Dosen : Dr. Luluk Asmawati, M.Pd
Disusun Oleh : Dian Mila Kusuma
Prodi : Teknologi Pembelajaran Pasca Sarjana UNTIRTA
Model
pembelajaran inquiry atau sering juga dsebut dengan discovery adalah model
pembelajaran yang lebih menekankan pada proses penemuan pengetahuan secara
mandiri oleh siswa. Model pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan
pembelajsran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis, analisis utuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan
(Sanjaya, 2006). Piaget menyatakan bahwa model pembelajaran inquiry
adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan
eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan
sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri serta
menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa
yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain.
Perbedaan penting antara model pembelajaran inquiry dengan yang lainnya antara
lain, pada model pembelajaran lain lebih cenderung kepada learning about things
(belajar tentang sesutu); sedangkan pada model pembelajaran inquiry
pembelajaran cenderung kearah learning things (mempelajari sesutu). Cara lain
untuk membedakan keduanya adalah melalui kalimat thinking what (berpikir
apa) sebagai kebalikan dari thinking how (berpikir bagaimana).
Pembelajaran inkuiry cenderung pada thinking how.
Model pembelajaran inquiry
didasarkan pada teori konstruktivistik, dimana pembelajaran akan lebih bermakna
dan membekas dalam ingatan siswa ketika siswa mampu menemukan sendiri jawaban
dari pertanyaan yang disampaikan. Siswa diharapkan mampu membentuk dan membangun
(to construct) sendiri pengetahuan dalam pemikirannya.
Dari
teori di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inquiry adalah model
pembelajaran dimana siswa harus lebih aktif berpartisipasi dalam proses
pembelajaran karena siswa harus meemukan sendiri pengetahuan yang ingin
dicapainya. Guru di sini hanya berperan sebagai fasilitator, mengarahkan siswa
dalam pengambilan kesimpulan serta memberikan penguatan.
Menurut
Muslich (2008), terdapat beberapa karakter utama dalam model pembelajaran inquiry
ini, di antaranya:
1.
Pembelajaran inquiry
menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan,
artinya siswa ditempatkan pada posisi sebagai subjek pembelajaran.
2. Seluruh
aktifitas siswa yang dilakukan diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri
sesuatu yang dipertanyakan sehingga daat menumbuhkan sikap percaya diri (self
belief).
3. Membuka
intelegensi siswa dan mengembangkan daya kreatifitas siswa.
4. Memberikan
kebebasan pada siswa ntuk berinisiatif dan bertindak
5. Mendorong
siswa untuk berpikir intensif dan merumuskan hipotesisnya sendiri
6.
Proses interaksi
belajar mengajar mengarahkan pada perubahan dari teacher centered kepada
student centered
Model
pembelajaran inquiry berorientasi pada siswa yang bertujuan mengembangkan
kemampuan berfikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikikan dalam
pembelajaran inquiry siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajarn
akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya secar
optimal (Sanjaya, 2006). Model pembelajaran inquiry ini bermanfaat untuk
meningkatkan kemampuan berpikir siswa untuk mencari dan menemukan sendiri
materi yang akan dipelajarinya, melatih kepekaan diri, mengurangi rasa
kecemasan, menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi dan partisipasi
belajar, meningkatkan tingkah laku yang positif, serta meningkatkan prestasi
dan hasil belajar.
Menurut Herron (1971), ada empat tingkatan inquiri.
Tingkatan ini didasarkan kepada intensitas belajar yang dialami oleh siswa.
Keepat tingkatan dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Confirmation/Verification
– siswa menegaskan prinsip melalui kegiatan yang telah ditentukan.
Tingkatan ini dilakukan ketika prinsip yang harus dipelajari akan dilanjutkan
kemudian di tingkat berikutnya.
b. Structured
Inquiry – siswa melakukan penelitian menggunakan prosedur yang
ditentukan guru untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah disediakan.
c. Guided
Inquiry - siswa melakukan penelitian menggunakan prosedur yang dirancang
sendiri untuk menjawab pertanyaan yang telah disediakan guru.
d. Open
Inquiry – siswa merumuskan sendiri pertanyaan penelitian dan
merancang prosedur sendiri untuk menjawabnya.
Pembelajaran inquiry terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi
guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada
siswanya. Ketiga jenis pembelajaran inquiry tersebut adalah:
1. Inquiry
Terbimbing (guided inquiry approach)
Pendekatan inquiry terbimbing yaitu pendekatan inquiry dimana guru membimbing
siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada
suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan
tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inquiry terbimbing ini digunakan bagi
siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inquiry. Dengan
pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari
guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini
siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik
melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan
masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman
sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan
bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi,
sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang
diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat
menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran matematika. Di samping
itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang
terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok
diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk
dan scafolding yang diperlukan oleh siswa.
2. Inquiry Bebas
(free inquiry approach).
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman
belajar dengan pendekatan inquiry. Karena dalam pendekatan inquiry bebas ini
menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi
kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan
masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang
diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan
tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini
adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended dan
mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung
bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada
kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau belum pernah
ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
1) waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi
waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum, 2) karena diberi kebebasan untuk
menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang
diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam kurikulum, 3) ada kemungkinan
setiap kelompok atau individual mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan
membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa, 4)
karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada
kemungkinan kelompok atau individual lainnya kurang memahami topik yang
diselidiki oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak
berjalan sebagaimana yang diharapkan.
3. Inquiry Bebas
yang Dimodifikasikan ( modified free inquiry approach)
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan
sebelumnya. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk
diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada.
Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah
untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan pendekatan ini
menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan.
Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inquiry terbimbing dan tidak
terstruktur.
Dalam pendekatan inquiry jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa
berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat
menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat
menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak
langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang
dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.
Pada
dasarnya model pembelajaran inquiry ditekankan pada proses mencari dan
menemukan, dimana materi pelajaran tidak siberikan secara langsung kepada
siswa. Menurut Sanjaya (2006), langkah-langkah model pembelajran inquiry adalah
sebagai berikut:
1. Orientasi.
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran
yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap
melaksanakan proses pembelajaran. Dalam tahap ini guru menjelaskan topik,
tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa dan
menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran tersebut.
2.
Merumuskan masalah. Merumuskan
masalah adalah langkah membawa siswa kepada persoalan yang mengandung teka
teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk
berpikir memecahkan teka teki itu.
3.
Merumuskan hipotesis. Hipotesis
adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai
jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
4.
Mengumpulkan data. Mengumpulkan data
adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis
yang diajukan.
5.
Menguji hipotesis. Menguji hipotesis
adalah proses menentukan jawaban yang diangga diterima sesuai dengan data atau
informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
6. Merumuskan
kesimpulan. Merumuskan kesimpulan adalah sebagai proses mendeskripsikan temuan
yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Dengan melihat langkah-langkah di
atas maka model pembelajaran inquiry akan efektif manakala:
1. Guru
mengharapkan sswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang
ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam pembelajaran inquiry penguasaan materi
pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan
adalah proses belajar.
2.
Jika bahan pelajaran yang diajarkan
tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah
kesimpulan yang perlu pembuktian.
3.
Jika proses pembelajaran berangkat
dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
4.
Jika guru akan mengajar pada
sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir.
Pembelajaran inquiry akan kurang berhasil diterapkan pada siswa yag kurang
memiliki kemampuan untuk berpikir.
5.
Jika jumlah siswa yang belajar tak
terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru
6.
Jika guru memiliki waktu yang cukup
untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar