Rabu, 31 Desember 2014

SUMBER-SUMBER YANG MEMPENGARUHI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Pembelajaran
Dosen        : Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd
Penyusun   : Dian Mila Kusuma, Dewi Septiani K, Rizkina Ika
Prodi          : Teknologi Pembelajaran Pascasarjana Untirta


BAB  I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pendidikan adalah bidang yang sangat penting dan banyak mendapat perhatian dari masyarakat luas. Dalam pelaksanaannya, pendidikan terus mengalami perbaikan dan pembaharuan demi  tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini juga dilakukan karena perlunya menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan jaman. Kurikulum terus berganti dengan menyesuaikan perkembangan jaman dan kebutuhan di dunia global.
Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar, antara lain; perubahan dari pandangan kehidupan masyarakat lokal ke masyarakat global, perubahan dari kohesi sosial menjadi partisipasi demokratis, dan perubahan dari pertumbuhan ekonomi ke perkembangan kemanusiaan. Untuk melaksanakan perubahan dalam dunia pendidikan tersebut, sejak tahun 1998 UNESCO telah mengemukakan dua basis landasan: pertama; pendidikan harus diletakkan pada empat pilar yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be); kedua, belajar seumur hidup (life long learning). 
Penanaman kultur sedemikian harus dikembangkan dalam pendidikan, karena pada akhirnya aspek kultural dari kehidupan manusia, terutama yang berkaitan dengan pendidikan nilai dan sikap lebih penting dari pertumbuhan ekonomi. Maka perlu dilakukan penataan terhadap sistem pendidikan terutama berkaitan dengan kualitas pendidikan, serta relevansinya dengan kebuutuhan masyarakat dan dunia kerja. Dalam rangka peningkatan kuaalitas pendidikan, maka pemerintah meningkatkan kualitas para pendidik dengan berbagai cara. Pemerintah juga memperkaya dunia pendidikan dengan sumber belajar yang lebih menyesuaikan perkembangan jaman. Saat ini semakin banyak dikembangkan sumber belajar yang berbasi s teknologi  dan informasi. Dalam penerapannya, penggunaan teknologi canggih hanya terpaku pada hard ware saja dan cenderung melupakan soft skill serta etika yang melekat dari TIK. Soft skills ini berlandaskan pemahaman seseorang atas soft technology. Untuk memaknai semua ini, persektif SDM tidak cukup hanya memahami hard ware saja. Teknologi pembelajaran mempersiapkan SDM yang menguasai belajar dan pembelajaran sebagai  soft skills, sekaligus mempersiapkan mereka untuk memiliki ilmu terkait dengan soft technology.
Teknologi pembelajaran saat ini telah berkembang dan muncul sebagai bidang ilmu tersendiri dengan kawasan penelitian dan praktek yang beragam. Dalam perkembangannya, terdapat banyak sekali hal yang mempengaruhinya, mulai dari munculnya hingga masa perkembangannya sekarang. Makalah ini dibuat untuk membahas tentang sumber-sumber yang mempengaruhi teknologi pembelajaran, dengan mengacu pada rumusan masalah berikut ini:
1.      Bagaimana perkembangan historis teknologi pembelajaran?
2.      Apa saja yang mempengaruhi teknologi pembelajaran?
3.      Bagaimana hal-hal tersebut mempengaruhi teknologi pembelajaran?
Dengan demikian, dari rumusan masalah yang telah disampaikan di atas, maka dapat dirumuskan tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1.      Menjelaskan perkembangan historis teknologi pembelajaran
2.      Menyebutkan hal-hal yang mempengaruhi teknologi pembelajaran
3.      Menjabarkan bagaimana hal-hal tersebut dapat mempengaruhi teknologi pembelajaran
  

BAB II
SUMBER-SUMBER YANG MEMPENGARUHI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

2.1. Perkembangan Historis Teknologi Pembelajaran
Keberadaan bidang teknologi pembelajaran pada awalnya diindikasikan oleh munculnya pembelajaran visual, dan kemudian pembelajaran audio visual sebagai sebuah konsep. Buku-buku terdahulu karya Hoban, Hoban dan Zisman (1937) dan Dale (1946), yang dibantu oleh media yang ekstensif dan efektif dalam pelatihan militer AS selama Perang Dunia II, mengorbitkan dan melegitimasikan munculnya bidang teknologi pembelajaran. Selain itu, National Film Board di Kanada,salah satu badan yang memproduuksi film dokumenter tertua, juga didirikan pada tahun 1939. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa itu sudah digunakan film sebagai media penyampaian informasi dalam pendidikan.
Hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Wood dan Freeman (1929), Knowlton dan Tilton (1929)serta Carpenter dan Greenhill (1956), mengkonfirmasi pentingnya peran media dalam proses pembelajaran dan membantu terbentuknya bidang teknologi pembelajaran.  Flemming dan Levie (19976; 1993) kemudian menyimpulkan kebanyakan dari hasil penelitian tentang media dan psikologi yang telah dilakukan itu dan mensitesakannya sebagai pedoman dalam desain pesan.
Pada tahun 1954, Skinner membuat karya berupa mesin yang disebut dengan mesin pengajar (teaching machine) dan belajar terprogram. Sejak saat itu, para teknolog pembelajaran mulai merasa bahwa mereka mempunyai dasar psikologi.
Karya Skinner dalam psikologi perilaku yang dipopulerkan oleh Mager (1962), meletakkan dasar pemikiran baru dan nampaknya dapat lebih diterima. Lunsdaine dan Glaser (1960) dan Lumsdaine (1964) menggambarkan hubungan psikologi perilaku dengan teknologi pembelajaran, dan Wiman dan Meierhenry (1969) mengedit karya pertama yang merumuskan hubungan psikologi belajar dengan teknologi pembelajaran. Bruner (1966), Glaser (1965) dan Gagne (1965; 1989) memperkenalkan konsep baru yang selanjutnya memacu partisipasi lebih luas para pakar psikologi kognitif. Kemudian pandangan ini berkembang menjadi pandangan yang tidak hanya mementingkan aspek kognitif saja tetapi juga memberikan penekanan pada peran konteks pembelajaran dan persepsi individu pembelajar.
Salah satu perubahan yang sangat besar dalam teknologi pembelajaran adalah perluasan area ke arah praktek. Perluasan area praktek ini tidak hanya diterapkan di sekolah-sekolah, tetapi juga pada pelatihan-pelatihan orang dewasa yang dilaksanakan di instansi pemerintah bahkan perusahaan swasta. Teknologi pembelajaran kemudian mengembangkan sistem pembelajaran jarak jauh sebagai kontribusinya dalam memeratakan kesempatan belajar dan mempermudah serta memperluas akses pembelajaran.
Dalam perkembangannya, teknologi pembelajaran juga dipicu oleh berbagai keragaman situasi belajar. Mulai dari beragamnya pembelajar dari segi usia, latar belakang, dan minat sampai pada beragamnya lingkungan belajar. Keragaman tersebut membutuhkan metode pembelajaran yang berbeda, bahkan juga media yang berbeda. Hal ini membuat para teknolog pembelajaran terus mengembangkan teknologi pembelajaran.
Beberapa hal yang mempengaruhi perkembangan teknologi pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.      Landasan penelitian dan teori
2.      Nilai dan perspektif yang berlaku
3.      Kemampuan teknologi itu sendiri
2.2. Pengaruh Penelitian dan Teori
Teknologi pebelajaran banyak dipengaruhi oleh teori dari beberapa bidang disiplin ilmu, antara lain:
·         Psikologi
·         Rekayasa
·         Komunikasi
·         Ilmu komputer
·         Bisnis
·         Pendidikan secara umum
Dewi Salma Prawiradilaga (2012) dalam bukunya Wawasan Teknologi Pendidikan menyatakan bahwa terdapat tiga disiplin ilmu yang sangat lekat dengan teknologi pendidikan yaitu psikologi, komunikasi, dan manajemen.
Psikologi merupakan ilmu yang tertua yang diadopsi oleh teknologi pembellajaran. Pendapat beberapa ahli tentang bagaimana seseorang itu belajar dan bagaimana membelajarkan orang tersebut adalah salah satu bukti penerapan psikologi dalam teknologi pembelajaran. Hakikat teknologi pembelajaran adalah belajar dan menyelenggarakan proses pembelajaran yang tepat. Karenanya, seorang teknolog pembelajaran harus mengetahui bagaimana seseorang dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Selain itu, peran guru sebagai motivator pun merupakan bagian penting dalam teori psikologi ini. Teori motivasi belajar intrinsik seperti peranan minat seseorang terhadap sesuatu hal yang dapat mendorong perilaku belajar, pengaruh perbedaan kepribadian atas penguasaan materi, serta asanya kategori kemampuan intelektual seseorang yang dijadikan patokan untuk mendesain kegiatan pembelajaran adalah contoh-contoh bagaimana psikologi mempengaruhi perkembangan teknologi pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran terjadi proses komunikasi yaitu pada saat penyampaian materi pembelajaran dari pendidik pada peserta didik. Wittch dan Schuller dalam Dewi Salma (2012) menyatakan bahwa di kelas perlu dikembangkan proses komunikasi. Hal ini karena sering terjadi kegagalan proses belajar seseorang karena kesalahan komunikasi, yang berkenaan dengan; (1) verbalisme; situasi dimana peserta didik mendengarkan banyak istilah yang relatif baru, sehingga persepsi terhambat dan materi sulit dicerna; (2) ketidakjelasan rujukan;kemungkinan contoh naratif yang diberikan oleh pengajar tidak relevan dengan pokok bbahasan; (3) mimpi di siang hari: tidak ada perhatian dari peserta didik karena dia tidak berminat atau tidak paham akan pentingnya materi yang diajarkan; (4) ketidanyamanan fisik. Alasan-alasan tersebut membuktikan bahwa komunikasi sangat penting dalam perkembangan teknologi pembelajaran.
Selain alasan tadi, pemanfaatan media pembelajaran menjadi salah satu pemicu perubahan prinsip, pemikiran, dan produk dari teknologi pembelajaran. Konsep teknologi, informasi dan komunikasi masa kini menjadikan dunia pendidikan sangat global. Antisipasi dapat dilakukan oleh teknologi pembelajaran dengan mengkaji kebermanfaatan teknologi digital bagi dunia pendidikan.
Seels dan Richey (1994) menjabarkan pengaruh penelitian dan teori terhadap teknologi pembelajaran dalam masing-masing kawasan teknologi pembelajaran; kawasan desain, kawasan pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan pengelolaan, dan kawasan penilaian.
2.2.1. Kawasan Desain
Dalam kawasan desain terdapat beberapa teori dan penelitian yang berpengaruh, yaitu: teori sistem umum, penelitian dan teori psikologi, penelitian belajar-mengajar, serta teori komunikasi dan penelitian persepsi-atensi.
Teori sistem umum diterapkan dalam bidang ini melalui aplikasi model-model perancangan sistem pembelajaran (instructional system design=ISD). Sebagai teori, Instructional System Design didukung oleh logika deduktif, praktek yang dinilai, dan pengalaman yang sukses. Hasil-hasil penelitian yang ada untuk desain sistemaatik mendukung komponen-komponen proses perancangan misalnya pengaruh sistem pembelajaran yang berbasis tujuan, atau kesesuaian isi dengan hasil analisis.
Penelitian dan teori psikologi. Peran teori psikologi dalam kawasan desain adalah sebagai dasar dalam perancangan pembelajaran. Teori psikologi disini berhubungahn dengan teori belajar, teori motivasi dan persepsi. Dalam menyusun desain pembelajaran, seorang pendidik harus mendaasrkannya pada teori belajar yang sesuai dengan kondisi peserta didiknya. Seorang pendidik juga harus memikirkan cara memotivasi dan peserta didik dalam desain pembelajarannya. Pentingnya motivasi peserta didik telah ;ama melebur ke dalam teknologi pembelajaran sejak audiovisual digunakan sebagai alat motivasi sampai perhatian saat ini, yang menanamkan unsur motivasi ke dalam perencanaan pembelajaran. Sebagai contioh, Keller (1987) merumuskan prosedur desain motivasi bedasarkan hasil penelitian psikologi yang mengulas topik-topik seperti peran harapan dan perilaku seseorang, minat, keingintahuan, keinginan berprestasi, dan sikap akademik.
      Penelitian belajar mengajar. Dalam mendesain rencana pembelajaran, seorang pendidik merujuk pada teori-teori yang mengklasifikasikb materi pelajaran yang biasanya berdasarkan pada salah satu dari taksonomi berikut:
·         Taksonomi kawasan kognitif Bloom (1956)
·         Taksonomi kawasan afektif Krathwohl, Bloom, dan Masia (1964)
·         Taksonomi kawasan psikomotor Harrow (1972)
·         Pengertian mengenai lima kemampuan yang dipelajari (learned capabilities) Gagne (1985)
·         Teori tampilan unsur (Component Display Theory) Merril (1983).
Teori komunikasi dan penelitian persepsi-atensi. Penelitian komunikasi tradisional terutama jika dikombinasikan dengan  prinsip belajar telah memberikan pengaruh yang sangat besar dalam perancangan pembelajaran, terutama perancangan makro seperti tata letak (lay-out) halaman, desain layar, desain grafis visual. Flemming (1987) menyatakan tentang karakteristik persepsi yang relevan untuk perancangan, termasuk organisasi, perbandingan dan kontras, warna, kemiripan, nilai, dan bidang informasi yang disajikan.
2.2.2. Kawasan Pengembangan
Pada kawasan pengembangan lebih banyak dipengaruhi oleh bukan hanya teori komunikasi tetapi juga oleh teori pemrosesan visual dan auditori, berpikir vvisual, dan estetika.
Teori yang berdampak pada kawasan pengembangan secara keseluruhan.Teori Shannon dan Weaver (1949) menjelaskan tentang proses penyampaian pesan dari pengirim ke penerima dengan menggunakan srana sensorik. Sementara Berlo (1960) menekankan fakta bahwa sesungguhnya manusia adalah jantung dari sebuah proses komunikasi, bukan media.
Serangkaian teknik dalam mengembangkan suatu media pembelajaran telah muncul. Contohnya dalam teknologi cetak telah dilahirkan konsep keterbacaan dan teknik untuk menentukan tingkat keterbacaan suatu materi teks.
Dalam teknologi komputer telah berkembang beberapa teknik programming dan authoring. Pengembangan program pembelajaran jarak jauh memerlukan prinsip-prinsip komunikasi umum, desain grafis, interaktif, dan teknik elektronk yang canggih.
2.2.3. Kawasan Pemanfaatan
            Penelitian pada kawasan pemanfaatan teknologi pembelajaran banyak menyinggung masalah-masalah seperti penggunaan media secara optimal, dan pengaruh media terhadap waktu yang diperlukan untuk belajar (Thompson, Simonson, dan Hargrave, 1992). Hasil-hasil dari penelitian tersebut akan membuat para teknolog pembelajaran untuk semakin mengeksplor dan mencari tahu media yang terbaik yang  dapat secara efektih membantu pendidik menyampaikan materi.
            Kawasan pemanfaatan banyak bergantung pada proses difusi. Dalam kaitan ini karya Rogers (1962, 1983) memberikan kontribusi yang sangat penting untuk memahami gejala difusi inovasi. Hasil dari eksplorasi Rogers tentang proses difusi ini adalah suatu model yang banyak didasarkan pada hasil pennelitian tentang adopsi inovasi. Secara umum penelitian ini telah mengidentifikasi variabel-variabel yang diduga benyak mempengaruhi penerimaan ide-ide baru dan menjelaskan bagaimana proses penerimaan inovasi baru tersebut terjadi. Model Rogers ini didasarkan pada anggapan bahwa ada empat elemen utama yang beroperasi dalam proses difusi ini, yaitu bentuk atau karakter inovasi, saluran komunikasi yang ada, waktu, dan sistem sosial yang berlaku.
2.2.4. Kawasan Pengelolaan
            Pengelolaan proyek sebagai suatu konsep, pada awalnya diperkenalkan sebagai “cara yang efisien dan efektif dalam menghimpun suatu tim, dimana pengetahuan dan keahlian anggotanya sesuai dengan situasi unik dan tuntutan teknis jangka pendek yang ditentukan oleh pemberi kerja” (Rothwell dan Kazanas, 1992). Ini berbeda dengan konsep tradisional karena otoritas ada di tangan mereka yang memiliki keahlian dan pengetahuan, dan bukan dari konsep organisasi yang disusun berdasarkan garis komando.
            Pengelolaan sumber salah satunya adalah pengelolaan sistem penyampaian. Di sini, yang menjadi pokok permasalahan adalah berkenaan dengan hal-hal yang menyangkut sarana, seperti kebutuhan perangkat keras dan lunak, dukungan teknis untuk operator dan pemakai, dan karakteristik lain tentang pengoperasian sistem teknologi.
Secara konseptual peranan mengelola para teknolog pembelajaran di masa mendatang tidak hanya meliputi penggunaan teknologi, tetapi juga akan berkembang ke arah pengelolaan sumber daya manusia dan perencanaan strategis. Meskipun sebagian besar orientasi pengelolaan berasal dari perspektif kerekayasaan, teori motivasi dan teori perubahan yang berfokus pada pendekatan humanistik juga akan bertumbuh dan berkembang.
