Rabu, 31 Desember 2014

MODEL PEMBELAJARAN STAD

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Model-model Inovasi Pembelajaran
Dosen              : Dr. Luluk Asmawati,M.Pd
Penyusun         : Dian Mila Kusuma
Prodi                : Teknologi Pembelajaran Pascasarjana Untirta

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pada dasarnya belajar secara umum merupakan sebuah proses interaksi antara seseorang dengan lingkungannya, dimana setelah proses itu terjadi, maka muncul perubahan cara berpikir seseorang tersebut karena pengetahuan yang baru didapatkannya dari proses interaksi tersebut. Proses belajar bisa terjadi dimana saja, kapan saja, dan pada siapa saja. Karena pada prinsipnya belajar adalah berarti mendapatkan pengetahuan baru.
Dalam ruang lingkup yang lebih sempit, belajar dapat dimaknai dengan interaksi yang terjadi antara penndidik dan peserta didik dalam usaha transfer ilmu pengetahuan. Sudjana (1989) dalam Rusman (2012) mengatakan bahwa belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu.
Cambourne (1990) dalam Warsono dan Hariyanto (2012) mengatakan bahwa “...proses pembelajaran dapat didefinisikan sebagai menjalin hubungan, mengidentifikasi pola-pola belajar, mengorganisasikan bagian-bagian kecil pengetahuan, perilaku, aktifitas yang semula tidak berkaitan, menjadi suatu pola baru yang utuh menyeluruh bagi peserta didik.” Dalam definisi yang disampaikan oleh Cambourne di atas, dapat dilihat bahwa perlu adannya interaksi yang dilakukan oleh peserta didik dalam upayanya untuk mendapatkan suatu pengetahuan.
1.2.Permasalahan
Semakin majunya teknologi informasi telah membawa banyak sekali perubahan dalam kehidupan masyarakat modern. Saat ini kita dapat melihat banyaknya alat elektronik sebagai media komunikasi dan informasi yang mewarnai kehidupan manusia. Hal ini berpengaruh terhadap gaya dan cara hidup seseorang. Sekarang ini semakin banyak orang yang sangat kettergantungan pada alat elektronik sebagai media komunikasi dan informasi dalam kehidupan kesehariannya. Tanpa disadari, hal tersebut semakin memperkecil kesempatan untuk berinteraksi secara langsung antar individu yang satu dengan yang lain. Dampaknya jelas terlihat, bahwa semakin banyak manusia yang bersifat individualistis, semakin banyak anak yang tidak mampu mengungkapkan pendapat pribadinya karena kurangnya kemampuan berinteraksi yang dimilikinya.
Dalam proses belajar mengajar, diperlukan adanya interaksi yang baik sehingga terjadi transfer ilmu pengetahuan dengan baik.  Interaksi yang dimaksud dalam proses pembelajaran adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, dan peserta didik dengan sumber dan media pembelajaran. Pada pembelajaran konvensional yang terjadi hanya interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang dilaksanakan secara satu arah, interkasi antara peserta  didik dengan sumber belajar dengan sedikit sekali bahkan tanpa media pembelajaran.
Dari penjabaran di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa permasalahn yang diangkat dalam makalah ini adalah perluunya suatu model pembelajaran yang lebih banyak menggunakan interaksi dalam prosesnya swehingga peserta didik dapat dibentengi dari sifat individualistis dan agar transfer ilmu pengetahuan berjalan dengan baik.
1.3.Manfaat Penulisan Makalah
Makalah ini dibuat dengan membahas model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division dengan harapan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:
1.      Membuka wawasan pendidik tentang model pembelajaran kooperatif STAD
2.      Memberikan gambaran implementasi model pembelajaran kooperatif STAD
3.      Memotivasi pendidik untuk menggunakan dan mengembangkan model pembelajaran kooperatif selama memungkinkan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya


BAB II
KAJIAN TEORETIK

2.1. Model Pembelajaran
Terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam dunia pendidikan yang berkaitan dengan cara mengajar, antara lain strategi (strategy), pendekatan (approach), metode (method), dan model pembelajaran (learning model). Dalam hal ini akan dibahas pendapat beberapa ahli tentang pengertian model pembelajaran.
            Model pembelajaran disusun berdasarkan berbagai prinsip dan teori pembelajaran. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung (Joyce &Weil, 1980).  Joyce & Weil mempelajari model-modelpembelajaran berdasarkan teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Joyce & Weil (1980) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka penjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
Rusman (2012) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh pendidik dalam memilih model pembelajaran:
1.      Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
a.       Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan kompetensi akademik, kepribadian, sosial dan kompetensi vokasional atau yang dulu diistilahkan dengan domain kognitif, psikomotor dan afektif?  
b.      Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
c.       Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?

