Selasa, 01 April 2014

MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY

Tugas : Mata kuliah Model-model Inovasi Pembelajaran
Dosen : Dr. Luluk Asmawati, M.Pd
Disusun Oleh : Dian Mila Kusuma
Prodi : Teknologi Pembelajaran Pasca Sarjana UNTIRTA


Model pembelajaran inquiry atau sering juga dsebut dengan discovery adalah model pembelajaran yang lebih menekankan pada proses penemuan pengetahuan secara mandiri oleh siswa. Model pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajsran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis, analisis utuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2006). Piaget menyatakan bahwa model pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain.
            Perbedaan penting antara model pembelajaran inquiry dengan yang lainnya antara lain, pada model pembelajaran lain lebih cenderung kepada learning about things (belajar tentang sesutu); sedangkan pada model pembelajaran inquiry pembelajaran cenderung kearah learning things (mempelajari sesutu). Cara lain untuk membedakan keduanya adalah melalui kalimat thinking what (berpikir apa)  sebagai kebalikan dari thinking how (berpikir bagaimana). Pembelajaran inkuiry cenderung pada thinking how.
            Model pembelajaran inquiry didasarkan pada teori konstruktivistik, dimana pembelajaran akan lebih bermakna dan membekas dalam ingatan siswa ketika siswa mampu menemukan sendiri jawaban dari pertanyaan yang disampaikan. Siswa diharapkan mampu membentuk dan membangun (to construct) sendiri pengetahuan dalam pemikirannya.
            Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran dimana siswa harus lebih aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran karena siswa harus meemukan sendiri pengetahuan yang ingin dicapainya. Guru di sini hanya berperan sebagai fasilitator, mengarahkan siswa dalam pengambilan kesimpulan serta memberikan penguatan.
Menurut Muslich (2008), terdapat beberapa karakter utama dalam model pembelajaran inquiry ini, di antaranya:
1.      Pembelajaran inquiry menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya siswa ditempatkan pada posisi sebagai subjek pembelajaran.
2.      Seluruh aktifitas siswa yang dilakukan diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri sesuatu yang dipertanyakan sehingga daat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).
3.      Membuka intelegensi siswa dan mengembangkan daya kreatifitas siswa.
4.      Memberikan kebebasan pada siswa ntuk berinisiatif dan bertindak
5.      Mendorong siswa untuk berpikir intensif dan merumuskan hipotesisnya sendiri
6.      Proses interaksi belajar mengajar mengarahkan pada perubahan dari teacher centered kepada student centered
Model pembelajaran inquiry berorientasi pada siswa yang bertujuan mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikikan dalam pembelajaran inquiry siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajarn akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya secar optimal (Sanjaya, 2006). Model pembelajaran inquiry ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa untuk mencari dan menemukan sendiri materi yang akan dipelajarinya, melatih kepekaan diri, mengurangi rasa kecemasan, menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi dan partisipasi belajar, meningkatkan tingkah laku yang positif, serta meningkatkan prestasi dan hasil belajar.
            Menurut Herron (1971), ada empat tingkatan inquiri. Tingkatan ini didasarkan kepada intensitas belajar yang dialami oleh siswa. Keepat tingkatan dimaksud adalah sebagai berikut:
a.    Confirmation/Verification – siswa menegaskan prinsip melalui kegiatan yang telah ditentukan. Tingkatan ini dilakukan ketika prinsip yang harus dipelajari akan dilanjutkan kemudian di tingkat berikutnya.
b.    Structured Inquiry – siswa melakukan penelitian menggunakan prosedur yang ditentukan guru untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah disediakan.
c.    Guided Inquiry - siswa melakukan penelitian menggunakan prosedur yang dirancang sendiri untuk menjawab pertanyaan yang telah disediakan guru.
d.    Open Inquiry – siswa merumuskan sendiri pertanyaan penelitian dan merancang prosedur sendiri untuk menjawabnya.
            Pembelajaran inquiry terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis pembelajaran inquiry tersebut adalah:
1. Inquiry Terbimbing (guided inquiry approach)
            Pendekatan inquiry terbimbing yaitu pendekatan inquiry dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inquiry terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inquiry. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
            Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding yang diperlukan oleh siswa.
2. Inquiry Bebas (free inquiry approach).
            Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar dengan pendekatan inquiry. Karena dalam pendekatan inquiry bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.
            Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.
            Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: 1) waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum, 2) karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam kurikulum, 3) ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa, 4) karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan kelompok atau individual lainnya kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
3. Inquiry Bebas yang Dimodifikasikan ( modified free inquiry approach)
            Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan sebelumnya. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inquiry terbimbing dan tidak terstruktur.
            Dalam pendekatan inquiry jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.
            Pada dasarnya model pembelajaran inquiry ditekankan pada proses mencari dan menemukan, dimana materi pelajaran tidak siberikan secara langsung kepada siswa. Menurut Sanjaya (2006), langkah-langkah model pembelajran inquiry adalah sebagai berikut:
1.      Orientasi. Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Dalam tahap ini guru menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa dan menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
2.      Merumuskan masalah. Merumuskan masalah adalah langkah membawa siswa kepada persoalan yang mengandung teka teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka teki itu.
3.      Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
4.      Mengumpulkan data. Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
5.      Menguji hipotesis. Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang diangga diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
6.      Merumuskan kesimpulan. Merumuskan kesimpulan adalah sebagai proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Dengan melihat langkah-langkah di atas maka model pembelajaran inquiry akan efektif manakala:
1.      Guru mengharapkan sswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam pembelajaran inquiry penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar.
2.      Jika bahan pelajaran yang diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
3.      Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
4.      Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Pembelajaran inquiry akan kurang berhasil diterapkan pada siswa yag kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.
5.      Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru
6.      Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KUMPULAN SOAL: LARUTAN DAN INDIKATOR ASAM BASA

  STANDAR KOMPETENSI LULUSAN 1.         Pengetahuan dan pemahaman Siswa mampu memahami dan menguasai pengetahuan mengenai larutan elektrolit...