 2.2.5. Kawasan Penilaian
            Penilaian sering dihubungkan dengan orientasi keperilakuan dalam desain pembelajaran dan hal-hal yang diturunkan dari teori sistem umum. Teori sistem umum memberikan rambu-rambu proses desain secara keseluruhan yang memuat pertimbangan logis dalam tugas penilaian yang dilakukan para teknolog pembelajaran. Penelusuran kebutuhan (needs assessment), evaluasi formatif dan sumatif, dan pengujian yang mengacu kriteria, semuanya dipengaruhi oleh kebutuhan akan adanya sistem regulasi diri (self-regulating system) dan keyakinan akan peran positif umpan balik.
            Akhir-akhir ini ada tendensi untuk menyisipkan pandangan kognitif dan konstruktif pada ranah penilaian dan evaluasi, dengan cara mempertimbangkan konteks pembelajaran. Dalam analisis kebutuhan, perlu cakupan yang lebih luas, tidak hanya berkonsentrasi pada isi, melainkan juga memberikan perhatian pada analisis pembelajar, serta analisis organisasi dan lingkungan. Sementara beberapa pendaapat menyatakan bahwa pembelajaran yang hanya menekankan pada aspek behavioristik akan menghasilkan pembelajaran yang sepintas (surface learning) dan bukannya pembelajaran yang mendalam (deep learning) (Kember dan Murphy, 1990).
 2.3. Pengaruh Nilai dan Perspektif yang berlaku
Yang dimaksud dengan nilai umum disini adalah nilai-nilai yang digunakan sebagai landasan berfikir, yang mungkin berasal dari pengalaman yang sama, pembudayaan yang berasal dari teori-teori, atau karakteristik pribadi orang yang tertarik pada suatu disiplin ilmu. Para teknolog pembelajaran cenderung menilai konsep sebagai: replikabilitas pembelajaran, individualisasi, efisiensi, penggeneralisasian proses isi lintas bidang, perencanaan terinci, analisis dan spesifikasi, kekuatan visual, dan manfaat pembelajaran bermedia.
            Nilai-nilai disiplin ilmu terbentuk oleh aspek lain dari budaya seperti: penelitian dan teori, keberadaan filosofis yang dominan, hakekat latar dimana aplikasi dilaksanakan, dan terutama dalam hal ini sumber yang tersedia. Meskipun demikian, ada pandangan alternatif lain yang ikut memberntuk karya para teknolog pembelajaran.
Konsep paradigma alternatif dalam menemukan pengetahuan baru-baru ini telah menjadi fokus utama dalam berbagai disiplin ilmu. Dalam perpektif ilmiah, paradigma alternatif ini memiliki kecenderungan untuk menerima metodologi penelitian kualitatif, penelitian fenomenologis dan gerakan ke arah psikologi kontruktivis. Teknologi pembelajaran juga merasakan pengaruh ini, sebagai contoh Striebel (1991) mengemukakan pendapatnya bahwa komputer bukanlah hanya sekedar bentuk sistem penyampaian, tetapi sebagai suatu lingkungan yang memiliki nilai-nilai tertentu dengan segala kecenderungannya. Bowers (1988) juga memberikan suatu tantangan yang meragukan bahwa teknologi betul-betul bersifat netral dan dapat dibentuk untuk memenuhi segala tujuan yang diinginkan.
Gerakan psikologi konstruktivisme telah mempengaruhi terhadap Teknologi Pembelajaran. Menurut pandangan konstruktivisme bahwa disamping adanya relaitas fisik, namun pengetahuan kita tentang realitas dibangun dari hasil penafsiran pengalaman. Makna atas sesuatu tidak akan terlepas dari orang yang memahaminya. Belajar merupakan suatu rangkaian proses interpretasi berdasarkan pengalaman yang telah ada, interpretasi tersebut kemudian dicocokan pengalaman-pengalaman baru.
Konstruktivisme cenderung mempersoalkan perancangan lingkungan belajar daripada pentahapan kegiatan pembelajaran. Lingkungan belajar ini merupakan konsteks yang kaya, baik berupa landasan pengetahuan, masalah yang otentik, dan perangkat otentik yang digunakan untuk memecahkan masalah. Nampaknya, ada semacam keengganan terhadap adanya perumusan pengetahuan secara rinci yang harus dikuasai, dan kengganan terhadap simplikasi atau regulasi isi, karena semua proses itu akan meniadakan arti penting konteks yang kaya yang memungkinkan terjadinya transfer.
