Rabu, 04 Oktober 2023

EKPLORASI KONSEP RESTITUSI-LIMA POSISI KONTROL

Modul 1.4 Tahapan eksplorasi konsep

Pada tahapan ini saya berharap dapat 1) melakukan refleksi atas praktik disiplin yang dijalankan selama ini dan dampaknya untuk murid-murid; 2) menerapkan disiplin restitusi di posisi manager, minimal pemantau agar dapat menghasilkan murid yang bertanggungjawab, mandiri dan merdeka; 3) menganalisis secara kritis, reflektif dan terbuka atas penemuan diri yang didapatkan dari mempelajari 5 posisi kontrol.

Analisis kasus menjadi pembuka dalam mempelajari konsep restitusi-lima posisi kontrol. pengertian apa itu restitusi telah diperkenalkan saat eksplorasi konsep tentang teori motivasi, hukuman dan penghargaan, restitusi.

Dalam bukunya yang berjudul "Restitution-Restructuring School Discipline" (1998), Diane Gossen menyajikan pandangan penting mengenai lima posisi kontrol yang berkaitan dengan pendekatan restitusi dalam disiplin sekolah. Gossen menekankan perlunya guru untuk meninjau kembali penerapan disiplin dalam ruang kelas mereka dan mempertimbangkan peran berbagai posisi kontrol dalam interaksi dengan murid. Posisi kontrol guru pada muridnya dapat sebagai penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pemantau, dan manager.


Pada modul ini, saya diajak untuk menganalisis posisi apa yang dilakukan oleh guru terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh murid, bagaimana hasil dan dampaknya, serta kaitannya dengan dunia berkualitas.

Pelanggaran: "Adi terlambat hadir di sekolah"

1. Posisi guru sebagai penghukum

Dialog:

(Nada suara tinggi, mata melotot, jari menunjuk)

Guru: “Terlambat lagi, pasti terlambat lagi, selalu datang terlambat, kapan bisa datang tepat waktu?”

Adi: (muka tak peduli) “iya pak” 

Hasil:

Kemungkinan murid marah dan mendendam atau bersifat agresif. Bisa jadi sesudah kembali duduk, murid tersebut akan mencoret-coret bukunya atau meja tulisnya. Lebih buruk lagi, sepulang sekolah, murid melihat motor atau mobil bapak/ibu guru dan akan menggores kendaraan tersebut dengan paku.

Dampak:

Mengulangi kesalahan berulang kali. Perilaku menjadi agresif

Kaitannya dengan dunia berkualitas:

Murid meletakkan guru di luar Dunia Berkualitas 


2. Posisi guru sebagai pembuat rasa bersalah

Dialog:

(Berceramah, menunjukkan kekecewaan yang mendalam, nada suara memelas)

Guru: “Adi, kamu ini bagaimana ya? Kamu sudah berjanji dengan ibu tidak akan terlambat lagi. Kamu kenapa ya senang sekali mengecewakan Ibu. Ibu benar-benar kecewa sekali”.

Adi: (menunduk merasa bersalah) “Maafkan saya”. 

Hasil:

Murid akan merasa bersalah telah mengecewakan ibu atau bapak gurunya. Murid akan merasa menjadi orang yang gagal dan tidak sanggup membahagiakan orang lain. Kadangkala sikap seperti ini lebih berbahaya dari sikap penghukum, karena emosi akan tertanam rapat di dalam, murid menahan perasaan. Tidak seperti murid dalam dengan guru penghukum, di mana murid bisa menumpahkan amarahnya walaupun dengan cara negatif. Murid tertekan seperti inilah yang tiba-tiba bisa meletus amarahnya, dan bisa menyakiti diri sendiri atau orang lain. 

Dampak:

Rendah diri, merasa gagal dan tidak berharga

Kaitannya dengan dunia berkualitas:

Murid meletakkan guru di dalam Dunia Berkualitas


3. Posisi guru sebagai teman

Dialog:

(Memberikan alasan untuk muridnya, (nada suara: ramah, akrab, dan bercanda, bahasa tubuh: merapat pada murid, mata dan senyum jenaka))

Guru: “Adi, ayolah, bagaimana sih kamu. Kemarin kamu sudah janji ke bapak bukan, kenapa terlambat lagi? (sambil tertawa ringan). Ya, sudah tidak apa-apa, duduk dulu sana. Nanti Pak Guru bantu. Kamu ini”.

Adi: (tersenyum) “Maafkan saya ya pak, terima kasih bapak”. 

