Rabu, 04 Desember 2013

MENDEL SI PERAMAL KARTU


          Sebuah rumah kost dekat persimpangan gang nampak tertutup rapat. Tak ada hal yang terlihat istimewa, hanya sebuah rumah kecil tua yang terdiri atas empat kamar dengan teras sempit tanpa sedikitpun hiasan bunga. Di pintu  depan tergantung bel berbentuk lonceng yang biasa terikat di leher sapi memberikan suara khas sebagai tanda adanya tamu yang berkunjung. Nampak tulisan “Chemistry House” terbuat dari kayu menempel di dinding teras.
          Malam minggu ini suasana kost tidak seperti  biasanya. Ruang santai dengan luas 3 x 3 m2 yang menjadi tempat paling ramai diantara ruang-ruang yang ada di Chemistry House kini sangat sepi tak berpenghuni. Televisi 14’ yang tak pernah berhenti memberikan kehangatan informasi dunia pun hanya berdiam diri. Semua penghuni kost sedang sibuk dengan kegiatan di kamarnya masing-masing untuk menyelesaikan tugas awal semester ganjil dari guru kimianya.
          Johann Wolfgang Doberainer yang  biasa dipanggil Dobe nampak sibuk membolak-balik kartu unsur. “Gila, susah banget ngapalin unsur sebanyak ini.” Dobe masih terus mencoba mengatur kartu unsur ditangannya agar mudah diingat. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam waktu setempat.
          “Jika unsur ini digolongkan berdasarkan logam dan non logam bisa saja sih, tapi...?” guman Dobe sambil terus berpikir.
          “Nah lho, kalau didasarkan pada sifat logam dan non logam lantas si Arsenik masuk ke kelompok mana, dia kan metalloid?” pikir Dobe lagi.
          “Huh...!” Dobe menghembuskan napas keras, matanya terpejam. Dobe berusaha untuk konsentrasi pada tugas yang diberikan bu Kia. Bu Kia adalah guru kimia di SMA Nusa Indah tempat Dobe sekolah. Tiba - tiba….
          “Yup..., Oke!” serunya senang. Dobe mengurutkan kartu unsur tersebut berdasarkan kemiripan sifatnya. Dobe membaginya dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas tiga unsur. Kelompok unsur kemudian diberi nama “TRIADE”. Menurut Dobe, jika unsur tersebut disusun berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya, ternyata massa atom relatif anggota triade yang berada di tengah merupakan massa atom relatif rata-rata dari massa atom relatif anggota triade yang mengapitnya.
          “Tuh kan bener!” Dobe langsung mengurutkan unsur Klorin (Cl), Bromin (Br), dan Iodin (I) sesuai dengan kenaikan massa atom relatifnya, ternyata massa atom relatif bromin merupakan massa atom relatif rata-rata dari massa atom relatif klorin dan  iodin. Selain itu, fase bromin berupa cair merupakan fase antara dari fase klorin yang berbentuk gas dan fase iodin yang  padatan.
          Malam makin larut, rasa kantuk semakin menggayut, akhirnya Dobe tertidur diantara tumpukkan kartu unsur yang belum juga usai dikelompokkannya.
~***~
          “Dobe bangun!” teriak John Alexander Reina Newlands yang biasa dipanggil nyulen membangunkan Dobe.
          “Apaan sih Nyu, ngantuk banget nih” jawab Dobe sambil menggeliat malas.
          “Tugas dari bu Kia sudah selesai belum?” tanya Nyulen sambil menyusun kartu unsur yang berantakan di lantai kamar Dobe.
          “Sudah dong, tapi ada beberapa kartu  unsur yang aku bingung dimasukkan ke kelompok mana, kamu sudah selesai belum Nyu?” Dobe balik bertanya.
          “Itulah masalahnya, semalam aku sibuk les piano jadi belum mengerjakan tugas itu, aku nyontek ya Dob…!” jawab Nyulen merajuk.
          “Ogah..., kerjain sendiri, ingat kata bu Kia, mencontek tugas itu tidak baik!” jawab Dobe sambil menirukan gaya bu Kia kalau sedang memberikan nasehat pada muridnya. Dobe langsung pergi mengambil handuk untuk segera mandi.
          “Aku traktir deh” lanjut Nyulen terus merayu.
          “Tidak!” tegas Dobe sambil menutup pintu kamar mandi. Tak berapa lama terdengar nyanyian ala Dobe di kamar mandi yang membuat pekak telinga, sedangkan Nyulen langsung masuk ke kamarnya setelah tidak berhasil mendapatkan contekan tugas dari Dobe.
          “Bagaimana caranya aku harus menyusun kartu sebanyak ini?” tanya Nyulen pada dirinya sendiri. Nyulen kemudian menyusun berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya, ternyata Nyulen menemukan bahwa unsur-unsur yang mempunyai sifat mirip tidak hanya terdiri atas tiga unsur saja.
