Modul 1.4 Tahapan eksplorasi konsep
Pada tahapan ini saya berharap dapat 1) menjelaskan makna kontrol dari paparan teori kontrol Dr. William Glasser serta miskonsepsi yang terjadi di kehidupan sehari-hari, 2) menjelaskan perubahan paradigma stimulus respon kepada teori kontrol, 3) menjelaskan makna disiplin positif dan mengamati penerapannya di lingkungan, serta kaitan teori kontrol dengan tiga motivasi perilaku manusia, 4) menjelaskan pentingnya memilih dan menentukan nilai-nilai kebajikan yang akan diyakini dan disepakati seluruh warga sekolah, sehingga kelak tercipta sebuah budaya positif.
Pada modul 1.2 saya sudah mempelajari tentang berdaya dalam memilih. "Hidup adalah pilihan" adalah kalimat yang sering kita dengar karena pada dasarnya setiap saat kita selalu pada mode memilih. Bagaimana proses memilih menjadi keputusan bergantung pada berbagai pengaruh yang mendasarinya. Namun, keputusan itu adalah buah dari pilihan dari diri kita sendiri yang akan dinterprestasikan melalui perilaku. Hal ini sesuai dengan control theory yang kemudian berkembang menjadi choice theory oleh Dr. William Glasser (1998) dalam harperCollins e-book bahwa setiap perilaku ada dalam kendali kita sendiri. Maka dari itu, kita perlu fokus pada apa yang dapat dilakukan untuk mengambil kendali atas perilaku dalam suatu keadaan bukan berperilaku sebagai korban dari suatu keadaan.
Teori ini meluruskan beberapa miskonsepsi tentang makna kontrol sebagai berikut:
1. Guru menganggap bahwa dia sedang mengontrol perilaku muridnya padahal saat itu muridlah yang mengizinkan guru untuk mengontrolnya. Semua perilaku memiliki tujuan bahkan terhadap perilaku yang tidak disukai dan yang dapat mengontrol perilaku bergantung pada diri kita masing-masing sesuai dengan kebutuhan dasarnya saat itu.
2. Semua penguatan positif (reinforcement positif) atau bujukan merupakan bentuk kontrol yang dianggap efektif dan bermanfaat padahal bujukan hanya bertahan dalam jangka waktu tertentu.
3. Kritik dan membuat orang merasa bersalah dianggap dapat menguatkan karakter padahal hal tersebut akan mengontrol murid menuju pada identitas gagal. Terkadang guru tidak sadar bahwa mereka sedang melakukan perilaku ini.
4. Guru dianggap mempunyai hak untuk memaksa dengan alasan guru mempunyai tanggungjawab untuk membuat perubahan pada murid. Padahal guru hanya berkewajiban untuk menuntun murid. Perilaku memaksa akan memberikan jarak antara guru dan murid dan motivasi yang terjadi hanya bersifat sementara.
Mengapa miskonsepsi tersebut terjadi, karena secara alami, manusia akan melakukan respon saat mendapatkan stimulus. Prinsip teori stimulus respon menyatakan bahwa apabila stimulus memberikan akibat yang baik atau sesuai dengan kebutuhan (reward) maka respon terhadap stimulus tersebut akan diulangi lagi, namun jika saat kita merespon stimulus dan mendapatkan hal yang tidak baik (punishment) atau apa yang kita butuhkan tidak diperoleh maka stimulus akan dihindari. Maka dari itu perilaku akibat stimulus-respon harus dikuatkan dengan reinforcement positif yang konsisten sehingga akan membentuk kebiasaan, Jika tidak, maka perilaku yang terbentuk hanya bersifat sementara. Akhirnya, dapat kita simpulkan bahwa perilaku hanya sebagai korban dari suatu keadaan atau pengkondisian.
Jadi, apa perbedaan paradigma stimulus respon dengan teori kontrol?
Berdasarkan tabel stimulus respon vs teori kontrol dalam modul 1.3, stimulus respon menganggap bahwa kebutuhan manusia dan sudut pandang semua orang adalah sama, jika tidak maka kita dapat mengubah agar orang lain berpandangan sama dengan mengontrolnya. Begitu juga sebaliknya, orang lain dapat mengontrol kita. Cara mengontrol adalah dengan reinforcement positif atau bujukan. Jika cara ini gagal maka dapat dilakukan dengan pemaksaan melalui reinforcement negatif yang akan menimbulkan pemikiran menang atau kalah. Perilaku buruk dilihat sebagai kesalahan.
Teori kontrol menganggap bahwa semua orang mempunyai kebutuhan dan cara pandang yang berbeda sehingga semua perilaku yang timbul akan mempunyai tujuan yang berbeda pula. Maka dari itu, saat kita mencoba mengubah orang lain kita harus memahaminya terlebih dahulu karena kita tidak dapat mengontrol orang lain, hanya dirinya sendirilah yang dapat mengontrol perilakunya. Cara yang tepat adalah dengan kolaborasi dan konsensus dalam menciptakan pilihan-pilihan baru. Akhirnya perilaku yang terjadi bukan hasil berpikir menang atau kalah tetapi kolaborasi dari kekuatan bersama.
Jadi, apa yang harus dilakukan agar terjadi perubahan perilaku dari paradigma stimulus respon kepada pendekatan teori kontrol?
Sebelumnya, kita harus mengetahui dahulu mengapa kita berperilaku. Kita berperilaku karena adanya motivasi. Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Dicipline menyatakan bahwa ada 3 motivasi perilaku manusia yaitu; 1) menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, 2) mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, 3) menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.
Motivasi yang ketiga merupakan motivasi intrinsik yang berdampak panjang, tidak dipengaruhi oleh reinforcement negatif atau positif dari orang lain. Motivasi yang berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan yang mereka yakini untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi ini akan mendukung terjadinya perubahan perilaku dari paradigma stimulus respon kepada teori kontrol.
Bagaimana cara menumbuhkan motivasi tersebut?
Disiplin positif akan menumbuhkan motivasi tersebut dalam diri kita. Seseorang yang memiliki disiplin positif akan senantiasa berusaha menjadi insan yang lebih baik dan bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya karena apapun tindakan mereka selalu berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan universal.
Nilai-nilai kebajikan universal telah diperkenalkan di modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak. Nilai-nilai kebajikan universal merupakan nilai-nilai yang diyakini dan disepakati bersama terlepas dari suku bangsa, agama, bahasa maupun latar belakangnya.
Nilai-nilai kebajikan dari profil pelajar pancasila menjadi pedoman dalam menguatkan karakter anak bangsa. Nilai tersebut menjadi fondasi dari keyakinan kelas. Disinilah pentingnya memilih dan menentukan nilai-nilai kebajikan yang akan diyakini dan disepakati seluruh warga sekolah, sehingga kelak tercipta sebuah budaya positif.
Kegiatan yang dilakukan agar keyakinan-keyakinan tersebut dipahami dan diterapkan seluruh warga sekolah dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan kegiatan pembiasaan dan keteladanan.
Materi yang sangat bermanfa'at, semangat terus untuk berkarya, semoga diberikan hasil yang terbaik. aamiin
BalasHapusLuar biasa, pengetahuan baru dalam menghadapi peserta didik.
BalasHapusTerimakasih ilmunya bu
Artikel yang sangat luar biasa menginspirasi.. semoga bisa diaplikasikan secara langsung dalam menghadapi peserta didik...
BalasHapusPengetahuan yang baru bagi saya, mudah-mudahan saya dapat mengimplementasikan dalam pembelajaran
BalasHapus