Hasil:

Murid akan merasa senang dan akrab dengan guru. Ini termasuk dampak yang positif, hanya saja di sisi negatif murid menjadi tergantung pada guru tersebut. Bila ada masalah, dia merasa bisa mengandalkan guru tersebut untuk membantunya. Akibat lain dari posisi teman, Adi hanya akan berbuat sesuatu bila yang menyuruh adalah guru tersebut, dan belum tentu berlaku yang sama dengan guru atau orang lain. 

Dampak:

Tergantung, tidak mandiri dan tidak bisa memutuskan solusi saat terjadi permasalahan

Kaitannya dengan dunia berkualitas:

Murid meletakkan guru sebagai orang penting dalam Dunia Berkualitas.


4. Posisi guru sebagai pemantau

Dialog:

(Nada suara datar, bahasa tubuh yang formal):

Guru: “Adi, tahukah kamu jam berapa kita memulai?”

Adi: “Tahu Pak!”

Guru: “Kamu terlambat 15 menit, apakah kamu sudah mengerti konsekuensi yang harus dilakukan bila terlambat?”

Adi: “Paham Pak, saya harus tinggal kelas pada jam istirahat nanti dan mengerjakan tugas ketertinggalan saya”.

Guru: “Ya, benar, nanti pada saat jam istirahat kamu harus tinggal di kelas untuk menyelesaikan tugas yang tertinggal tadi. Saya tunggu”. 

Hasil:

Murid memahami konsekuensi yang harus dijalankan karena telah melanggar salah satu peraturan sekolah. Guru tidak menunjukkan suatu emosi yang berlebihan, menjadi marah atau membuat merasa berbuat salah. Murid tetap dibuat tidak nyaman yaitu dengan harus tinggal kelas pada waktu jam istirahat dan mengerjakan tugas. Guru tetap harus memantau murid pada saat mengerjakan tugas di jam istirahat karena murid tidak bisa ditinggal seorang diri.

Dampak:

Menitikberatkan dampak pada diri sendiri, perilaku akan muncul jika ingin mendapatkan hadiah atau menghindari mendapatkan hukuman. 

Kaitannya dengan dunia berkualitas:

Murid meletakkan guru sebagai peraturan di Dunia Berkualitas.


5. Posisi guru sebagai manager

Dialog:

(Nada suara tulus, bahasa tubuh tidak kaku, mendekat ke murid):

Guru: “Adi, apakah kamu mengetahui jam berapa sekolah dimulai?”

Adi: “Tahu Pak, jam 7:00!”

Guru: “Ya, jadi kamu terlambat, kira-kira bagaimana kamu akan memperbaiki masalah ini?”

Adi: “Saya bisa menanyakan teman saya Pak, untuk mengejar tugas yang tertinggal.”

Guru: “Baik, itu bisa dilakukan. Apakah besok akan ada masalah untuk kamu agar bisa hadir tepat waktu ke sekolah?”

Adi: “Tidak Pak, saya bisa hadir tepat waktu.”

Guru: “Baik. Saya hargai usahamu untuk memperbaiki diri” 

Hasil:

Murid sudah mengetahui adanya suatu masalah, dan sesuatu perlu terjadi. Murid bertanggung jawab untuk mencari jalan keluar permasalahannya, tentu dengan bimbingan guru. Murid dapat menguatkan watak/karakter.

 

Dampak:

Mengevaluasi diri bagaimana menjadi diri yang lebih baik.

Kaitannya dengan dunia berkualitas:

Murid meletakkan dirinya sebagai individu yang positif dalam Dunia Berkualitas. 


Dari hasil analisis kasus tersebut, posisi saya di sekolah dalam menegakkan disiplin adalah sebagai pemantau. Saya lebih sering mengaitkan peraturan dan konsekuensi jika terjadi pelanggaran. Namun, setelah mempelajari lima posisi kontrol, pada kondisi tertentu saya memposisikan diri sebagai manager agar murid dapat merefleksikan perilakunya dan mengambil keputusan untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat dari perilakunya tersebut.

Bagaimana dengan anda, dimanakah posisi kontrol anda saat ini? 

2 komentar:

  1. Materi yang bermanfaat, semoga kita diberikan kekuatan dan semangat untuk melaksanakan proses pembelajaran yang lebih baik.

    BalasHapus
  2. Posisi kontrol saya lebih banyak ke manajer walaupun posisi kontrol yang lain pernah saya lakukan

    BalasHapus

PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM KIMIA SMA: MEMBAWA KONSEP ABSTRAK KE DUNIA NYATA

Pembelajaran interaktif telah menjadi tren dalam dunia pendidikan modern. Dalam mata pelajaran kimia, yang seringkali dianggap abstrak dan s...