          “Huh pusing, kenapa dulu aku mengambil jurusan IPA, coba kalau di SMA ada jurusan seni, aku akan mengambil jurusan seni musik, aku mungkin sudah menjadi musisi terkenal kali” sesal Nyulen menyalahkan situasi. Nyulen beranjak menuju alat musik sebangsa dengan piano kecil di sudut kamarnya, tak lama kemudian mulai terdengar lagu lembut mendayu. Lagu yang dinyanyikan Nyulen langsung menyentuh kalbu siapapun yang mendengarnya, beda sekali dengan suara Dobe yang tak jelas nadanya.
          “Wey, bukannya ngerjain tugas malah nyanyi” tegur Dobe yang masih sibuk mengeringkan rambutnya yang basah.
          “Santai Bro, kan baru besok dikumpulkan, nanti juga selesai” jawab Nyulen ringan. Sebenarnya perasaannya tak sesantai itu, dia masih merasa penasaran dengan tugas kimianya. Lama Nyulen terdiam memandang susunan kartu unsur di lantai.
          “Oke, sepertinya aku dapat pemecahan masalahnya” katanya yakin. Nyulen menyusun kartu-kartu unsur kembali berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya sebanyak tujuh kartu berjajar ke samping sampai kartu ditangannya habis.
          Dari kartu unsur yang Nyulen susun ternyata ditemukan pengulangan sifat-sifat unsur sesuai dengan pengulangan not lagu (oktaf), artinya unsur kesatu memiliki sifat yang sama dengan unsur kedelapan, unsur kedua memiliki sifat yang sama dengan unsur kesembilan, dan seterusnya.
          Nyulen asik memilah dan memilih kartu unsur yang kemudian dia hubungkan dengan sifatnya. Saking asiknya, Nyulen tidak menyadari bahwa kegiatannya tidak luput dari perhaian Dmitri Ivanovich Mendeleyev. Apa yang dikerjakan Nyulen sangat menarik perhatian Mendel. Tapi Mendel merasa ada sesuatu yang aneh dengan urutan kartu unsur yang disusun Nyulen. Tanpa setahu Nyulen, Mendel kembali ke kamarnya.
          “Jika menyusun seperti itu, aku rasa ada yang terlalu dipaksakan?” pikir Mendel mengingat susunan kartu unsur Nyulen. Mendel mengambil kartu unsur yang menumpuk di meja belajarnya. Bagi Mendel menyusun dan mempermainkan kartu ditangannya bukan lagi masalah. Dia dijuluki si peramal kartu oleh semua penghuni kost. Tapi kalau menyusun kartu unsur, lain lagi masalahnya.
          “Sepintas tadi aku lihat Berilium (Be), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan Seng (Zn) disusun secara vertikal” guman Mendel sambil menyusun kartu sesuai dengan apa yang dilakukan Nyulen. Kemudian Mendel mencocokan sifat kimia dan sifat fisika keempat unsur tersebut, ternyata unsur Zn mempunyai sifat yang berbeda dengan ketiga unsur yang lainnya.
          “Wah ga bisa kalau begini susunannya” ujar Mendel sambil terus berpikir bagaimana caranya untuk menyusun kartu unsur yang menurutnya lebih baik.
          “Susunan berdasarkan kenaikan massa atom relatif unsur sudah benar, si Odling juga menyusun kartu seperti itu, hanya saja penempatan beberapa unsur oleh Nyulen terlihat sangat dipaksakan” guman Mendel.
          Mendel kemudian menyusun 63 kartu ditangannya berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya. Susunan kartu unsur yang mempunyai sifat yang mirip diletakkan dalam satu jalur vertikal dari atas ke bawah. Mendel memberi nama lajur ini dengan sebutan golongan. Sedangkan lajur horizontal dari kiri ke kanan disebut periode. Mendel kelihatan bingung ketika melihat susunan Kobalt (Co) yang massa atom relatifnya 58,933 dengan Nikel (Ni) yang massa atom relatifnya 58,71. Jika Co lebih dahulu maka tidak sesuai dengan susunan unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya, tapi jika Ni lebih dahulu maka kemiripan sifat periodiknya tidak sesuai. Demikian juga Tellurium (Te) dengan Iodin (I) Mendel merasa kesulitan untuk menyusunnya. Akhirnya Mendel memutuskan untuk menempatkan unsur-unsur tersebut sesuai dengan kemiripan sifat periodiknya, meskipun hal itu menyalahi aturan kepriodikan yang telah ditentukan sebelumnya.
          “Nah, susunan yang beginikan lebih baik” katanya puas. Mendel memperhatikan susunan kartu-kartu unsur yang memenuhi tempat tidurnya.
