Minggu, 01 Oktober 2023

EKSPLORASI KONSEP TEORI MOTIVASI, HUKUMAN DAN PENGHARGAAN, RESTITUSI

Modul 1.4 Tahapan eksplorasi konsep

Pada tahapan ini saya berharap dapat 1) menjelaskan dan menganalisis teori motivasi dan motivasi intrinsik yang dituju, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya, 2) menjelaskan konsep hukuman dan penghargaan, dan konsep pendekatan restitusi, 3) melakukan pengamatan dan peninjauan atas praktik penerapan konsep-konsep tersebut di lingkungannya sendiri.

Penjelasan motivasi perilaku manusia Diane Gossen menjadi awal pembahasan pada tahapan ini. Kita telah mengetahui bahwa terdapat 3 motivasi perilaku manusia yaitu:

1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman. 

2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain

3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.

Sebagian murid mencoba menaati peraturan di sekolah agar tidak mendapatkan hukuman, apalagi jika sekolah tersebut memberlakukan sistem poin untuk setiap pelanggaran. Sedangkan sebagian murid lainnya patuh terhadap peraturan karena ingin mendapatkan penghargaan dari teman atau gurunya. Namun, sebagian lainnya telah meyakini nilai-nilai kebajikan dalam peraturan tersebut sehingga murid tersebut akan mempunyai motivasi intrinsik yang melekat untuk melakukan disiplin positif. Misalnya murid meyakini bahwa kelas yang bersih akan membuat mereka merasa nyaman maka mereka akan membersihkan kelas dengan penuh kesadaran bukan karena adanya hukuman atau penghargaan. Motivasi intrinsik inilah yang harus terus tertanam dalam diri murid agar mereka menjadi murid-murid yang merdeka.

Motivasi untuk menjadi orang yang kita inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang kita percaya dapat saja diawali dari motivasi karena hukuman atau penghargaan, atau bahkan dari kedua motivasi tersebut. Misalnya, terdapat peraturan untuk membaca materi sebelum pembelajaran dimulai, awalnya murid tersebut melaksanakannya karena takut mendapatkan hukuman. Ketika murid itu membaca materi sebelum pembelajaran ternyata dia mudah memahami penjelasan gurunya sehingga mendapatkan nilai yang baik dan mendapatkan penghargaan dari hasil capaian belajarnya. Dia merasa senang dan puas, kemudian dia meyakini bahwa ternyata membaca materi sebelum pembelajaran sangat membantunya. Maka dari itu, dia terus melaksanakannya tanpa berpikir lagi pada hukuman ataupun penghargaan. Namun demikian, hukuman dan penghargaan bukanlah cara yang tepat untuk memotivasi murid kita. 

Hukuman merupakan salah satu cara untuk mendisiplinkan perilaku murid di sekolah. Hukuman bersifat searah dan tidak direncanakan. Hukuman akan tiba-tiba diberikan jika murid melakukan pelanggaran. Hukuman dapat berupa hukuman fisik maupun psikis sehingga akan menimbulkan rasa sakit dan rasa tidak nyaman, rasa bersalah untuk jangka waktu panjang. Inilah yang akan menimbulkan peningkatan perilaku pasif-agresif dan ketidaksukaan murid terhadap peraturan. Dampak hukuman lainnya adalah mendorong menyalahkan diri sendiri, murid akan melakukan kebohongan untuk menyembunyikan kesalahan sebagai reaksi dari kebutuhannya untuk melindungi diri. Motivasi ini hanya akan mendorong perilaku di sekolah karena terpaksa, sedangkan di tempat lain dia tidak akan melakukannya. Misalkan membuang sampah pada tempatnya. Murid akan membuang sampah pada tempatnya jika di sekolah karena takut mendapatkan hukuman, tetapi saat di luar sekolah, murid tersebut akan membuang sampah sembarangan karena tidak ada yang memberikannya hukuman. Contoh dari hukuman misalnya murid tidak mengerjakan tugas, guru memerintahkan murid tersebut bernyanyi di depan kelas.

Tindakan penegakan peraturan atau pendisiplinan murid di sekolah dapat dilakukan dengan konsekuensi. Konsekuensi merupakan suatu hal yang akan diperoleh murid jika melakukan pelanggaran seperti halnya hukuman. Namun, konsekuensi sudah disetujui bersama sebelumnya sehingga murid dapat menerimanya walaupun masih menimbulkan rasa tidak nyaman. Konsekuensi dapat menguatkan perilaku, mendorong kepatuhan walaupun hanya bertahan pada jangka waktu tertentu dan diperlukan monitoring secara terus menerus. Konsekuensi didasarkan pada stimulus-respon, jika saat murid merespon stimulus dia mendapatkan kesenangan maka dia akan mengulanginya lagi, tetapi jika dia tidak menyukainya maka dia akan menghentikan respon pada stimulus tersebut. Contoh dari konsekuensi, guru dan murid membuat peraturan, jika tidak mengerjakan tugas, maka murid mengerjakan tugas tersebut pada saat waktu istirahat sehingga murid akan kehilangan waktu istirahatnya.

Perlu diketahui bahwa ada istilah "dihukum oleh penghargaan", Artinya bahwa tindakan memberikan penghargaan ternyata mempunyai nilai yang sama dengan menghukum.

Selain hukuman dan konsekuensi, restitusi dapat dilakukan untuk memberikan tindakan terhadap suatu pelanggaran. Restitusi merupakan proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat. (Gossen; 2004). Selanjutnya Gossen (1996) mengatakan bahwa restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk permasalahan yang mereka hadapi. Restitusi membantu murid untuk berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan dan bagaimana mereka dapat memperlakukan orang lain. 

Ciri-ciri restitusi yang membedakannya dengan program disiplin lainnya adalah restitusi bukan menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan. Restitusi fokus pada solusi, memperbaiki hubungan, memberikan tawaran, bukan paksaan. Restitusi diri adalah cara yang paling baik untuk menuntun murid melihat ke dalam diri sehingga dapat diketahui kebutuhan dasar yang menjadi alasan tindakannya. Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan.

Restitusi dapat menguatkan perilaku murid dalam jangka waktu panjang. Pada proses restitusi, murid harus merefleksikan dirinya mengenai apa alasan yang mendasari perilakunya, akan menjadi orang seperti apa jika dia melakukan perilaku tersebut, dan apa solusi yang dipilihnya untuk menyelesaikan permasalahan sebagai bentuk tanggungjawab akibat perilakunya. Restitusi akan mendorong murid untuk melakukan disiplin positif. Murid semakin memahami bahwa diri sendirilah yang menjadi kontrol dalam setiap perilakunya.

4 komentar:

  1. Terima kasih bu dewi, semoga saya bisa menerapkan bagaimana itu hukuman, konsekuensi dan restitusi pada siswa disekolah

    BalasHapus
  2. Materi yang bermanfa'at, semoga kita diberikan kesabaran. aamiin

    BalasHapus
  3. Materi ini sangat menantang, mengingat upaya penegakan restitusi kurang populer dibanding reward dan punishment ini sudah biasa digunakan.

    BalasHapus
  4. Nama restitusi mungkin saya baru kenal namun prinsipnya saya juga pernah laksanakan sebagaimana hukuman dan apresiasi tapi konsep restitusi lebih cocok menurut saya diterapkan di lingkup keluarga

    BalasHapus

PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM KIMIA SMA: MEMBAWA KONSEP ABSTRAK KE DUNIA NYATA

Pembelajaran interaktif telah menjadi tren dalam dunia pendidikan modern. Dalam mata pelajaran kimia, yang seringkali dianggap abstrak dan s...