2.      Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
a.       Apakah materi itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?
b.      Apakah untuk memperlajari materi pembelajaran tersebut memerlukan prasyarat atau tidak?
c.       Apakah tersedia bahan atau sumber-sumber yang relevan untuk mempelajari materi tersebut?

3.      Pertimbangan dari sudut peserta didik:
a.       Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan pesesrta didik?
b.      Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi peserta didik?
c.       Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?

4.      Pertimbangan lainnya yang bersifat non teknis:
a.       Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup denagn satu model pembelajaran?
b.      Apakah model pembelajaran yang ditetapkan dianggap satu-satunya model pembelajaran yang dapat digunakan?
c.       Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektifitas atau efisiensi?
Dalam bukunya , Model-Model Pembelajaran, Rusman (2012) mengatak terdapat beberapa hal yang menjadi ciri-ciri suatu model pembelajaran, antara lain: berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu, mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, memiliki bagian-bagian model yang dinamakan (1) urutan langkah-langkah pembelajaran; (2) adanya prinsip-prinsip reaksi; (3) sistem sosial; (4) sistem pendukung, memiliki dampak sebagai akibat dari terapan model pembelajaran, dan membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.
2.2. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada, dan merevisinya bila perlu (Soejadi dalam Rusman, 2012).
Pembelajaaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar atau bekerja dalam kelompok kecil. Abdulhak (2001) menyatakan “pembelajaran cooperative dilakukan melalui sharing proses antara pesertabelajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri.” Dalam proses pembelajaran seperti ini akan terjadi interaksi dan komunikasi antara pendidik dan peserta didik, peserta didik dengan pesesrta didik, danpeserta didik dengan pendidik (multi way traffic communication). Pembelajaran berkelompok seperti ini akan dapat memudahkan peserta didik belajar dari peserta didik yang lain sehingga terjadi pembelajaran teman sebaya (peer teaching) yang dianggap lebih efektif dari pada pembelajaran oleh guru.
  Nurulhayati (2002) dalam Rusman (2012), mengemukakan lima unsur dasar model cooperative learning, yaitu: (1) ketergantungan yang positif, (2) pertangungjawaban individual, (3) kemampuan bersosialisasi, (4) tatap muka, dan (5) evaluasi proses kelompok. Ketergantungan yang positif adalah adanya saling ketergantungan antara anggota kelompok untuk mencapai tujuan dan keberhasilan bersama. Sementara tanggung jaawab individual adalah timbulnya tanggung jawab dalam diri masing-masing anggota kelompok atas keberhasilan bersama dan keberhasilan masing-masing individu.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang bannyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini disebabkan karena berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1995) dinyatakann bahwa: (1) penggunaan pemvbelejaran koopertif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah,  dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.
Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila: guru menekankan pentingnya usaha bersama disamping usaha secara individual, guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar, guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri, guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa, guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (Sanjaya dalam Rusman, 2012).
Pada prinsipnya terdapat beberapa langkah pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif, antara lain: guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa, guru menyajikan informasi, guru mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, guru membimbing kelompok bekerja dan belajar, evaluasi, dan memberikan penghargaan.
2.3. Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)
            Model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan satu dari beberapa model pembelajaran yang termasuk ke dalam kelompok pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran STAD ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Menurut Slavin (2007), model pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi ke dalam materi pelajaran, dan telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa Inggris, teknik dan banyak subjek lainnya, dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi. STAD adalah yangpaling tepat digunakan untuk mengajarkan materi-materi pelajaran ilmu pasti, seperti perhitungan dan penerapan matematika, penggunaan bahasa dan mekanika, geografi dan keterampilan perpetaan, dan konsep-konsep sains lainnya. 
            Dalam STAD, siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat yang memiliki beragam kemampuan. Kemudian guru memberikan penjelasan tentang materi yang dipelajari pada hari itu. Tahap selanjutnya adalah siswa diberikan lembar kerja dan mengerjakannya secara bersama-sama dengan teman sekelompoknya. Pada tahap ini diharapkan terjadi proses peer teaching, pembelajaran teman sebaya, dan pemerataan pemahaman antara siswa. Setelah bekerja secara kelompok, siswa diberikan soal yang dikerjakan secara perseorangan untuk mengukur tingkat pemahaman individu terhadap materi yang telah didiskusikan. Kemudian hasil dari kuuis individu tersebut dinilai dan dijumlahkan dengan nilai anggota kelompok yang lain sehingga mendapatkan nilai akumulasi perkembangan kelompok. Tahap akhir yang harus dilakukan adalah memberikan penghargaan atas perkembangan masing-masing kelompok.
            Lebih jauh Slavin memaparkan bahwa “gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru.” Pada titik ini terlihat bahwa terdapat proses saling membantu dan memotivasi antara siswa, dan diharapkan proses pembelajaran lebih efektif dan efisien melalui teman sebaya.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif STAD:
1.      Penyampaian tujuan dan motivasi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar
2.      Pembagian kelompok
Siswa dibagi menjadi kelompok kecil berjumlah 4-5 orang dengan tingkat kemampuan yang berbeda dengan tujuan terjadi pemerataan pemahaman antara anggota kelompok
3.      Presentasi dari guru
Guru memberikan penjelasan tentang materi yang dipelajari hari itu dibantu dengan media, demonstrasi, dan proses tanya jawab dengan siswa yang berkaitan dengan materi tersebut. Guru juga menjelaskan keterampilan dan kemampuan apa yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan  pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.
4.      Kegiatan belajar dalam tim
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembar kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan, dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini adalah ciri utama STAD.
5.      Kuis (evaluasi)
Siswa melaksanakan kuis secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin tanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut.
6.      Penghargaan prestasi tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memberikan penilaian dengan memberikan skor dengan rentang 0-10 kemudian menjumlahkan skor individu tersebut sehingga menjadi skor kelompok. Guru memberikan penghargaan kepada tim dengan nilai tertinggi atas hasil kerja kelompoknya.

Tabel Perkembangan Skor Individu Menurut Slavin (Rusman, 2012)
No
Nilai Tes
Skor Perkembangan
1
Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar
0 poin
2
10 sampai 1 poin di bawah skor dasar
10 poin
3
Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar
20 poin
4
Lebih dari 10 poin di atas skor dasar
30 poin
5
Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar)
30 poin

Tabel Penghitungan Perkembangan Skor Kelompok Menurut Slavin (Rusman, 2012)
NO
Rata-rata Skor
Kualifikasi
1
0 < N < 5
-
2
6 < N < 15
Tim yang Baik (Good Team)
3
16 < N < 20
Tim yang Baik Sekali (Gret Team)
4
21 < N < 30
Tim yang Istimewa (Super Team)

  
BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISIS

3.1.Pembahasan
Model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division ini diterapkan pada pembelajaran Bahasa Inggris di SMA. Model ini dicoba diterapkan pada pendalaman materi tentang membanndingkan teks report dan teks descriptive dalam pengembangan kemampuan membaca siswa.
            Langkah-langkah yang diterapkan sesuai dengan pedoman yang telah dipaparka oleh para ahli yang mengembangkan model STAD ini. Pada proses awal pembelajaran, siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 siswa yang berbeda tingkat kemampuan akademisnya. Kemudian guru menyampaikan maksud dan tujuan pembelajaran, yaitu setelah proses pembelajaran siswa diharapkan mampu membandingkan perbedaan teks report dengan teks descriptive. Kemudian guru juga menyampaikan skill yang diharapkan dikuasai oleh siswa setelah pembelajaran, yaitu siswa diharapkan mampu memiliki skill memahami isi teks dan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang pemahaman teks(reading comprehension).  Setelah itu guru memotivasi siswa agar lebih antusias dalam proses pembelajaran.
            Tahap selanjutnya adalah guru memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran. Dalam hal ini guru memberikan dua model teks, masing-masing adalah teks report dan teks descriptive. Guru  memancing daya analisa siswa terhadap perbedaan antara kedua teks tersebut dengan melontarkan beberapa pertanyaan yang memicu munculnya analisa siswa. Dalam proses ini siswa diarahkan untuk mencoba menarik kesimpulan dari beberapa fakta yang ditemukan dalam kedua teks tersebut. Gur tetap membimbing proses pengambilan kesimpulan dan meluruskan hal-hal yang tidak benar, agar tidak terjadi kesalahan pemahaman konsep. Setelah terbentuk pemahamn konsep yang benar tentang perbedaan antara teks rport dan teks descriptive, kemudian guru memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang pemahaman teks pada siswa secara  lisan. Dalam proses ini guru mengarahkan siswa pada jawaban yang benar atas pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan. Selain memberitahukan jawaban yang benar, guru juga harus menyampaikan pada siswa bagaimana cara mendapatkan jawaban yang benar tersebut.
            Proses yang selanjutnya dilaksanakan adalah kerja kelompok. Guru memberikan lembar kerja kepada masing-masing kelompok sebagai bahan diskusi. Kemudian masing-masing kelompok bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas pada lembar kerja tersebut. Dalam proses penyelesaian tugas secara berkelompok ini, harus ada interaksi antara anggota kelompok agar terjadi pemerataan pemahaman tentang perbedaan teks report dan teks descriptive. Guru berkeliling memantau proses kerja sama dalam kelompok dan memberikan bantuan bila diperlukan. Setelah selesai, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka masing-masing kepada kelas, tetap dalam pengawasan dan bimbingan guru.
            Setelah proses diskusi dan pembahasan selesai, maka siswa kembali duduk secara terpisah di tempatnya masing-masing untuk melaksanakan proses post test. Dalam proses ini guru memberikan tes tentang perbedaan teks report dan descriptive serta pertanyaan-pertanyaan tentang pemahaman teks tersebut. Siswa bekerja secara individual tanpa diperbolehkan bertanya pada teman-temannya.
            Hasil tes individu kemudian diskor untuk mendapatkan nilai perkembangan individu. Nilai perkembangan individu ini kemudian dijumlahkan dengan nilai masing-masing siswa dalam sebuah kelompok untuk menghasilkan nilai perkembangan kelompok. Nilai perkembangan kelompok inilah yang nantinya akan menentukan kualifikasi masing-masing kelompok. Kemudian guru memberikan reward kepada kelompok-kelompok yang berhasil menjadi yang terbaik.


