Selasa, 22 Agustus 2023

MULAI DARI DIRI UNTUK MEREFLEKSIKAN PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA

Modul 1.1. Tahapan mulai dari diri

Pada tahapan ini, saya berharap dapat merefleksikan diri tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara. 

Semboyan Ki Hadjar Dewantara antara lain adalah sebagai berikut:

“Ing garso sung tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”

“Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai dengan kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu”

Berdasarkan semboyan tersebut, saya mencoba merefleksikan diri untuk menemukan pemikiran mendasar Ki Hadjar Dewantara dan relevansinya dengan peran saya sebagai pendidik.

Refleksi Kritis

Pendidik merupakan cita-cita yang terpatri dalam hati sejak kecil. Hidup di lingkungan keluarga sebagai pendidik merupakan salah satu alasan menjadi guru. 

Seiring waktu berjalan, menjalankan tugas sebagai guru menjadi sekedar kebiasaan atau merupakan paedagogis instinct bahkan mungkin hanya sekedar menggugurkan kewajiban.

Membaca kembali artikel-artikel tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan dan pengajaran membuat saya bertanya kembali, apakah semua yang telah saya lakukan sebagai guru adalah layaknya seorang guru?

Seorang guru seharusnya bisa menjadi teladan (Ing ngarsa sung tuladha), senantiasa membangun ide dan gagasan (Ing Madya Mangun Karsa) dan senantiasa memberikan motivasi pada siswanya (Tut Wuri Handayani). Seperti halnya ungkapan “Guru – digugu dan ditiru”. Ungkapan sederhana yang sarat makna. Ungkapan ini menyiratkan sebuah makna bahwa seorang guru menunjukkan kematangan spiritual, moral, dan emosi untuk berperilaku sesuai  dengan kode etik sehingga pantas untuk dijadikan panutan dimanapun guru itu berada.

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara sangat relevan dengan pendidikan Indonesia di segala zaman karena berorientasi pada perkembangan murid baik perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikapnya, seperti dalam ungkapannya “Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai dengan kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu”. Pemikiran ini merupakan dasar dari merdeka belajar. Merdeka belajar adalah bentuk kemandirian untuk murid mengatur proses belajarnya sendiri. Merdeka belajar bukan berarti bebas sebebas-bebasnya. Namun, harus berkomitmen pada tujuan dengan senantiasa berorientasi pada tujuan belajar yang ditetapkannya, bersikap antusias dan mengembangkan kapasitas dirinya untuk mencapai tujuan tersebut. Murid juga harus mandiri terhadap cara yaitu dapat mengatur prioritas dalam mengerjakan tugas, menyelesaikan tantangan dengan penuh semangat dan rasa ingin tahu yang tinggi, serta menemukan strategi yang tepat untuk mengatasinya secara independen dan adaptif. Selain itu, murid juga terbiasa melakukan refleksi dengan melakukan penilaian diri untuk menyadari kelebihan dan keterbatasannya. Refleksi dapat membantu murid memahami kebutuhan pengembangan diri dan bagaimana melakukannya serta mampu menilai proses dan capaian belajarnya.

Peran guru dalam hal ini adalah membantu murid mengatur tujuan, memfasilitasi proses dan menuntunnya berkembang sesuai dengan kodratnya baik kodrat alam maupun kodrat zaman. Maka dari itu guru harus memahami karakter murid dan guru juga harus mengikuti perkembangan zaman dalam proses pembelajarannya. Guru merdeka belajar adalah guru yang senantiasa berefleksi untuk menyesuaikan pemikiran dan perbuatannya terhadap perubahan dalam upaya mencapai tujuan sehingga terciptanya lingkungan belajar yang menyenangkan.

Namun, pada kenyataannya di sekolah, masih banyak guru yang belum memahami esensi dari merdeka belajar-merdeka mengajar. Guru masih melakukan pembelajaran searah. Banyak alasan yang mereka kemukakan. Salah satu alasannya adalah tuntutan penyelesaian kurikulum. Akhirnya, metode mereka berakhir pada memaksa murid untuk menguasai suatu pengetahuan dan pencapaian nilai yang telah distandarkan. 

Sekali lagi, pembelajaran bukan sekedar melepas habis anak panah tapi bagaimana caranya anak-anak panah tersebut melesat sampai pada targetnya. Pembelajaran adalah tuntunan bukan tuntutan.

Harapan dan Ekspektasi

Setelah mempelajari modul ini saya berharap dapat memahami pemikiran filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan melakukan refleksi kritis atas korelasi pemikiran-pemikiran tersebut dengan konteks pendidikan sehingga saya dapat mengambil pembelajaran dari pemikiran tersebut untuk diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah. Saya berharap menjadi seorang guru yang dapat menuntun murid untuk terus berkembang sesuai dengan kodratnya, dan saya berharap menjadi guru yang merdeka mengajar.

Dengan demikian, semoga semua murid saya dapat berkembang untuk mencapai kekuatan kodratnya dalam lingkungan pembelajaran yang menyenangkan, dapat menentukan tujuannya, dapat menentukan strategi pencapaian tujuannya, dan senantiasa berefleksi untuk pencapaian tujuan yang lebih baik.

Kegiatan, materi, dan manfaat yang diharapkan dalam modul ini adalah dapat mendukung ketercapaian tujuan dalam membangun jiwa pemimpin pembelajaran sehingga mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM KIMIA SMA: MEMBAWA KONSEP ABSTRAK KE DUNIA NYATA

Pembelajaran interaktif telah menjadi tren dalam dunia pendidikan modern. Dalam mata pelajaran kimia, yang seringkali dianggap abstrak dan s...