Minggu, 24 Oktober 2021

CRITICAL THINKING: BERPIKIR KRITIS & TEKNOLOGI

 #SERI SEMANGAT GURU

SESI CRITICAL THINKING: BERPIKIR KRITIS & TEKNOLOGI

(Program pelatihan untuk meningkatkan kompetensi kemampuan nonteknis sebagai pendukung penggunaan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar)

 

Pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi pengalaman mengikuti diklat semangat guru yang diselenggarakan pada tanggal 21 Juni 2021 sampai 25 Agustus 2021. Banyak hal yang telah dibagi oleh Adi Respati. Adi Respati merupakan konsultan adopsi teknologi dalam pembelajaran di Websis for Edu.

Pada Sesi ke-dua, Ka Adi berbagi tentang Critical Thinking: Berpikir Kritis dan Teknologi. Bagaimana mengintegrasikan berpikir kritis dalam pembelajaran menggunakan teknologi. Ka Adi membagi materi menjadi dua bagian yaitu berpikir kritis dan saya sadar, saya berpikir.

Berpikir Kritis

Saat ini, Guru diharuskan mampu menumbuhkan berpikir kritis pada murid-muridnya, bukan hanya sebagai kemampuan tetapi sebagai keterampilan.

Apa itu berpikir kritis?

Criticalthinking.org menyatakan critical thinking sebagai proses berpikir (observasi, refleksi, menalar) yang disiplin, mahir, dan aktif dalam membuat konsep dari menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan/atau mengevaluasi informasi. Parker and Moore, menyatakan critical thinking sebagai keputusan seseorang yang penuh sadar dan hati-hati untuk menerima, menolak, atau menangguhkan penilaian terhadap suatu klaim dan derajat keyakinannya dalam ia menerima atau menolak klaim tersebut. Sedangkan Prof. Dr. Bagus Takwin mendefinisikan berpikir kritis sebagai keterampilan seseorang dengan akurat memutuskan sikapnya terhadap suatu informasi: setuju, tunda, atau tidak setuju.

Definisi critical thinking menurut Criticalthinking.org lebih bersifat reaktif artinya proses berpikir kritis terjadi disaat ada pertanyaan atau diminta untuk memecahkan suatu masalah. Padahal berpikir kritis itu merupakan suatu proses yang terjadi secara spontan dalam diri kita seperti yang diusulkan oleh Parker and Moore bahwa berpikir kritis selalu ada dalam diri seseorang untuk selalu siap menimbang dan menyakinkan diri dalam setiap mengambil keputusan.

Mengapa perlu berpikir kritis menghadapi internet?

Sebelum membahas tentang bagaimana mengintegrasikan berpikir kritis dalam pembelajaran menggunakan teknologi. Ka Adi memberikan informasi terkait berpikir kritis dalam menghadapi informasi di media sosial terlebih dahulu.

Internet diumpamakan sebagai megaphone yang paling efektif karena akan menyampaikan pesan atau informasi ke segala penjuru. Setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan gagasan atau opininya di media sosial sehingga akan terdapat banyak informasi mengenai banyak hal. Informasi tersebut akan saling bersinggungan dan akan menghasilkan informasi yang populer jika diterima oleh sebagian besar kalangan warga-net. Hanya saja, informasi yang populer belum tentu informasi yang valid. Informasi populer berkaitan dengan jumlah like, forward, dan share. Warga-net dapat melakukan ketiga tindakan tersebut tanpa memvalidasi kebenaran informasi terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan informasi populer seakan-akan menjadi informasi yang benar dan menutup bahkan menghilangkan informasi yang valid. Inilah bahaya yang ditimbulkan saat kita menerima informasi dari internet tanpa berpikir kritis.

Namun, jika informasi sampai pada warga-net yang cenderung memilah dan memilih satu persatu  informasi dan memvalidasi kebenaran informasi tersebut maka informasi yang diperolehnya adalah informasi yang valid. Proses pemilahan informasi inilah yang menggambarkan definisi berpikir kritis dimana terjadi proses secara sadar, hati-hati, disiplin, mahir, dan aktif untuk mengkonsep, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi sehingga dapat membuat keputusan baik itu menerima, menolak atau menangguhkan.

Mengapa internet penuh keputusan gegabah (tanpa berpikir kritis)?

Internet penuh keputusan gegabah karena fenomena yang terjadi saat ini adalah media sosial memberikan hadiah keputusan gegabah dengan perhatian. Berdasarkan teori behaviorisme, tingkah laku terjadi karena adanya stimulus. Pengulangan  tingkah laku sangat bergantung dengan konsekuensi dari tingkah laku sebelumnya, jika konsekuensinya menyenangkan maka tingkah laku tersebut akan berulang. Misalkan stimulusnya adalah peristiwa sosial. Warga-net dapat bebas memberikan opini pada peristiwa tersebut. Opini tersebut akan mendapat sambutan dari warga-net lain dengan memberikan tiga tindakan tadi yaitu like, forward, dan share. Tindakan ini menyebabkan opini menjadi popular dan warga-net yang memberikan opini tersebut menjadi pusat perhatian. Hal ini memberikan rasa puas dan pengalaman yang menyenangkan  sehingga dia akan membuat opini-opini lagi ketika ada stimulus lain untuk menarik perhatian warga-net tanpa memikirkan apakah opini tersebut berdasarkan aktivitas berpikir kritis atau hanya keputusan yang gegabah.

Pada umumnya pengguna internet terbesar adalah remaja dan dewasa muda. Secara psikologi, berdasarkan teori piramida kebutuhan Maslow, kebutuhan remaja ada pada tingkat kasih sayang, dan dewasa muda pada tingkat kompetensi. Kebutuhan pada tingkatan tersebut dapat mereka capai ketika mendapatkan perhatian publik sehingga mereka akan mencoba mendapatkan perhatian tersebut untuk memenuhi kebutuhannya. Permasalahannya adalah pencapaian kebutuhan tersebut terkadang tidak berlandaskan pada kegiatan berpikir kritis sehingga tidak mempertimbangkan baik tidaknya, berguna atau tidaknya suatu informasi yang mereka post di media massa, tujuan utamanya adalah bagaimana dia mendapatkan perhatian sebanyak-banyaknya dari warga-net.

Sedangkan pada warga-net kategori dewasa madya dan lanjut kebutuhannya lebih pada tingkat aktualisasi diri sehingga mereka lebih cenderung menjadi pribadi yang otentik. Mereka lebih cenderung mengabaikan apa pendapat atau pemikiran orang lain tentang informasi yang di postnya dan biasanya informasi tersebut telah didasari dengan berpikir kritis sehingga informasinya dapat dikatakan sebagai informasi  yang valid.

Namun, keterampilan berpikir kritis sebenarnya tidak hanya dimiliki oleh orang yang telah dewasa saja. Semua orang mempunyai keterampilan tersebut asalkan keterampilan berpikir kritis sudah diajarkan dan dilatih menjadi kebiasaan sedini mungkin.

Mengapa berpikir kritis itu sulit?

Proses berpikir kritis dalam penggunaan media sosial yaitu jika dia mendapatkan informasi atau suatu klaim maka dia berusaha untuk mengolah informasi tersebut dengan sadar, hati-hati, disiplin, mahir, dan aktif. Setelah itu dia akan mengkonsep, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi tersebut untuk kemudian dia mengambil tindakan apakah dia akan menerima, menolak, atau menangguhkan informasi tersebut. Sedangkan bagi orang yang tidak berpikir kritis, dia mengabaikan proses kehati-hatian dalam penerimaan informasi dan lebih menggunakan emosi saat pengambilan keputusan.

Berpikir kritis itu sulit karena membutuhkan kerja keras otak kita untuk berpikir secara sadar dan hati-hati dalam mengambil tindakan atau keputusan. Kegiatan ini membutuhkan energi besar dan waktu yang lama. Namun, jika kita sudah terbiasa atau terampil dalam berpikir kritis maka walaupun otak kita bekerja keras tapi tidak membutuhkan energi besar dan waktunya pun akan relatif lebih cepat.

Bagaimana cara membuat berpikir kritis menjadi keterampilan bahkan menjadi kebiasaan terlebih lagi menjadi insting?

Saya Sadar, Saya Berpikir

Membuat berpikir kritis menjadi kebiasaan kemudian insting

Setiap orang mampu berpikir kritis. Namun demikian, untuk menjadi keterampilan, berpikir kritis harus dipraktikkan setiap saat. Semakin dilatih, semakin akurat, dan akhirnya semakin menjadi insting.

Ka Adi memperkenalkan “saya sadar, saya berpikir” sebagai teknik latihan berpikir kritis. Saya sadar sebagai bagian proses sadar dan hati-hati, sedangkan saya berpikir sebagai bagian dari mengkonsep, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.

Contoh kalimat sehari-hari yang menerapkan saya sadar

-          Saya jadi sadar bahwa….

-          Saya baru ngeh bahwa….

-          Eh tunggu…kan…

Contoh kalimat sehari-hari yang menerapkan saya berpikir

-          Saya jadi kepikiran bahwa….

-          Berarti….

-          Jangan-jangan….

-          Wow jangan-jangan….

Praktik ini bertujuan untuk memperlambat keputusan yang biasanya diambil tanpa berpikir kritis. Ka Adi berharap dalam sebulan ke depan untuk mempraktikkan “saya sadar, saya berpikir” setiap kita mendapatkan informasi dan mengekspresikannya ke dalam bentuk yang konkrit misalnya ketika mendapatkan informasi maka biasakan untuk merekam, atau menuliskan, atau membuat gambar-gambar yang menunjukkan mind map artinya semua keputusan harus melewati “saya sadar saya berpikir”.

Menjadi teladan

Mengajarkan berpikir kritis pada murid, guru harus menjadi teladan terlebih dahulu. Artinya Guru sudah terbiasa melakukan praktik saya sadar saya berpikir sehingga guru juga mempunyai keterampilan dalam berpikir kritis.

Guru dapat mengintegrasikan berpikir kritis dalam pembelajaran menggunakan teknologi dengan cara mempraktikkan saya sadar saya berpikir pada saat kegiatan simpulan mengenai materi pembelajaran dan refleksi mengenai pengalaman pribadi dalam mengikuti pembelajaran pada bagian penutup kegiatan pembelajaran. Murid dapat menyimpulkan dan merefleksikan kegiatan pembelajaran yang dia alami secara rutin dengan mengungkapkan secara lisan di kelas, menuliskan naskah pendek sebanyak 250 kata, video selfie (monolog), video presentasi/animasi, flashcards, entri media sosial, papan komunikasi bersama di google jamboard, membuat album SSSP di podcast kelas.

Mengapresiasi berpikir kritis

Tingkah laku berpikir kritis murid akan terus berlangsung jika kita memberikan rewards. Mengapresiasikan berpikir kritis dengan memberikan reward tidak melihat benar dan salah hasil berpikir kritis mereka. Hal yang menjadi pertimbangan adalah orisinalitas dan detil. Semakin orisinil, artinya murid semakin serius mencoba dan akan mengaitkan dengan pengalaman dan pengetahuan personal mereka, tapi jika masih seragam, berarti refleksi belum mendalam. Jika hasil refleksi murid semakin detil, berarti murid semakin waspada terhadap sesuatu yang mungkin luput dari perhatiannya dan akan bersikap tidak akan rela jika ada yang terlewat padahal mereka sudah berusaha sejauh ini.

Praktik saya sadar saya berpikir murid dapat diunggah di media sosial kemudian diberi apresiasi dengan memberikan like, dan comment dari banyak kelompok masyarakat. Hal ini menyebabkan murid merasakan bahwa ada kelompok masyarakat yang menghargai berpikir kritis sehingga mereka akan menghindari mengupload informasi yang gegabah untuk mendapatkan perhatian.

Untuk mengetahui lebih mendalam tentang Critical Thinking: Berpikir Kritis & Teknologi silahkan menonton live webinar yang ditayangkan pada tanggal 07 Juli 2021.

Webinar Critical Thinking

Selain itu, Ka Adi membagikan sebuah naskah “Berpikir kritis dan praktik saya sadar saya berpikir” sebagai referensi.

Critical Thinking

Latihan mandiri dapat juga kita kerjakan untuk mempertajam hasil belajar dengan cara membuat tiga refleksi “saya sadar, saya berpikir” dan mengupload pada media sosial

Latihan Mandiri

Kuis Critical Thinking

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM KIMIA SMA: MEMBAWA KONSEP ABSTRAK KE DUNIA NYATA

Pembelajaran interaktif telah menjadi tren dalam dunia pendidikan modern. Dalam mata pelajaran kimia, yang seringkali dianggap abstrak dan s...