:
1. Isi
pendidikan dan pelatihan, yaitu apakah isi program pendidikan dan pelatihan
relevan dan sejalan dengan kebutuhan, dan apakah diklat itu up to date.
2.
Metode pendidikan dan pelatihan,
yaitu apakah metode pendidikan dan pelatihan yang diberikan sesuai untuk subjek
itu dan apakah metode tersebut sesuai dengan gaya belajar peserta.
3.
Sikap dan keterampilan instruktur,
yaitu apakah instruktur mempunyai sikap dan keterampilan yang dapat mendorong
orang untuk belajar.
4.
Lama waktu pendidikan dan pelatihan,
yaitu berapa lama waktu pemberian materi pkok yang harus dipelajari dan
seberapa cepat tempo penyampaian materi tersebut.
5. Fasilitas
pendidikan dan latihan, yaitu apakah tempat penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan dapat dikendalikan oleh
instruktur, apakah relevan dengan jenis diklat dan apakah makanannya memuaskan
(Sofyandi, 2008).
Tujuan dari Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan
Kurikulum
merupakan sebuah rencana yang disusun secara rinci dan sistematik untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran. Kurikulum merupakan seluruh program
pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan. Kurikulum dalam
perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa:
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikantertentu”.
Dari
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum dibuat dengan tujuan untuk
dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Dalam persektif pendidikan dan pelatihan, dapat dikatakan
bahwa kurikulum pendidikan dan pelatihan desusun dengan tujuan agar digunakan
sebagai pedoman pelaksanaan pendidikan dan pelatihan untuk mencapai tujuan dari
pendidikan dan pelatihan tersebut. Hal ini penting untuk mengukur sejauh mana
tingkat keberhasilan dari pendidikan dan pelatihan yang sedang dilaksanakan
tersebut.
Pendekatan
dalam Kurikulum
Dalam
kurikulum disampaikan beberapa pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran.
Penjelasan tentang pendekatan ini dalam
kurikulum terbagi pada pendekatan/strategi kognitif, pendekatan/strategi
afektif, dan pendekatan/strategi psikomotor.
Strategi/pendekatan
kognitif dirumuskan berdasarkan hakekat proses belajar itu sendiri. Di sini
dikenal dengan dua pendekatan utam, yaitu deduktif dan induktif. Pada pendekatan deduktif, peserta diajak
berpikir mulai dari masalah yang bersifat umum menuju hal yang bersifat khusus.
Misalnya dalam diklat kepemimpinan, peserta diajak berpikir mulai dari materi
tentang pengertian kepemimpinan, sudut pandang terhadap kepemimpinan, berbagai
tipe pemimpin, dan contoh-contoh prilaku pemimpin tertentu. Sebaliknya, pada
pendekatan induktif, peserta diajak untuk berpikir dari hal yang khusus menuju
hal yang bersifat umum. Contohnya, pada materi kepemimpinan, peserta mulai dari
diajak berpikir tentang pengumpulan data perilaku pemimpin, pengelompokan
berdasarkan kriteria kepemimpinan tertentu, deskripsi ciri-ciri tisp kelompok,
dan akhirnya generalisasi ke dalam teori kepemimpinan.
Dalam kenyataannya, sulit ditemukan
pendekatan murni. Seringkali digabungkan, karena materi yang terkandung juga
bervariasi. Hal ini berkatian langsung dengan taksonomi tujuan di depan.
Apabila untuk tujuan sintesis digunakan pendekatan deduktif, tentu akan
didapatkan kesalahan.. Demikian juga jika untuk tujuan aplikasi dipergunakan
pendekatan induktif, akan didapatkan pembuangan waktu yang tak sembarang. Pada
umumnya, makin tinggi tingkat kognitif, pendekatannya makin ke arah induktif. Dalam
pelaksanaannya bisa saja digunakan ceramah, diskusi, atau tanya jawab. Itu
sangat bergantung kepada ketersediaan waktu dan prasarana. Pemilihan metode selalu
bersifat kondisional. Untuk tujuan-tujuan kognitif, sudah sangat banyak
dikembangkan teknik-teknik pengajaran. Tinggal bagaimana memanfaatkannya pada
situasi yang tepat.
Berikutnya adalah pendekatan
afektif. Ranah ini masih jarang dijelajahi. Tetapi terdapat beberapa pendekatan
dalam penanaman nilai / afeksi ini yang cukup terkenal. Di sini disajikan tiga
pendekatan , yaitu insculcation (directed suggestion), evakuasi (evacuation),
dan value clarification technique (VCT). Dengan penjelasan sebagai berikut:
1.
Insculcation, atau directed
suggestion adalah pendekatan dimana peserta disugesti atau di dorong terus
menerius menuju suatu nilai atau sikap tertentu. Seluruh situasi diatur
sehingga arah sikap adalah kepada yang diajarkan. Sebenarnya ini mirip dengan
indoktrinasi. Retorika yang diterapkan pada latihan-latihan sering kali
menggunakan pendekatan ini, dimana pemandu mengarahkan kepada suatu topik.
2.
Evakuasi (Evacuation). Pada
pendekatan ini, peserta dibiarkan saja mengemukakan pendapat tentang suatu hal,
sesuai denan pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki sebelumnya.
Pengungkapan-pengungkapan itu digunakan oleh guru / pemandu untuk menemukan
nilai yang terkandung. Pendekatan ini berdasarkan anggapan bahwa apabila
dibiarkan bebas, manusia akan menuju kepada sikap atau nilai yang baik. Istilah
yang cukup terkenal untuk ini adalah citra diri. Terdapat kemiripan dengan
evakuasi, dimana peserta mengungkapkan idealisasinya masing-masing.
3.
Value Clarification Technique (VCT).Teknik
ini mengenalkan nilai dengan cara bermacam-macam, baik dibandingkan maupun
dipertentangkan dengan nilai-nilai lain, atau dikaitkan dengan kenyataan.
Pendekatan ini menekankan kepada :
·
Contoh-contoh konkrit dari nilai
(examplorator)
·
Perbandingan nilai dengan yang lain
·
Identifikasi nilai menjadi lebih
jelas / rinci melalui proses pengenalan individu
Contoh paling nyata dari pendekatan ini adalah
simulasi P4. Pada simulasi, nilai yang terkandung diklarifikasikan sehingga
nilai itu menjadi kebiasaan, dan menyatu dalam diri individu. Ketiga
pendekatan di atas dapat dilaksanakan dengan berbagai teknik pula, baik
diskusi, ceramah, simulasi, role playing dan sebagainya. Semuanya tergantung
pada keadaan kelas itu sendiri.
Pendekatan terakhir adalah
pendekatan pada aspek psikomotor.pada aspek psikomotor, selain pembahasannya
yang tak sempurna, terlalu sedikit pula kajian yang telah dilakukan terhadap
domain ini, termasuk metodologi pengajarannya. Tetapi, sebenarnya untuk melatih
fisik kepada suatu keterampilan, kuncinya terletak kepada dua hal : praktek dan
pengalaman.
- Praktek, berarti menjalankan gerakan-gerakan pada waktu melatihnya. Keterampilan-keterampilan tingkat tinggi memerlukan praktek untuk menguasainya, misalnya cara tubuh melempar cakram di dalam pelajaran olah raga, atau gerak bibir pada saat berpidato. Untuk penguasaaannya diperlukan praktek.
- Pengalaman, artinya beberapa hanya dapat menguasainya dengan pengalaman langsung dalam kenyataan. Misalnya untuk tujuan gerak komunikasi non verbal, maka hanya dengan pengalaman, hal itu dapat dilakukan.
Sebenarnya, seringkali yang dilatihkan
bukanlah ranah psikomotor ini. Yang paling banyak adalah ranah kognitif yang
memerlukan kemampuan fisik. Sebut misalnya masalah cara berdiskusi. Cara
berdiskusi termasuk dalam knowledge, tetapi hanya bisa dijalankan apabila
mempunyai mulut yang bisa berbicara. Di sini perlu dibedakan antara psikomotor
dengan kognitif yang memerlukan gerakan khusus. Karena itulah pendekatan yang
sering muncul adalah berdasarkan kognisi apa yang akan diperkenalkan, dan bukan
berdasarkan gerakan apa yang akan dilakukan.
Termasuk dalam kerangka pengertian
strategi adalah bagaimana memanfaatkan sepenuhnya sumber-sumber yang terdapat
di sekitar pendidikan. Sumber belajar itu bisa berupa media maupun peralatan
yang dipergunakan dalam pelaksanaan kurikulum. Lebih detilnya tentang
pendekatan, metode, dan media / peralatan, terdapat pada naskah tentang
perencanaan instruksional.
Langkah-Langkah
Penyusunan Kurikulum Diklat
Untuk merancang suatu kurikulum dan
menyajikannya dalam suatu sajian tertentu, maka dianjurkan langkah-langkah
berikut :
1.
Perumusan Tujuan. Di dalam
merumuskan tujuan, perlu diperhatikan apa yang ingin didapat oleh peserta
seusai proses. Dalam perumusan tujuan, perlu diingat :Tujuan adalah pada diri
peserta, tujuan berupa hasil belajar perilaku tertentu (biasanya dinyatakan
dengan infinitive / kata kerja tertentu), objek dari tujuan itu (berupa
materinya)
2.
Berikut ini contoh perumusan tujuan
yang baik :"Peserta memahami konsep situasional leadership dan mampu
memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari".Tujuan yang dirumuskan di
dalam kurikulum adalah tujuan umum yang tidak bisa langsung dilakukan
pengamatan atau pengukuran.
3.
Perumusan Materi . Dalam menyusun
materi perlu diperhatikan dua hal : scope dan sequence-nya. Artinya materi
dibatasi pada masalah tertentu dan diurutkan sesuai jalan logiknya. Materi ini
di samping dituliskan strukturnya, perlu juga diberikan uraian singkatnya.
4.
Perumusan Metode dan Strategi. Metode
atau strategi yang dipilih dirincikan. Untuk suatu tujuan atau materi tertentu
bisa saja digunakan beberapa metode, demikian juga sebaliknya.
5.
Penentuan alat evaluasi yang
diperlukan
6.
Penyajian kurikulum tersebut dalam
bentuk tertentu. Sebaiknya menggunakan format kolom yang boleh dikatakan
sebagai standar
Fotmatnya adalah sebagai berikut :
No
|
Tujuan
|
Materi
|
Uraian
|
Waktu
|
Metode
|
Evaluasi
|
Referensi
|
Apabila anda telah memasukkan hasil
desain anda ke dalam format di depan, maka selesailah sudah langkah pembuatan
kurikulum. Tetapi, sesudah itu, untuk apa kurikulum tersebut ? Adalah sebagai
pedoman ketika menjalankan proses belajar mengajar. Kurikulum itu masih perlu
dirinci ke dalam satuan kegiatan instruksional. Tulisan lengkap tentang hal itu
pada naskah lain.
helo Dian,
BalasHapusartikelnya keren abis. Eh, punya contoh kurikulum ga? kalo ada yg topiknya mengenai pelatihan perhotelan.
trims n sukses selalu.
Regards, Swesen