Perspektif alternatif lain yang mempengaruhi teknologi pembelajaran adalah dari kelompok yang memandang penting atas keunggulan belajar situasional (situated learning). Belajar situasional terjadi bilamana siswa mengerjakan “tugas otentik” dan berlangsung di latar dunia nyata. Belajar semacam ini tidak akan terjadi bilamana pengetahuan dan keterampilan tidak diajarkan secara kontekstual”. Bila orang menekankan pada belajar situasional, maka logika kelanjutannya adalah memahami belajar sebagai suatu proses yang aktif, berkesinambungan dan dinilai lebih pada aplikasi daripada sekedar perolehan.
Gerakan teknologi kinerja yang lebih berbasis terapan (Geis, 1986) juga mengajukan perspektif alternatif lain dalam Teknologi Pembelajaran. Para teknololog kinerja cenderung mengidentifikasi kebutuhan bisnis dan tujuan organisasinya daripada tujuan belajar. Teknologi kinerja sebagai suatu pendekatan pemecahan masalah adalah suatu produk dari berbagai pengaruh teori seperti cybernetic, ilmu menajemen, dan ilmu kognitif (Geis, 1986).
Para teknolog kinerja tidak selalu merancang intervensi pembelajaran sebagai suatu solusi dalam memecahkan masalah. Teknolog kinerja akan cenderung memperhatikan peningkatan insentif, desain pekerjaan, pemilihan personil, umpan balik atau alokasi sumber sebagai intervensi.
Filsafat alternatif pun turut mewarnai terhadap perkembangan teknologi pembelajaran. Filsafat alternatif ini berkembang dari kelompok post-modernis (pasca-modern), yang telah melakukan analisis kritis terhadap berbagai landasan keyakinan tradisional dan nilai-nilai dalam bidang Teknologi Pembelajaran. Dalam perspektif post-modern, bahwa teknologi pembelajaran sebagai suatu kiat sekaligus sebagai ilmu. Hlynka (1991) menjelaskan bahwa post-modern adalah suatu cara berfikir yang menjunjung prinsip keanekaragaman, temporal dan kompleks, dari pada bersifat universal, stabil dan sederhana.
Banyak implikasi filsafat post-modern untuk praktek dan teori desain sekarang ini, terutama tentang orientasi pemikiran yang menggunakan paradigma desain baru, dan tidak bersandarkan pada model desain yang sistematis. Filsafat post-modern lebih menyenangi pada hal-hal yang bersifat terbuka dan fleksibel, dari pada hal-hal yang tertutup, terstruktur dan kaku (Hlynka, 1991)
Pengaruh Teknologi
Kekuatan teknologi pembelajaran memang terletak pada teknologi itu sendiri. Kemajuan dalam teknologi akan banyak merubah hakekat praktek dalam bidang teknologi pembelajaran. Teknologi telah memberikan prospek munculnya stimulus yang realistik, memberikan akses terhadap sejumlah besar informasi dalam waktu yang cepat, menghubungkan informasi dan media dengan cepat, dan dapat menghilangkan jarak antara pengajar dan pembelajar (Hannfin, 1992). Perancang yang terampil dan kreatif dapat menghasilkan produk pembelajaran yang dapat memberikan keunggulan dalam : (a) mengintegrasikan media; (b) menyelenggarakan pengemdalian atas pembelajar yang jumlahnya hampir tidak terbatas, dan bahkan (c) mendesain kembali untuk kemudian disesuaikan kebutuhan, latar belakang dan lingkungan kerja setiap individu.
Teknologi, disamping mampu menyediakan berbagai kemungkinan tersedianya media pembelajaran yang lebih bervariasi, juga dapat mempengaruhi praktek di lapangan dengan digunakannya sarana berbasis komputer untuk menunjang tugas perancangan.


BAB III
PENUTUP

Bidang teknologi pembelajaran telah dipengaruhi oleh oleh berbagai sumber sejak zaman awal perkembangannya dimulai dari gerakan belajar visual, sampai pada perkembangan bidang yang lebih kompleks, dan digunakan dalam berbagai lingkungan pendidikan dan pelatihan. Pengaruh sumber-sumber ini telah dirasakan dari mulai pemanfaatan buku dan gambar sampai pada penggunaan komputer dan multimedia interaktif. Perkembangan ini dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas berkat kerja para teknolog pendidikan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM KIMIA SMA: MEMBAWA KONSEP ABSTRAK KE DUNIA NYATA

Pembelajaran interaktif telah menjadi tren dalam dunia pendidikan modern. Dalam mata pelajaran kimia, yang seringkali dianggap abstrak dan s...