Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Model-model Inovasi Pembelajaran
Dosen : Dr. Luluk Asmawati,M.Pd
Penyusun : Dian
Mila Kusuma
Prodi :
Teknologi Pembelajaran Pascasarjana Untirta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pada
dasarnya belajar secara umum merupakan sebuah proses interaksi antara seseorang
dengan lingkungannya, dimana setelah proses itu terjadi, maka muncul perubahan
cara berpikir seseorang tersebut karena pengetahuan yang baru didapatkannya
dari proses interaksi tersebut. Proses belajar bisa terjadi dimana saja, kapan
saja, dan pada siapa saja. Karena pada prinsipnya belajar adalah berarti
mendapatkan pengetahuan baru.
Dalam ruang lingkup yang lebih sempit, belajar dapat dimaknai
dengan interaksi yang terjadi antara penndidik dan peserta didik dalam usaha
transfer ilmu pengetahuan. Sudjana (1989) dalam Rusman (2012) mengatakan bahwa
belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu.
Cambourne (1990) dalam Warsono dan Hariyanto (2012) mengatakan
bahwa “...proses pembelajaran dapat didefinisikan sebagai menjalin hubungan,
mengidentifikasi pola-pola belajar, mengorganisasikan bagian-bagian kecil
pengetahuan, perilaku, aktifitas yang semula tidak berkaitan, menjadi suatu
pola baru yang utuh menyeluruh bagi peserta didik.” Dalam definisi yang
disampaikan oleh Cambourne di atas, dapat dilihat bahwa perlu adannya interaksi
yang dilakukan oleh peserta didik dalam upayanya untuk mendapatkan suatu
pengetahuan.
1.2.Permasalahan
Semakin
majunya teknologi informasi telah membawa banyak sekali perubahan dalam
kehidupan masyarakat modern. Saat ini kita dapat melihat banyaknya alat
elektronik sebagai media komunikasi dan informasi yang mewarnai kehidupan
manusia. Hal ini berpengaruh terhadap gaya dan cara hidup seseorang. Sekarang
ini semakin banyak orang yang sangat kettergantungan pada alat elektronik
sebagai media komunikasi dan informasi dalam kehidupan kesehariannya. Tanpa
disadari, hal tersebut semakin memperkecil kesempatan untuk berinteraksi secara
langsung antar individu yang satu dengan yang lain. Dampaknya jelas terlihat,
bahwa semakin banyak manusia yang bersifat individualistis, semakin banyak anak
yang tidak mampu mengungkapkan pendapat pribadinya karena kurangnya kemampuan
berinteraksi yang dimilikinya.
Dalam proses belajar mengajar, diperlukan adanya interaksi yang
baik sehingga terjadi transfer ilmu pengetahuan dengan baik. Interaksi yang dimaksud dalam proses
pembelajaran adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik, peserta
didik dengan peserta didik, dan peserta didik dengan sumber dan media pembelajaran.
Pada pembelajaran konvensional yang terjadi hanya interaksi antara pendidik
dengan peserta didik yang dilaksanakan secara satu arah, interkasi antara
peserta didik dengan sumber belajar
dengan sedikit sekali bahkan tanpa media pembelajaran.
Dari penjabaran di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa permasalahn
yang diangkat dalam makalah ini adalah perluunya suatu model pembelajaran yang
lebih banyak menggunakan interaksi dalam prosesnya swehingga peserta didik
dapat dibentengi dari sifat individualistis dan agar transfer ilmu pengetahuan
berjalan dengan baik.
1.3.Manfaat Penulisan Makalah
Makalah ini dibuat dengan membahas model pembelajaran kooperatif
Student Teams Achievement Division dengan harapan dapat memberikan manfaat
antara lain sebagai berikut:
1.
Membuka
wawasan pendidik tentang model pembelajaran kooperatif STAD
2.
Memberikan
gambaran implementasi model pembelajaran kooperatif STAD
3.
Memotivasi
pendidik untuk menggunakan dan mengembangkan model pembelajaran kooperatif
selama memungkinkan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya
BAB II
KAJIAN TEORETIK
2.1. Model
Pembelajaran
Terdapat
beberapa istilah yang digunakan dalam dunia pendidikan yang berkaitan dengan
cara mengajar, antara lain strategi (strategy), pendekatan (approach), metode
(method), dan model pembelajaran (learning model). Dalam hal ini akan dibahas
pendapat beberapa ahli tentang pengertian model pembelajaran.
Model pembelajaran
disusun berdasarkan berbagai prinsip dan teori pembelajaran. Para ahli menyusun
model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori
psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung
(Joyce &Weil, 1980). Joyce &
Weil mempelajari model-modelpembelajaran berdasarkan teori belajar yang
dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola
umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Joyce & Weil (1980) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka penjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.model pembelajaran dapat
dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang
sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
Rusman (2012) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan oleh pendidik dalam memilih model pembelajaran:
1.
Pertimbangan
terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan
adalah:
a.
Apakah
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan kompetensi akademik,
kepribadian, sosial dan kompetensi vokasional atau yang dulu diistilahkan
dengan domain kognitif, psikomotor dan afektif?
b.
Bagaimana
kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
c.
Apakah
untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?
2.
Pertimbangan
yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
a.
Apakah
materi itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?
b.
Apakah
untuk memperlajari materi pembelajaran tersebut memerlukan prasyarat atau
tidak?
c.
Apakah
tersedia bahan atau sumber-sumber yang relevan untuk mempelajari materi
tersebut?
3.
Pertimbangan
dari sudut peserta didik:
a.
Apakah
model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan pesesrta didik?
b.
Apakah
model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi peserta didik?
c.
Apakah
model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?
4.
Pertimbangan
lainnya yang bersifat non teknis:
a.
Apakah
untuk mencapai tujuan hanya cukup denagn satu model pembelajaran?
b.
Apakah
model pembelajaran yang ditetapkan dianggap satu-satunya model pembelajaran
yang dapat digunakan?
c.
Apakah
model pembelajaran itu memiliki nilai efektifitas atau efisiensi?
Dalam bukunya , Model-Model Pembelajaran, Rusman (2012) mengatak
terdapat beberapa hal yang menjadi ciri-ciri suatu model pembelajaran, antara
lain: berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu,
mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, dapat dijadikan pedoman untuk
perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, memiliki bagian-bagian model yang
dinamakan (1) urutan langkah-langkah pembelajaran; (2) adanya prinsip-prinsip
reaksi; (3) sistem sosial; (4) sistem pendukung, memiliki dampak sebagai akibat
dari terapan model pembelajaran, dan membuat persiapan mengajar (desain
instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.
2.2. Model
Pembelajaran Kooperatif
Model
pembelajaran kooperatif dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang
lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky. Pada dasarnya pendekatan teori
konstruktivisme adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual
menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi
dengan aturan yang ada, dan merevisinya bila perlu (Soejadi dalam Rusman,
2012).
Pembelajaaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar atau bekerja dalam kelompok kecil.
Abdulhak (2001) menyatakan “pembelajaran cooperative dilakukan melalui sharing
proses antara pesertabelajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di
antara peserta belajar itu sendiri.” Dalam proses pembelajaran seperti ini akan
terjadi interaksi dan komunikasi antara pendidik dan peserta didik, peserta
didik dengan pesesrta didik, danpeserta didik dengan pendidik (multi way
traffic communication). Pembelajaran berkelompok seperti ini akan dapat
memudahkan peserta didik belajar dari peserta didik yang lain sehingga terjadi
pembelajaran teman sebaya (peer teaching) yang dianggap lebih efektif dari pada
pembelajaran oleh guru.
Nurulhayati (2002) dalam
Rusman (2012), mengemukakan lima unsur dasar model cooperative learning, yaitu:
(1) ketergantungan yang positif, (2) pertangungjawaban individual, (3)
kemampuan bersosialisasi, (4) tatap muka, dan (5) evaluasi proses kelompok.
Ketergantungan yang positif adalah adanya saling ketergantungan antara anggota
kelompok untuk mencapai tujuan dan keberhasilan bersama. Sementara tanggung
jaawab individual adalah timbulnya tanggung jawab dalam diri masing-masing
anggota kelompok atas keberhasilan bersama dan keberhasilan masing-masing
individu.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
bannyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli
pendidikan. Hal ini disebabkan karena berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Slavin (1995) dinyatakann bahwa: (1) penggunaan pemvbelejaran
koopertif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat
meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai
pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa
dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
pengalaman.
Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila: guru
menekankan pentingnya usaha bersama disamping usaha secara individual, guru
menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar, guru ingin menanamkan
tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri, guru menghendaki adanya
pemerataan partisipasi aktif siswa, guru menghendaki kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah (Sanjaya dalam Rusman, 2012).
Pada prinsipnya terdapat beberapa langkah pembelajaran dalam model
pembelajaran kooperatif, antara lain: guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memotivasi siswa, guru menyajikan informasi, guru mengorganisasi siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar, guru membimbing kelompok bekerja dan belajar,
evaluasi, dan memberikan penghargaan.
2.3. Model
Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)
Model pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD) merupakan satu dari beberapa model pembelajaran
yang termasuk ke dalam kelompok pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
STAD ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John
Hopkin. Menurut Slavin (2007), model pembelajaran ini adalah model pembelajaran
yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi ke dalam
materi pelajaran, dan telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa
Inggris, teknik dan banyak subjek lainnya, dari tingkat SD sampai Perguruan
Tinggi. STAD adalah yangpaling tepat digunakan untuk mengajarkan materi-materi
pelajaran ilmu pasti, seperti perhitungan dan penerapan matematika, penggunaan
bahasa dan mekanika, geografi dan keterampilan perpetaan, dan konsep-konsep
sains lainnya.
Dalam
STAD, siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat yang memiliki
beragam kemampuan. Kemudian guru memberikan penjelasan tentang materi yang
dipelajari pada hari itu. Tahap selanjutnya adalah siswa diberikan lembar kerja
dan mengerjakannya secara bersama-sama dengan teman sekelompoknya. Pada tahap
ini diharapkan terjadi proses peer teaching, pembelajaran teman sebaya, dan
pemerataan pemahaman antara siswa. Setelah bekerja secara kelompok, siswa
diberikan soal yang dikerjakan secara perseorangan untuk mengukur tingkat
pemahaman individu terhadap materi yang telah didiskusikan. Kemudian hasil dari
kuuis individu tersebut dinilai dan dijumlahkan dengan nilai anggota kelompok
yang lain sehingga mendapatkan nilai akumulasi perkembangan kelompok. Tahap
akhir yang harus dilakukan adalah memberikan penghargaan atas perkembangan
masing-masing kelompok.
Lebih jauh Slavin
memaparkan bahwa “gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar
saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang
diajarkan guru.” Pada titik ini terlihat bahwa terdapat proses saling membantu
dan memotivasi antara siswa, dan diharapkan proses pembelajaran lebih efektif
dan efisien melalui teman sebaya.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif STAD:
1.
Penyampaian
tujuan dan motivasi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk
belajar
2.
Pembagian
kelompok
Siswa dibagi menjadi kelompok kecil berjumlah 4-5 orang dengan
tingkat kemampuan yang berbeda dengan tujuan terjadi pemerataan pemahaman
antara anggota kelompok
3.
Presentasi
dari guru
Guru memberikan penjelasan tentang materi yang dipelajari hari itu
dibantu dengan media, demonstrasi, dan proses tanya jawab dengan siswa yang
berkaitan dengan materi tersebut. Guru juga menjelaskan keterampilan dan
kemampuan apa yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara
mengerjakannya.
4.
Kegiatan
belajar dalam tim
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan
lembar kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota
menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru
melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan, dan bantuan bila
diperlukan. Kerja tim ini adalah ciri utama STAD.
5.
Kuis
(evaluasi)
Siswa melaksanakan kuis secara individual dan tidak dibenarkan
bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin tanggung jawab kepada diri sendiri
dalam memahami bahan ajar tersebut.
6.
Penghargaan
prestasi tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memberikan penilaian dengan
memberikan skor dengan rentang 0-10 kemudian menjumlahkan skor individu
tersebut sehingga menjadi skor kelompok. Guru memberikan penghargaan kepada tim
dengan nilai tertinggi atas hasil kerja kelompoknya.
Tabel Perkembangan Skor Individu Menurut Slavin (Rusman, 2012)
No
|
Nilai Tes
|
Skor Perkembangan
|
1
|
Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar
|
0 poin
|
2
|
10 sampai 1 poin di bawah skor dasar
|
10 poin
|
3
|
Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar
|
20 poin
|
4
|
Lebih dari 10 poin di atas skor dasar
|
30 poin
|
5
|
Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar)
|
30 poin
|
Tabel Penghitungan Perkembangan Skor Kelompok Menurut Slavin
(Rusman, 2012)
NO
|
Rata-rata Skor
|
Kualifikasi
|
1
|
0 < N < 5
|
-
|
2
|
6 < N < 15
|
Tim yang Baik (Good Team)
|
3
|
16 < N < 20
|
Tim yang Baik Sekali (Gret Team)
|
4
|
21 < N < 30
|
Tim yang Istimewa (Super Team)
|
BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
3.1.Pembahasan
Model
pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division ini diterapkan pada
pembelajaran Bahasa Inggris di SMA. Model ini dicoba diterapkan pada pendalaman
materi tentang membanndingkan teks report dan teks descriptive dalam
pengembangan kemampuan membaca siswa.
Langkah-langkah
yang diterapkan sesuai dengan pedoman yang telah dipaparka oleh para ahli yang
mengembangkan model STAD ini. Pada proses awal pembelajaran, siswa dibagi ke
dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 siswa yang berbeda tingkat
kemampuan akademisnya. Kemudian guru menyampaikan maksud dan tujuan
pembelajaran, yaitu setelah proses pembelajaran siswa diharapkan mampu
membandingkan perbedaan teks report dengan teks descriptive. Kemudian guru juga
menyampaikan skill yang diharapkan dikuasai oleh siswa setelah pembelajaran,
yaitu siswa diharapkan mampu memiliki skill memahami isi teks dan mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang pemahaman teks(reading
comprehension). Setelah itu guru
memotivasi siswa agar lebih antusias dalam proses pembelajaran.
Tahap selanjutnya
adalah guru memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran. Dalam hal ini
guru memberikan dua model teks, masing-masing adalah teks report dan teks
descriptive. Guru memancing daya analisa
siswa terhadap perbedaan antara kedua teks tersebut dengan melontarkan beberapa
pertanyaan yang memicu munculnya analisa siswa. Dalam proses ini siswa
diarahkan untuk mencoba menarik kesimpulan dari beberapa fakta yang ditemukan
dalam kedua teks tersebut. Gur tetap membimbing proses pengambilan kesimpulan
dan meluruskan hal-hal yang tidak benar, agar tidak terjadi kesalahan pemahaman
konsep. Setelah terbentuk pemahamn konsep yang benar tentang perbedaan antara
teks rport dan teks descriptive, kemudian guru memberikan pertanyaan-pertanyaan
tentang pemahaman teks pada siswa secara
lisan. Dalam proses ini guru mengarahkan siswa pada jawaban yang benar
atas pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan. Selain memberitahukan jawaban yang
benar, guru juga harus menyampaikan pada siswa bagaimana cara mendapatkan
jawaban yang benar tersebut.