3.2.Analisa
Penggunaan model STAD dalam pembelajaran bahasa Inggris pada materi membandingkan perbedaan antara teks report dengan teks descriptive dipandang cukup berhasil. Pada proses  kerja kelompok terjadi interaksi antara anggota kelompok sehingga terjadi pemerataan pemahaman. Dalam proses kerja kelompok ini, siswa yang belum cukup paham tentang materi yang diajarkan bertanya pada siswa yang lebih memahami materi. Pembelajaran teman sebaya (peer teaching) seperti ini lebih efektif karena siswa tidak merasa canggung untuk belajar dari teman sendiri. Selain itu juga bahasa yang digunakan adalah bahasa yang biasa digunakan oleh siswa tersebut dalam keseharian mereka sehingga lebih mudah dipahami dan lebih menimbulkan kenyamanan.
Keberhasilan dalam proses kerja sama ternyata masih belum sepenuhnya membawa keberhasilan bagi siswa-siswa tertentu. Hasil tes individu dari beberapa siswa tidak menunjukkan hasil yang baik. Hal ini dapat disebabkan oleh kesulitan yang mereka hadapi ketika menjawab soal tentang pemahaman teks. Untuk menjawab soal pemahaman teks (reading comprehension), diperlukan skill yang tidak dapat dibentuk secara instan. Selain itu, untuk dapat memahami isi dari sebuah teks, seorang siswa harus memiliki kekayaan kosa kata. Dapat disimpulkan bahwa model STAD sangat baik diterapkan dalam proses pembelajaran materi tersebut, namun tingkat kkeberhasilan siswa tetap tergantung dari tingkat motivasi belajar siswa dan latar belakang pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya.


BAB IV
PENUTUP

            Terdapat banyak model yang dapat digunakan oleh guru untuk membuat proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Satu di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD). Pada model pembelajaran yang lebih menekankan pada proses peer teaching dalam kerja tim ini, dapat membantu guru untuk membangun pengetahuan dalam diri siswa dengan cara yang tidak terlalu membebani karena mereka membangun pengetahuan dalam diri mereka secara bersama-sama  dalam satu kelompok. Namun tetap ada faktor-faktor lain dalam diri masing-masing individu yang menentukan keberhasilan mereka, seperti faktor motivasi belajar dan latar belakang pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya.


REFERENSI

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran:Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Press.
Warsono dan Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen. Bandung: Rosda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM KIMIA SMA: MEMBAWA KONSEP ABSTRAK KE DUNIA NYATA

Pembelajaran interaktif telah menjadi tren dalam dunia pendidikan modern. Dalam mata pelajaran kimia, yang seringkali dianggap abstrak dan s...