          “Tapi, kalau aku susun berdasarkan kemiripan sifat periodik unsurnya, susunannya jadi bolong-bolong nih” guman Mendel saat melihat banyak tempat kosong diantara susunan kartu unsur.
          “Mungkin kartu unsur yang diberikan bu Kia ga lengkap nih, atau ada yang tertinggal di tasku ya?” kata Mendel sambil mengaduk-aduk isi tasnya.
          “Ga ada..., seharusnya aku punya setidaknya tiga unsur lagi yaitu Scandium, Gallium, dan Germanium” katanya lagi. Mendel memberi tanda pada tempat kosong dalam susunan kartunya dengan menyertakan kemungkinan beberapa sifat yang sudah dia ramalkan.
          Sayup-sayup terdengar lagu iwak peyek yang dinyanyikan Dobe di kamarnya, disusul teriakan keras dari kamar paling pojok dekat dapur.
          “Dobe… diaaaaaaaaaaam, pusing tau dengar suaramu” teriak Mossy. Teriakan Mossy yang jika di akta lahir tertulis Mossely tidak mampu menghentikan keasikan Dobe bernyanyi. Teriakan itu bahkan membuat Dobe semakin bersemangat. Perut Dobe yang bulat seperti Giant di film Doraemon nampak memantul mengikuti irama tarian Dobe. Dobe sebisa mungkin menirukan gaya Andre dan Sule di pentas Opera van Java. Namun, karena postur tubuhnya yang subur membuat ia kehabisan nafas.
          “Dobe, Please..., aku sedang mengerjakan tugas bu Kia nih…!” lirih Mossy ketika sudah di depan kamar Dobe. Si Dobe hanya nyengir senang sambil mengatur nafasnya yang berlari kencang.
          “Maaf, tidak ada maksud mengganggu, aku hanya sedang senam untuk melangsingkan perutku” ujar Dobe sambil memegang perutnya yang tambun. Mossy hanya tersenyum. Dia tahu, apapun cara yang dilakukan Dobe untuk melangsingkan perutnya tidak akan berhasil jika porsi makannya tidak pernah dikurangi.
          Mossy kembali ke kamarnya untuk menyelesaikan tugas dari bu Kia. Mendel iseng melihat pekerjaan Mossy ketika ia akan pergi ke dapur.
          “Sudah selesai Moss?” tanya Mendel.
          “Sedikit lagi..., tugasmu bagaimana?” Mossy balik bertanya. Mendel duduk di sebelah Mossy yang masih sibuk menyusun kartu-kartu unsur menjadi beberapa baris di lantai kamarnya. Penyusunan kartu tersebut hampir sama dengan penyusunan kartu yang dilakukan Mendel. Lothar Meyer teman sekelasnya pun melakukan hal yang sama. Perbedaannya, Mossy menyusun kartu unsur berdasarkan kenaikan nomor atom bukan massa atom relatifnya. Mossy juga menambahkan lajur vertikal sehingga unsur-unsur dalam setiap lajurnya memiliki sifat yang sama.
          “Sudah, hanya saja ada beberapa kartu yang menurutku tertinggal” jawab Mendel.
          “Unsur apa?, sepertinya aku punya unsur yang sama tadi” tanya Mossy sambil mengingat dimana ia letakkan kartu unsur yang tak terpakai.
          “Ekasilicon kalau ga salah… tapi kayanya bukan itu namanya, emmmm… sifatnya sih aku ingat” .
          “Ekasilicon sepertinya aku tidak punya. Hanya saja...sebentar” Mossy mencari sisa kartunya di meja belajar. “Oke, ini dia. tapi..., aku hanya punya Germanium bukan Ekasilicon?” kata Mossy lalu memberikan kartu unsur Germanium ke Mendel.
          “Germanium..., bisa saja sih, aku bawa ya, makasih Moss” ucap Mendel langsung menuju kamarnya, dia lupa akan tujuannya semula. Sesampainya di kamar, Mendel langsung mencocokan sifat unsur Germanium dengan unsur yang sudah dia ramalkan sebelumnya. Tiba-tiba “ Siiiplah..., betul Moss... unsur yang tertinggal ternyata Germanium!" teriak Mendel setelah tahu sifat Germanium sama dengan sifat Ekasilicon.
          “Dasar peramal, dia tahu saja kalau ada kartu yang kurang” guman Mossy saat mendengar teriakan Mendel.
          Hari minggu kembali ramai oleh aktivitas Mendel dan ketiga temannya. “Dobe…, diaaaaaaaaaaaaaaam!!!!” teriakan terindah yang selalu melengkapi kemeriahan di Chemistry House.
~***~

 Beberapa tahun kemudian….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM KIMIA SMA: MEMBAWA KONSEP ABSTRAK KE DUNIA NYATA

Pembelajaran interaktif telah menjadi tren dalam dunia pendidikan modern. Dalam mata pelajaran kimia, yang seringkali dianggap abstrak dan s...