Proses yang
selanjutnya dilaksanakan adalah kerja kelompok. Guru memberikan lembar kerja
kepada masing-masing kelompok sebagai bahan diskusi. Kemudian masing-masing
kelompok bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas pada lembar kerja
tersebut. Dalam proses penyelesaian tugas secara berkelompok ini, harus ada
interaksi antara anggota kelompok agar terjadi pemerataan pemahaman tentang
perbedaan teks report dan teks descriptive. Guru berkeliling memantau proses
kerja sama dalam kelompok dan memberikan bantuan bila diperlukan. Setelah
selesai, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka
masing-masing kepada kelas, tetap dalam pengawasan dan bimbingan guru.
Setelah proses
diskusi dan pembahasan selesai, maka siswa kembali duduk secara terpisah di
tempatnya masing-masing untuk melaksanakan proses post test. Dalam proses ini
guru memberikan tes tentang perbedaan teks report dan descriptive serta
pertanyaan-pertanyaan tentang pemahaman teks tersebut. Siswa bekerja secara
individual tanpa diperbolehkan bertanya pada teman-temannya.
Hasil tes individu
kemudian diskor untuk mendapatkan nilai perkembangan individu. Nilai
perkembangan individu ini kemudian dijumlahkan dengan nilai masing-masing siswa
dalam sebuah kelompok untuk menghasilkan nilai perkembangan kelompok. Nilai
perkembangan kelompok inilah yang nantinya akan menentukan kualifikasi
masing-masing kelompok. Kemudian guru memberikan reward kepada
kelompok-kelompok yang berhasil menjadi yang terbaik.
3.2.Analisa
Penggunaan
model STAD dalam pembelajaran bahasa Inggris pada materi membandingkan
perbedaan antara teks report dengan teks descriptive dipandang cukup berhasil.
Pada proses kerja kelompok terjadi
interaksi antara anggota kelompok sehingga terjadi pemerataan pemahaman. Dalam
proses kerja kelompok ini, siswa yang belum cukup paham tentang materi yang
diajarkan bertanya pada siswa yang lebih memahami materi. Pembelajaran teman
sebaya (peer teaching) seperti ini lebih efektif karena siswa tidak merasa
canggung untuk belajar dari teman sendiri. Selain itu juga bahasa yang
digunakan adalah bahasa yang biasa digunakan oleh siswa tersebut dalam keseharian
mereka sehingga lebih mudah dipahami dan lebih menimbulkan kenyamanan.
Keberhasilan dalam proses kerja sama ternyata masih belum
sepenuhnya membawa keberhasilan bagi siswa-siswa tertentu. Hasil tes individu
dari beberapa siswa tidak menunjukkan hasil yang baik. Hal ini dapat disebabkan
oleh kesulitan yang mereka hadapi ketika menjawab soal tentang pemahaman teks.
Untuk menjawab soal pemahaman teks (reading comprehension), diperlukan skill
yang tidak dapat dibentuk secara instan. Selain itu, untuk dapat memahami isi
dari sebuah teks, seorang siswa harus memiliki kekayaan kosa kata. Dapat
disimpulkan bahwa model STAD sangat baik diterapkan dalam proses pembelajaran
materi tersebut, namun tingkat kkeberhasilan siswa tetap tergantung dari
tingkat motivasi belajar siswa dan latar belakang pengetahuan yang telah dimiliki
oleh siswa sebelumnya.
BAB IV
PENUTUP
Terdapat banyak
model yang dapat digunakan oleh guru untuk membuat proses belajar mengajar
lebih efektif dan efisien. Satu di antaranya adalah model pembelajaran
kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD). Pada model pembelajaran
yang lebih menekankan pada proses peer teaching dalam kerja tim ini, dapat
membantu guru untuk membangun pengetahuan dalam diri siswa dengan cara yang
tidak terlalu membebani karena mereka membangun pengetahuan dalam diri mereka
secara bersama-sama dalam satu kelompok.
Namun tetap ada faktor-faktor lain dalam diri masing-masing individu yang
menentukan keberhasilan mereka, seperti faktor motivasi belajar dan latar
belakang pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya.
REFERENSI
Rusman. 2012.
Model-Model Pembelajaran:Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali
Press.
Warsono dan
Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen. Bandung: Rosda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar