Modul 1.2 Tahapan eksplorasi konsep
Pada tahapan ini saya berharap dapat mengetahui hubungan antara emosi, cara kerja otak, kebutuhan dasar manusia, daya untuk memilih, motivasi intrinsik, dan struktur sistemik lingkungan dalam pembentukan nilai-nilai dalam diri seseorang. Pada kesempatan ini juga saya berharap dapat memaknai profil pelajar pancasila dalam transformasi pendidikan, nilai-nilai yang perlu dikembangkan guru penggerak, dan peran guru penggerak dalam transformasi pendidikan, serta makna pemimpin pembelajaran di sekolah.
Penyataan Iwan Syahril Dirjen GTK Kemdikbud tentang refleksi atas asas konvergensi Ki Hadjar Dewantara menjadi pembuka di eksplorasi konsep. Iwan Syahril mengatakan bahwa "Perubahan yang kita lakukan di pendidikan harus menuju pada suatu titik yang memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan kita". Landasan dalam membawakan peran perubahan pendidikan adalah nilai-nilai kebajikan yang bersifat universal. Pembentukan nilai-nilai dalam diri seseorang terlihat dari perilaku manusia itu sendiri. Perilaku manusia dimulai dari tergerak, bergerak kemudian menggerakkan. Perilaku manusia dipengaruhi oleh cara kerja otak, kebutuhan dasar manusia, dan kematangan dari tumbuh kembang manusia itu sendiri baik secara fisik maupun psikologis/mental.
Perilaku manusia juga bergantung pada kemampuan kita untuk memilih. Seperti teori pilihan yang diungkapkan oleh William Glasser (1998) bahwa perilaku seorang manusia adalah buah dari pilihan yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Manusia yang merdeka adalah manusia yang mampu menentukan pilihan yang bijaksana dan dapat bertanggungjawab pada apa yang telah dipilihnya. Ki Hadjar Dewantara mengingatkan kita tentang konsep manusia merdeka yaitu, mereka tidak terperintah, mereka dapat menegakkan dirinya, tertib mengatur perikehidupannya, sekaligus tertib mengatur perhubungan mereka dengan kemerdekaan orang lain.
Manusia merdeka harus mempunyai motivasi intrinsik. Motivasi yang muncul dari diri sendiri untuk dapat mengukur batas kemampuan diri dalam mencapai suatu tujuan. Motivasi ini akan mendorong manusia secara sadar untuk senantiasa melakukan perubahan dalam pengembangan potensi dirinya. Self-determination theory (SDT) berasumsi bahwa motivasi intrinsik dapat tercapai melalui pemenuhan kebutuhan dasar pada individu, yaitu otonomi (autonomy), kompetensi (competence), dan keterkaitan (relatedness). Jadi, menumbuh-kembangkan motivasi juga bergantung pada struktur sistemik lingkungan manusia itu sendiri. Lingkungan akan menumbuhkan kebiasaan perilaku. Lingkungan yang baik akan menebalkan nilai-nilai yang positif untuk senantiasa melakukan perubahan menuju tujuan yang lebih baik. Namun, untuk tumbuhnya suatu kebiasaan perilaku perlu adanya keteladanan dan aturan yang konsisten dalam lingkungan tersebut.
Manusia merdeka bukan hanya mampu membuat perubahan pada dirinya tetapi juga mampu memimpin perubahan. Pemimpin perubahan mempunyai nilai-nilai positif yang akan membantu mereka untuk mengambil suatu keputusan. Pemimpin perubahan harus berpikir sistem, memahami perubahan, membangun keselarasan atau koherensi, dan senantiasa berpikir berbasis aset. Nilai-nilai guru penggerak sebagai pemimpin perubahan adalah sebagai berikut:
1. Berpihak pada murid: guru penggerak hendaknya selalu bergerak dengan mengutamakan kepentingan murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya
2. Mandiri: Guru penggerak senantiasa mempunyai semangat dalam dirinya untuk senantiasa melakukan pengembangan diri dalam meningkatkan kualitas kinerja.
3. Reflektif: Guru penggerak senantiasa memaknai pengalaman yang terjadi di sekelilingnya, baik yang terjadi pada diri sendiri maupun pihak lain secara positif-apresiatif produktif.
4. Kolaboratif: Guru penggerak mampu membangun daya sanding, rasa percaya, dan saling menghargai serta mengakui dan mengelola perbedaan kekuatan peran tiap pemangku kepentingan sehingga tumbuh semangat saling menjaga dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan bersama.
5. Inovatif: Guru penggerak senantiasa mampu memunculkan gagasan dan ide baru yang tepat guna. Guru inovatif mempunyai daya lenting yang tinggi dan dapat melihat potensi atau peluang yang ada di sekitarnya untuk mendukung dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang berpihak pada murid.
Peranan nilai-nilai guru penggerak ini sangat penting dalam mewujudkan semangat merdeka belajar. Semangat merdeka belajar dapat menuntun murid untuk mandiri dalam menemukan tujuan, mandiri dalam menentukan cara pencapaian tujuan dan senantiasa merefleksikan diri. Semangat ini pada akhirnya dapat menguatkan tujuan pendidikan nasional dengan berpedoman pada profil pelajar pancasila dalam membangun karakter murid. Pelajar pancasila adalah pelajar yang senantiasa belajar sepanjang hayat, berkompeten, dan memiliki karakter sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Profil pelajar pancasila dibentuk oleh enam dimensi dalam satu kesatuan yang utuh dan bermakna. Enam dimensi tersebut meliputi: 1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif. Dalam usaha mewujudkan profil pelajar pancasila ini diperlukan peran guru yang dapat menuntun dan memberdayakan murid dalam memilih jalan sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya, sekaligus meningkatkan motivasi intrinsik mereka dalam mengejawantahkan profil pelajar pancasila.
Guru penggerak dapat menguatkan nilai-nilai yang dimilikinya dengan cara berpikir strategis dan menguatkan lingkaran pengaruh melalui keteladanan dan pembiasaan. Artinya, guru penggerak mengetahui sejauh mana efektifitas peranannya dapat mempengaruhi atau menggerakkan perubahan pada orang lain. Ini sangat penting diketahui oleh guru penggerak agar dapat menempatkan diri untuk berpikir sebagai pemimpin perubahan sesuai dengan lingkaran pengaruhnya bukan pada lingkaran kepedulian apalagi lingkaran perhatian. Jika lingkaran pengaruh kita adalah murid di kelas dan rekan sejawat di sekolah maka keteladan dan pembiasaan kita mulai dari sini, tidak perlu kita menghabiskan energi dan waktu kita untuk menjalankan inisiatif perubahan di lingkaran yang lebih luas pada saat itu juga.
Peranan yang dapat kita lakukan dalam lingkaran tersebut adalah menjadi pemimpin pembelajaran. Pemimpin pembelajaran menjalankan filosofi sistem among Ki Hadjar Dewantara dan mengadopsi kerangka berpikir inkuiri apresiatif untuk mewujudkan lingkungan belajar yang berpihak pada murid. Dengan demikian, guru penggerak akan membangun relasi-komunikasi untuk mengungkapkan potensi, kekuatan atau aset murid maupun sekolah dan mengemasnya sebagai tindakan strategis yang berpihak pada murid dalam pencapaian visi bersama menuju student well being.
Lingkungan belajar yang berpihak pada murid akan mendorong terwujudnya kepemimpinan murid (student agency). Peranan guru penggerak dalam hal ini adalah menuntun kemandirian murid dalam menemukan untuk apa mereka belajar dan bagaimana mereka belajar. Untuk sampai pada tahap ini, murid harus merasa kompeten, mandiri, dan memiliki keterkaitan atau hubungan dengan sesama murid dan lingkungannya. Mewujudkan lingkungan tersebut tidak dapat dilakukan sendiri, guru penggerak harus mampu mendorong kolaborasi antar guru dan antara guru dengan komunitas praktisi lain. Guru penggerak dapat memperluas lingkaran pengaruhnya dengan menguatkan relasi sehingga terbukalah komunikasi positif. Komunikasi positif akan memungkinkan terjadinya kolaborasi untuk menghadirkan kontribusi berdasarkan pada kekuatannya masing-masing dalam transformasi pendidikan.
Proses transformasi pendidikan merupakan proses perubahan yang komprehensif, berkesinambungan, terjadi secara perlahan-lahan, dan sampai kapan proses itu akan berakhir bergantung dari faktor yang mempengaruhinya. Maka jelaslah bahwa kolaborasi merupakan senjata ampuh dalam transformasi pendidikan. Seperti pepatah mengatakan " Jika ingin berjalan cepat, maka berjalanlah sendiri. namun, jika ingin berjalan jauh maka berjalanlah bersama-sama". Peranan lain guru penggerak yang dapat mendukung dalam transformasi pendidikan adalah menjadi coach untuk guru lain dan dapat menggerakkan komunitas praktisi untuk menghasilkan praktik-praktik baik. Praktik-praktik baik ini akan menjadi bahan refleksi yang mendorong terjadinya praktik-praktik yang lebih baik.
Berdasarkan eksplorasi konsep yang saya pelajari dapat saya simpulkan bahwa cara kerja otak, kebutuhan dasar manusia, daya untuk memilih, motivasi intrinsik, dan struktur sistemik lingkungan saling mempengaruhi dalam pembentukan nilai-nilai dalam diri seseorang. Nilai-nilai diri seseorang yang terlihat dari perilaku dan kebiasaannya hanyalah sebagian saja seperti yang digambarkan dengan fenomena gunung es. Sedangkan identitas sebagai perwujudan dari pola pikir, kepercayaan atau keyakinan dan nilai-nilai tersebut masih banyak yang tersembunyi. Peran saya sebagai guru penggerak adalah menciptakan lingkungan yang dapat mendorong murid untuk menumbuhkan dan menguatkan identitasnya menjadi kebiasaan berperilaku yang baik yang diharapkan dapat membentuk karakter yang baik pula. Keteladanan guru penggerak dan sistem pembiasaan yang konsisten di suatu lingkungan mempengaruhi penumbuhan identitas tersebut. Untuk menjadi teladan maka guru penggerak juga harus menumbuhkan nilai-nilai dalam dirinya. Nilai dan peran guru penggerak merupakan sistem yang berkaitan. Nilai-nilai yang dimiliki guru penggerak (berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, reflektif, dan inovatif) sangat mendukung peranan guru penggerak untuk senantiasa tergerak, bergerak, dan menggerakkan dalam mewujudkan transformasi pendidikan. Pada saat yang sama, peranan guru penggerak (menjadi pemimpin pembelajaran, coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan murid, dan menggerakkan komunitas praktisi) dapat menguatkan nilai-nilai tersebut. Sedangkan makna pemimpin pembelajaran di sekolah adalah menerapkan merdeka mengajar, senantiasa bekerjasama dalam komunitas, dan berinovasi menggerakkan perubahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar